Sentimen
Positif (65%)
18 Apr 2025 : 20.42
Informasi Tambahan

Grup Musik: APRIL

Kab/Kota: Bekasi

Kesaksian Eks Admin Judol di Kamboja: Teman Tewas Disiksa jika Tak Capai Target Megapolitan 18 April 2025

18 Apr 2025 : 20.42 Views 9

Kompas.com Kompas.com Jenis Media: Metropolitan

Kesaksian Eks Admin Judol di Kamboja: Teman Tewas Disiksa jika Tak Capai Target
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        18 April 2025

Kesaksian Eks Admin Judol di Kamboja: Teman Tewas Disiksa jika Tak Capai Target Tim Redaksi BEKASI, KOMPAS.com - Seorang pemuda asal Kabupaten Bekasi bernama Febby Febriadi (27) menceritakan pengalaman pahitnya selama bekerja sebagai admin situs judi online (judol) di Kamboja . Selama menjadi admin judol dalam rentang waktu April hingga November 2024, rasa kemanusiaan dan mentalnya diuji ketika melihat rekannya tewas disiksa seorang algojo asal Indonesia. Ia melihat dengan mata telanjang saat rekannya menghembuskan nyawa terakhirnya akibat disetrum hingga dipukul di ruangan khusus selama tiga hari berturut-turut. Korban disiksa karena tak memenuhi target untuk mencatatkan 100 transaksi bagi warga Indonesia bermain judol di situsnya. "Teman mati karena disetrum, enggak dikasih makan. Penyiksaan di ruangan tertutup gitu," kata Febby kepada wartawan, Jumat (18/4/2025). Kematian rekannya membuatnya depresi. Hal sama juga dialami sesama admin judol. Mereka tak menyangka betapa berisikonya bekerja di Kamboja. "Melihat teman sampai mati itu bikin mental semua (teman) hancur," ungkap Febby. Setelah kematian itu, tebersit di benak Febby untuk segera pulang ke Tanah Air. Ia tak ingin mengalami nasib yang sama seperti sahabatnya mati disiksa di tangan algojo situs judol. Namun, ia tak bisa melenggang angkat kaki begitu saja dari Kamboja. Ia harus membayar penalti sebesar Rp 23 juta kepada perusahaan jika hendak pulang ke Indonesia sebelum masa setahun kontraknya rampung. "Tebusan gue pribadi itu sampai Rp 23 juta. Itu bayar ke perusahaan, cash. Karena dari Rp 23 juta itu dihitung dari biaya transport goa berangkat, pembuatan paspor, sama jalur VIP segala macem," jelasnya. Seiring berjalannya waktu, mental Febby kian digerus. Akhirnya, ia pun angkat tangan. Ia tak ingin berlama-lama di Kamboja. Pada November 2024, ia memutuskan menyerahkan uang Rp 23 juta ke perusahaan demi bisa pulang ke Tanah. Ia memilih membayar penalti ketimbang bertahan lama di sana. Begitu uang diterima, pihak perusahaan langsung mengizinkannya pulang. Asa yang dinantikannya sejak lama pun datang untuk bisa kembali menginjakkan kaki di Bumi Pertiwi. "Tapi gue balik dari Kamboja pun langsung ke psikiater karena gue ngerasa kayak mental gue benar-benar hancur banget gitu. Ketemu orang pun gue sekarang takut," imbuh dia. Copyright 2008 - 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

Sentimen: positif (65.3%)