Sentimen
Positif (100%)
22 Apr 2025 : 10.00
Informasi Tambahan

BUMN: Pegadaian, PT Aneka Tambang Tbk

Grup Musik: APRIL

Fenomena Warga Rela Antre Beli Emas, Fomo atau Langkah Realistis?

22 Apr 2025 : 10.00 Views 30

Beritasatu.com Beritasatu.com Jenis Media: Ekonomi

Fenomena Warga Rela Antre Beli Emas, Fomo atau Langkah Realistis?

Jakarta, Beritasatu.com - Kenaikan harga emas yang melesat tajam belakangan ini menimbulkan antusiasme luar biasa di tengah masyarakat, yang bahkan rela antre sejak dini hari untuk dapat membeli emas batangan, baik secara fisik maupun digital.

Fenomena ini memunculkan pertanyaan, apakah ini bentuk ketakutan ketinggalan tren (Fomo) semata, atau keputusan investasi yang rasional?

Pada Selasa (22/4/2025), harga emas produksi PT Aneka Tambang Tbk (Antam) kembali menembus rekor tertinggi, mencapai Rp 2,016 juta per gram.

Kenaikan ini melonjak Rp 36.000 dibandingkan hari sebelumnya yang berada di level Rp 1,980 juta per gram. Tidak hanya harga jual, harga pembelian kembali (buyback) juga melonjak signifikan ke angka Rp 1,865 juta per gram.

Lonjakan harga ini dipicu oleh meningkatnya permintaan global terhadap emas, yang sering kali dianggap sebagai aset aman, terutama di tengah ketidakpastian global seperti perang dagang yang kembali memanas akibat kebijakan tarif tinggi dari Presiden AS Donald Trump.

Antrean Mengular Demi Emas

Tingginya permintaan membuat masyarakat berbondong-bondong ke gerai penjualan emas. Salah satu warga, Rahmat, bahkan mengaku sudah tiba di lokasi sejak pukul 00.30 WIB untuk mendapatkan nomor antrean.

"Kita dibatasi hanya bisa membeli tiga keping emas per orang, tapi bebas menentukan gramnya. Banyak yang datang sejak subuh karena takut kehabisan., kata Rahmat kepada Beritasatu.com.

Kondisi serupa juga terjadi di berbagai gerai emas milik Galeri 24, anak usaha dari PT Pegadaian. Dalam rentang waktu 8-13 April 2025 saja, tercatat lebih dari 250 kilogram emas batangan dan 6 kilogram emas perhiasan berhasil terjual di seluruh Indonesia.

Investasi Emas Digital Melejit

Tren investasi emas tidak hanya terjadi dalam bentuk fisik. PT Pegadaian melaporkan lonjakan signifikan dalam transaksi emas digital, khususnya pada produk Tabungan Emas.

Dilansir dari Antara, Direktur Utama Pegadaian Damar Latri Setiawan, menyatakan bahwa nilai transaksi selama April 2025 meningkat drastis dari rata-rata Rp 380 miliar menjadi Rp 1,5 triliun, yakni naik hingga empat kali lipat. Ia bahkan optimistis angka ini bisa mencapai sepuluh kali lipat hingga akhir bulan.

Emas, Investasi yang Layak?

Banyak masyarakat yang melihat emas sebagai pilihan investasi yang aman. Berikut adalah beberapa alasan mengapa investasi emas dinilai menarik:

Harga cenderung naik: Emas memiliki nilai yang relatif stabil dan cenderung meningkat setiap tahun, menjadikannya pelindung nilai terhadap inflasi dan krisis ekonomi.Likuiditas tinggi: Emas mudah dicairkan menjadi uang tunai melalui penjualan atau digadai, berbeda dengan investasi pasar modal yang membutuhkan waktu pencairan.Risiko rendah: Bagi pemula, emas merupakan instrumen investasi yang rendah risiko, dengan peluang kerugian yang kecil dan modal awal yang terjangkau.Akses mudah: Emas tersedia di banyak tempat, namun disarankan untuk membeli dari lembaga tepercaya seperti Butik Emas LM atau melalui situs resmi logammulia.com.Fomo atau Realistis?

Fenomena warga yang rela antre berjam-jam, bahkan sejak tengah malam, demi membeli emas memunculkan pertanyaan penting: apakah ini semata-mata dorongan emosional karena takut tertinggal atau Fear of Missing Out (Fomo), atau justru langkah yang rasional dan terukur dalam merespons kondisi ekonomi global?

1. Fomo

Fomo adalah kecenderungan psikologis yang membuat seseorang merasa harus segera bertindak karena melihat orang lain sudah lebih dulu melakukannya. Dalam konteks investasi, Fomo bisa menjadi jebakan yang berbahaya.

Ketika harga emas terus naik dan masyarakat berlomba-lomba membelinya, beberapa orang mungkin ikut-ikutan tanpa benar-benar memahami alasan atau strategi di balik investasinya. Mereka takut "ketinggalan kereta" dan akhirnya mengambil keputusan tergesa-gesa tanpa analisis yang matang.

Ciri-ciri keputusan investasi karena Fomo antara lain:

Membeli aset hanya karena melihat tren naik tanpa memperhitungkan potensi risiko.Tidak memiliki rencana jangka panjang terhadap aset yang dibeli.Lebih mengandalkan opini publik atau media sosial dibandingkan riset pribadi.

2. Realistis

Di sisi lain, ada pula kelompok masyarakat yang memandang lonjakan harga emas sebagai sinyal untuk mengamankan asetnya dari risiko inflasi atau ketidakstabilan ekonomi.

Mereka yang masuk ke kategori ini biasanya memiliki pemahaman dasar mengenai investasi, menyadari bahwa emas adalah safe haven, yakni aset yang nilainya cenderung stabil bahkan saat kondisi ekonomi bergejolak.

Langkah ini bisa dikatakan realistis apabila:

Didasari oleh strategi investasi jangka panjang, seperti diversifikasi portofolio.Didukung dengan literasi keuangan yang baik dan pemahaman akan profil risiko pribadi.Tidak tergesa-gesa, tetapi dilandasi data dan analisis pasar yang objektif.Membedakan Emosi dan Rasionalitas dalam Investasi

Perbedaan antara Fomo dan langkah investasi yang realistis sering kali hanya dipisahkan oleh satu hal, yakni niat dan pemahaman. Dalam menghadapi tren emas yang melonjak, penting bagi calon investor untuk bertanya pada diri sendiri:

Apakah saya memahami risiko dan keuntungan dari investasi ini?Apakah keputusan ini sejalan dengan rencana keuangan saya secara keseluruhan?Jika harga emas turun setelah saya beli, apakah saya siap menghadapi konsekuensinya?

Tidak ada yang salah dengan membeli emas, apalagi mengingat sifatnya yang tahan terhadap inflasi dan mudah dicairkan. Namun, keputusan investasi idealnya dilakukan dengan kepala dingin, bukan karena tekanan sosial atau ketakutan ketinggalan.

Sentimen: positif (100%)