Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Cirebon, Indramayu, Karawang, Kelapa Dua, Kendal, Salatiga, Semarang, Solo, Tangerang
Kasus: covid-19, kecelakaan, Kemacetan
Cerita Pemudik 2025, Tempuh Perjalanan Solo-Jakarta 20 Jam demi Lebaran Bersama Keluarga Besar Tren 30 Maret 2025
Kompas.com
Jenis Media: Metropolitan
/data/photo/2024/11/13/673405c3ea45f.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
Cerita Pemudik 2025, Tempuh Perjalanan Solo-Jakarta 20 Jam demi Lebaran Bersama Keluarga Besar Tim Redaksi KOMPAS.com - Seorang pemudik asal Solo, David, menempuh perjalanan hingga 20 jam untuk pulang ke kampung halamannya di kawasan Lippo Karawaci, Kelapa Dua, Tangerang, Banten, Sabtu (29/3/2025). Perjalanan panjang itu ditempuh melalui jalur darat menggunakan kendaraan mobil mulai pukul 07.30 WIB lewat pintu tol Solo, Jawa Tengah. David bercerita, di hari-hari biasa, dia hanya memerlukan waktu sekitar 12 jam untuk sampai ke kampung halamannya. Namun, berbeda dengan akhir pekan lalu. Di awal perjalanan, David bercerita, lalu lintas ramai lancar hingga Exit Tol Tingkir Salatiga. Namun, karena terdampak arus one way dari arah Jakarta, David akhirnya memutuskan untuk lewat jalur alternatif. "Dari exit tol menuju jalan utama kendaraan tidak bisa bergerak dengan lancar karena kepadatan kendaraan di ke dua arah," kata David, saat diwawancarai Kompas.com pada Minggu (30/3/2025). Pria itu sempat melihat aplikasi Google Maps untuk mengecek rute. Tampak dari Google Maps bahwa rute yang akan dilaluinya berwarna merah yang artinya lalu lintas padat. Garis merah itu memanjang sampai ke Semarang, Jawa tengah sehingga membuatnya bertekat untuk lewat jalur alternatif. "Akhirnya cari rute alternatif untuk menghindari kepadatan jalan utama," ucap David. Sekitar pukul 13.30 WIB, David tiba di daerah alas roban di tengah suhu mencapai 31-33 derajat Celsius. Dia pun memutuskan untuk beristirahat sejenak sekitar 30 menit di Kendal sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan kembali. Siang hari, David melanjutkan perjalanan ke arah Pantura. Dia bercerita, lalu lintas arus pantura ke arah barat terpantau ramai lancar. "Banyak kendaraan pribadi ber-plat nomor dari Jawa Timur dan DIY yang mengarah ke barat," kata dia. Selain mobil pribadi, jalanan juga dipenuhi oleh truk, bus, dan pemudik dengan kendaraan sepeda motor. Di tengah kepadatan arus lalu lintas itu, David hanya bisa berkendara dengan kecepatan rata-rata 50-60 km per jam. Akibatnya, pria itu baru sampai di Cirebon, Jawa Barat pada pukul 19.00 WIB. Di sana David kembali memutuskan untuk beristirahat 1 jam saat kondisi lalu lintas masih ramai lancar. Sekitar pukul 20.00, David melanjutkan perjalanan mudiknya. Dia berbagi pengalamannya saat terjebak macet di kota itu. Pantauan dari aplikasi Google Maps menunjukkan bahwa jalur sepanjang Cirebon itu merah menyala. "Butuh waktu sekitar satu setengah jam untuk bisa keluar dari Kota Cirebon. Mungkin karena malam Minggu juga ya, jadi memang sangat padat," ungkapnya. Setelah keluar dari kemacetan lalu lintas di Cirebon, David melanjutkan perjalanan ke Indramayu dan Subang. Lalu lintas di sepanjang kota itu, kata David, terpantau ramai lancar malam itu. Hanya, pria itu mengeluhkan, banyak pemudik dengan kendaraan roda dua yang tidak menggunakan lampu depan dan belakang sehingga menyulitkannya. "Banyak sekali kendaraan roda dua yang tidak menggunakan lampu depan dan lampu belakang sehingga saya butuh konsentrasi lebih dan memang tidak bisa terlalu kencang juga," cerita dia. Berbekal lampu kendaraan yang minimal, sempat terjadi kecelakaan akibat sepeda motor yang tidak menggunakan lampu kendaraan dan memotong jalan secara tiba-tiba. Tengah malam, yakni pada Minggu (30/3/2025) pukul 00.30 WIB, David akhirnya masuk ke pintu tol di Karawang Timur. Dia kemudian memutuskan untuk beristirahat sejenak selama 30 menit. "Sekitar jam 01.00 WIB perjalanan dilanjutkan. Kondisi tol lumayan ramai, cuma karena kondisi fisik yang sudah mulai lelah, saya tidak berani memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi," kata dia. Tepat pukul 03.15 WIB, David sampai di titik tujuannya, yakni Lippo karawaci. Sebelumnya, Badan Kebijakan Transportasi Kementerian Perhubungan mengungkapkan adanya penurunan arus mudik 2025. Jumlah pemudik Lebaran tahun ini juga sempat diproyeksikan hanya 146,48 juta orang atau turun 24,4 persen dari tahun sebelumnya yang mencapai 193,6 juta orang. Fenomena ini menjadi anomali lantaran saban tahunnya, tren jumlah pemudik cenderung meningkat, kecuali saat pandemi Covid-19. Berkurangnya jumlah pemudik berdampak pada moda transportasi. Berdasarkan data dari Sistem Informasi Angkutan dan Sarana Transportasi Indonesia (Siasati), akumulasi pergerakan penumpang dari lima moda transportasi umum hingga H-3 Lebaran sebesar 6,75 juta orang, atau turun 4,8 persen dari tahun lalu. Transportasi bus antarkota dan antarprovinsi mengalami penurunan paling tajam, yakni 10,2 persen. Sementara itu, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengeklaim bahwa angka kemacetan arus mudik tahun ini turun 60 persen dibandingkan 2024. Hal itu diungkap oleh Direktur Sarana Transportasi Jalan Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Amirullah pada Minggu. "Kita bisa melihat memang secara umum ada penurunan hampir 60 persen kecelakaan lalu lintas yang terjadi selama periode angkutan Lebaran. Memang target dari angkutan Lebaran kita adalah bagaimana menurunkan angka kecelakaan," kata dia, dikutip dari Kompas.com , Minggu. Data yang dihimpun di Posko Angkutan Lebaran 2025 mencatat, kecelakaan lalu lintas saat periode mudik Lebaran 2024 terjadi sebanyak 4.300 kejadian. Namun, pada mudik Lebaran tahun ini hanya 1.700 kejadian. Copyright 2008 - 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Sentimen: negatif (100%)