Sentimen
Positif (88%)
10 Apr 2025 : 07.38
Informasi Tambahan

Event: Perang Dunia II

Grup Musik: APRIL

Tokoh Terkait

Ini Tentang Kebijakan di Tengah Badai

10 Apr 2025 : 07.38 Views 11

Pikiran-Rakyat.com Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Nasional

Ini Tentang Kebijakan di Tengah Badai

PIKIRAN RAKYAT - Ada momen yang tak biasa dan sarat makna spiritual dalam Sarasehan Ekonomi yang digelar di Assembly Hall, Menara Mandiri, Jakarta Selatan, pada Selasa, 8 April 2025.

Pada saat Presiden terpilih Prabowo Subianto berdialog dengan para ekonom, pelaku usaha, dan investor pasar modal, seorang tokoh pasar modal menyampaikan permohonan yang mengejutkan namun menyentuh: permintaan agar Prabowo Subianto rutin melaksanakan salat Tahajud dan membaca Surah Yusuf.

Ajakan Spiritual untuk Pemimpin Negara

Permintaan itu datang dari Budi Hikmat, Direktur Strategi Investasi PT Bahana TCW Investment Management. Dalam forum yang dihadiri tokoh-tokoh penting dari dunia keuangan dan industri itu, Budi Hikmat tidak hanya menyampaikan pandangan ekonomi, tetapi juga menyerukan pendekatan spiritual untuk menghadapi kompleksitas tantangan global.

“Saya doakan saja, kalau Bapak Tahajud, buka atau baca Surah Yusuf ayat 12. Walaupun kata Ray Dalio siklus berat, tetapi saran beliau (Nabi Yusuf) itu luar biasa,” katanya.

Pernyataan itu sontak menarik perhatian. Di tengah dominasi pembicaraan soal fiskal, investasi, dan struktur industri, Budi Hikmat justru membawa tafsir religius sebagai bekal kepemimpinan.

Dia menyiratkan bahwa kondisi dunia saat ini tak cukup hanya dihadapi dengan logika ekonomi semata, tetapi juga dengan kebijakan yang dipandu oleh nilai spiritual dan kearifan historis.

Analogi Perang Dunia dan Rivalitas Global

Budi Hikmat mengibaratkan situasi global saat ini dengan masa sebelum meletusnya Perang Dunia II, khususnya saat Jepang menyerang Pearl Harbor. Namun, perangnya kini tak lagi konvensional, melainkan berupa rivalitas geopolitik dan ekonomi yang mengerucut antara dua kekuatan besar: Amerika Serikat dan China.

“Dunia sedang mengalami pergeseran besar. Ini seperti sebelum Perang Dunia II. Tapi kali ini bukan tank dan kapal perang, melainkan perang pengaruh dan teknologi,” ujarnya.

Dalam konteks tersebut, Budi Hikmat menilai bahwa pemimpin nasional seperti Prabowo Subianto harus mampu menjadi navigator yang tidak hanya kuat secara politik, tetapi juga memiliki kemampuan untuk transform dan inform—dua kata kunci yang menurutnya krusial dalam merespons perubahan global.

Kritik atas Struktur Pasar Modal

Di luar isu geopolitik dan spiritualitas, Budi Hikmat juga menyampaikan kritik terhadap kondisi pasar modal Indonesia. Menurutnya, Bursa Efek Indonesia saat ini masih terlalu bergantung pada sektor perbankan, padahal sektor-sektor disruptif seperti kecerdasan buatan (AI) dan teknologi digital justru sedang mendominasi pertumbuhan ekonomi global.

“Di dunia, yang naik adalah sektor disruptif. Tapi di bursa kita, perbankan masih mendominasi sekitar 35%. Kita butuh lebih banyak sektor industrialisasi, inovasi. Bukan hanya bikin susu, tapi juga jadi yogurt—itu artinya hilirisasi,” tuturnya.

Budi Hikmat menilai reformasi mendalam dalam struktur pasar modal mutlak diperlukan jika Indonesia ingin menjadi kekuatan ekonomi yang mampu bersaing secara global.

Doa, Refleksi, dan Pesan Nabi Yusuf

Pernyataan Budi Hikmat ditutup dengan doa yang menggambarkan harapan agar kepemimpinan ke depan berani mengambil keputusan meski di tengah tekanan. Dia mengutip peran Nabi Yusuf dalam menghadapi krisis ekonomi di Mesir kuno sebagai inspirasi.

“Saya hanya bisa mendoakan. Kalau saya jadi Nabi Yusuf, mungkin saya akan berkata: ‘Bercocok tanamlah kalian secara berkelanjutan.’ Karena ini tentang manajemen permintaan. Ini tentang keberanian membuat kebijakan di tengah badai,” katanya.***

Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

Sentimen: positif (88.8%)