Sentimen
Negatif (66%)
21 Apr 2025 : 18.21
Informasi Tambahan

Grup Musik: APRIL

Kab/Kota: Beijing, Washington

China Ingatkan Negara Lain Waspada dengan Negosiasi AS soal Tarif Impor - Halaman all

21 Apr 2025 : 18.21 Views 5

Tribunnews.com Tribunnews.com Jenis Media: Internasional

China Ingatkan Negara Lain Waspada dengan Negosiasi AS soal Tarif Impor - Halaman all

TRIBUNNEWS.COM, BEIJING - China menuduh Amerika Serikat (AS) menyalahgunakan tarif impor.

China juga memperingatkan negara-negara lain agar tidak mencapai kesepakatan ekonomi yang lebih luas dengan AS terkait tarif baru yang dikenakan Presiden AS Donald Trump.

Pasalnya ada maksud tersembungi di balik negosiasi AS dengan negara lain.

Peringatan China ini muncul pada hari ini, Senin (21/4/2025) di tengah perang dagang yang meningkat antara dua ekonomi terbesar dunia tersebut.

China  akan dengan tegas menentang pihak mana pun yang membuat kesepakatan dengan AS dan merugikan China.

"Kami akan mengambil tindakan balasan dengan cara yang tegas dan timbal balik," kata Kementerian Perdagangan China dikutip dari Reuters.

Kementerian tersebut menanggapi laporan Bloomberg, mengutip sumber yang mengetahui masalah tersebut, bahwa pemerintahan Trump sedang bersiap untuk menekan negara-negara yang mencari pengurangan tarif atau pengecualian dari AS untuk mengekang perdagangan dengan China, termasuk mengenakan sanksi moneter.

Presiden Donald Trump menghentikan sementara tarif besar-besaran yang diumumkannya terhadap puluhan negara pada tanggal 2 April kecuali terhadap China.

Dan menunjuk ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut sebagai negara yang dikenai pungutan terbesar .

Dalam serangkaian langkah, Washington telah menaikkan tarif impor China hingga 145 persen, yang mendorong Beijing untuk mengenakan bea balasan sebesar 125% atas barang-barang AS.

"Amerika Serikat telah menyalahgunakan tarif pada semua mitra dagang dengan mengatasnamakan apa yang disebut 'kesetaraan', sementara juga memaksa semua pihak untuk memulai apa yang disebut negosiasi 'tarif timbal balik' dengan mereka," kata juru bicara kementerian tersebut.

China bertekad dan mampu menjaga hak dan kepentingannya sendiri, dan bersedia memperkuat solidaritas dengan semua pihak, kata kementerian tersebut.

"Faktanya, tidak ada seorang pun yang ingin memihak," kata Bo Zhengyuan, mitra di konsultan kebijakan Plenum yang berpusat di China.

"Jika negara-negara sangat bergantung pada China  dalam hal investasi, infrastruktur industri, pengetahuan teknologi, dan konsumsi, saya rasa mereka tidak akan menuruti permintaan AS. Banyak negara Asia Tenggara termasuk dalam kategori ini."

Kebijakan tarif Trump telah mengguncang pasar keuangan karena investor khawatir gangguan parah dalam perdagangan dunia dapat menjerumuskan ekonomi global ke dalam resesi.

Presiden China  Xi Jinping mengunjungi tiga negara Asia Tenggara minggu lalu dalam upaya memperkuat hubungan regional, dan menyerukan mitra dagang untuk menentang intimidasi sepihak.

China  mengatakan pihaknya sedang "meruntuhkan tembok" dan memperluas lingkaran mitra dagangnya di tengah pertikaian perdagangan.

Taruhannya tinggi bagi negara-negara Asia Tenggara yang terjebak perang dagang AS-China,  terutama mengingat besarnya perdagangan dua arah blok ASEAN regional dengan China  dan Amerika Serikat.

Menteri ekonomi dari Thailand dan Indonesia saat ini berada di Amerika Serikat.

Malaysia akan bergabung akhir minggu ini, semuanya berupaya untuk melakukan negosiasi perdagangan dengan AS.

Enam negara di Asia Tenggara dikenakan tarif berkisar antara 32% hingga 49%.

ASEAN adalah mitra dagang terbesar China, dengan total nilai perdagangan mencapai $234 miliar pada kuartal pertama tahun 2025, kata badan bea cukai China minggu lalu.

Perdagangan antara ASEAN dan AS berjumlah sekitar $476,8 miliar pada tahun 2024, menurut angka AS, menjadikan AS mitra dagang terbesar keempat blok regional tersebut.

"Tidak ada pemenang dalam perang dagang dan perang tarif," kata Xi dalam sebuah artikel yang diterbitkan di media Vietnam, tanpa menyebut Amerika Serikat.

Sentimen: negatif (66.3%)