Sentimen
Negatif (100%)
21 Apr 2025 : 15.22
Informasi Tambahan

Grup Musik: APRIL

Kab/Kota: Tel Aviv

Tokoh Terkait

Benjamin Netanyahu Dianggap Sengaja Memperpanjang Perang demi Kepentingan Politik

21 Apr 2025 : 15.22 Views 17

Pikiran-Rakyat.com Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Internasional

Benjamin Netanyahu Dianggap Sengaja Memperpanjang Perang demi Kepentingan Politik

PIKIRAN RAKYAT - ‘Benjamin  Netanyahu kepala batu’ itu mungkin yang ingin disampaikan oleh ayah seorang tentara Israel yang sedang ditahan di Gaza, Palestina.

Hagai Angrest yang anaknya sedang ditahan di Gaza merasa kesal dengan sikap Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu yang dinilai meninggalkan para sandera demi memperpanjang perang demi kepentingan politiknya.

“Kami mendengarkan pernyataan Netanyahu dari Lapangan Sandera [di Tel Aviv], dan kami sangat kecewa,” katanya kepada harian Maariv.

Padahal, selain desakan dari keluarga tahanan Israel, desakan untuk gencatan senjata serta pemulangan sandera telah disuarakan oleh masyarakat global dan melihat kondisi di Gaza yang semakin memilukan.

"Di seluruh dunia, semua orang mengatakan bahwa gencatan senjata dan pemulangan para sandera harus menjadi prioritas utama. Namun, kita melihat seorang perdana menteri yang mengabaikan tentara dan mengirim lebih banyak tentara ke medan perang,” tuturnya.

"Kami diberi tahu bahwa perang ini tidak akan berakhir tanpa mereka. Namun kini tampaknya Netanyahu lebih memilih kelangsungan hidup politiknya daripada nyawa orang-orang yang ditawan. Seluruh negara mendukung pemulangan para sandera," katanya dilaporkan Middle East Monitor

Pada Sabtu, 19 April 2025, Netanyahu berpidato dan disiarkan di televisi. Dia menyebut tak ada pilihan selain selain melanjutkan perang di Gaza, dan menegaskan bahwa kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas akan merusak keuntungan perang.

Netanyahu menuduh kelompok pejuang Palestina, Hamas menolak usulan pembebasan setengah dari tawanan Israel yang masih hidup dan banyak dari mereka yang tewas sebagai imbalan untuk diakhirinya perang.

Pada Kamis, 17 April 2025 pemimpin Hamas di Gaza, Khalil Al-Hayya menekankan bahwa kelompoknya bersedia terlibat dalam negosiasi komprehensif yang akan menjamin pembebasan semua sandera Israel dengan imbalan gencatan senjata penuh, penarikan pasukan Israel dari Gaza, upaya rekonstruksi, dan pencabutan pengepungan.

Juru bicara Perdana Menteri Israel mengatakan pada hari Sabtu bahwa membebaskan semua tawanan Israel dalam satu kesepakatan adalah mustahil.

Perkiraan Israel menunjukkan bahwa 59 tawanan masih berada di Gaza, dengan 24 orang diyakini masih hidup. Sebaliknya, lebih dari 9.500 warga Palestina masih dipenjara di Israel dalam kondisi yang buruk, termasuk laporan penyiksaan, kelaparan, dan pengabaian medis, menurut organisasi hak asasi Palestina dan Israel.

Lebih dari 51.200 warga Palestina telah tewas di Gaza dalam serangan brutal Israel sejak Oktober 2023, kebanyakan dari mereka adalah wanita dan anak-anak.***

Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

Sentimen: negatif (100%)