Sentimen
Positif (98%)
21 Apr 2025 : 23.01
Informasi Tambahan

Agama: Islam, Katolik

Club Olahraga: Bologna

Kab/Kota: Budapest, Manila, Tiongkok

Tokoh Terkait
Paus Yohanes Paulus II

Paus Yohanes Paulus II

Siapa Pengganti Paus Fransiskus yang Meninggal Dunia? Ada Paus Asal Afrika dan Asia

21 Apr 2025 : 23.01 Views 66

Pikiran-Rakyat.com Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Internasional

Siapa Pengganti Paus Fransiskus yang Meninggal Dunia? Ada Paus Asal Afrika dan Asia

PIKIRAN RAKYAT - Setelah wafatnya Paus Fransiskus pada usia 88 tahun, perhatian dunia kini tertuju ke Kota Vatikan, tempat para Kardinal berkumpul dalam Konklaf untuk memilih pemimpin Gereja Katolik selanjutnya.

Paus Fransiskus dikenal sebagai paus pertama yang berasal dari Amerika Latin, sebuah langkah besar dalam sejarah Gereja Katolik yang dinilai mencerminkan keterbukaan terhadap keberagaman.

Dari deretan nama yang berpeluang menjadi Paus baru, muncul pertanyaan besar, akankah Gereja Katolik memilih paus pertama yang berasal dari Afrika atau Asia?

Berikut ini beberapa nama kandidat terkuat yang digadang-gadang akan menjadi Paus baru pengganti Imam Yesuit Jorge Mario Bergoglio:

1. Peter Turkson (76 tahun)

Turkson berasal dari Ghana dan pernah menjabat sebagai Uskup Cape Coast. Ia menjadi simbol harapan bagi umat Katolik di Afrika.

Pernah dikirim Paus Fransiskus sebagai utusan perdamaian ke Sudan Selatan, Turkson juga dikenal memiliki pandangan moderat terhadap isu hubungan sesama jenis—menilai hukum di negara-negara Afrika terlalu keras namun tetap menghormati pandangan masyarakat setempat. Namanya sempat difavoritkan saat konklaf tahun 2013.

2. Luis Antonio Tagle (67 tahun)

Tagle, mantan Uskup Agung Manila, kini menjadi kandidat unggulan. Jika terpilih, ia akan menjadi paus pertama dari Asia, yakni dengan pertumbuhan umat Katolik tercepat.

Ia dikenal liberal dalam sejumlah isu sosial, meskipun menolak aborsi. Tagle mengkritik Gereja Katolik karena terlalu keras terhadap pasangan sesama jenis dan pasangan yang bercerai.

3. Pietro Parolin (70 tahun)

Sebagai Sekretaris Negara Vatikan di bawah Paus Fransiskus, Parolin adalah kandidat yang dianggap akan melanjutkan kebijakan sebelumnya. Ia dikenal moderat, namun sikapnya terhadap isu sosial tidak seprogresif Fransiskus.

Pernyataannya yang menyebut legalisasi pernikahan sesama jenis di Irlandia sebagai “kekalahan bagi umat manusia” menuai kritik. Ia juga dikritik karena perjanjian kontroversial Vatikan-Tiongkok pada 2018.

4. Peter Erdo (72 tahun)

Uskup Agung dari Esztergom-Budapest, Erdo berasal dari wilayah bekas Blok Soviet dan dikenal konservatif.

Ia menentang pemberian komuni kepada umat Katolik yang telah bercerai atau menikah kembali, serta dikenal sebagai pembela nilai-nilai tradisional Gereja.

5. Jose Tolentino de Mendonça (59 tahun)

Asal Madeira, Portugal, Tolentino adalah kandidat termuda dalam daftar ini. Ia dikenal terbuka terhadap budaya modern dan mendorong para teolog untuk memahami dunia lewat film dan musik. Ia pernah menjabat sebagai Uskup Agung dan mengisi beberapa peran penting di Vatikan.

6. Matteo Zuppi (69 tahun)

Zuppi, Uskup Agung Bologna, ditunjuk menjadi Kardinal oleh Paus Fransiskus pada 2019 dan menjadi utusan perdamaian Vatikan untuk perang di Ukraina.

Meski tidak bertemu langsung dengan Presiden Putin, ia sempat bertemu Patriark Kirill, pemimpin Gereja Ortodoks Rusia, walau hasil diplomatiknya belum terlihat.

7. Mario Grech (68 tahun)

Berasal dari Malta, Grech kini menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Sinode Para Uskup.

Ia menyerukan agar Gereja menggunakan pendekatan baru dalam menyikapi pasangan sesama jenis dan mereka yang bercerai, meskipun masih dianggap cukup tradisional.

8. Robert Sarah (79 tahun)

Sarah, yang lahir di Guinea Prancis, adalah kandidat kulit hitam lainnya. Meski usianya menjadi hambatan, ia memiliki pengalaman panjang di Vatikan sejak masa Paus Yohanes Paulus II. Ia dikenal konservatif, menentang ideologi gender dan juga radikalisme Islam.

Akankah Gereja Katolik memilih paus yang mencerminkan keberagaman globalnya, atau tetap melanjutkan tradisi Eropa? Jawabannya ada tak akan lama setelah masa berkabung umat Katolik. ***

Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

Sentimen: positif (98.4%)