Sentimen
Informasi Tambahan
Hewan: buaya
Kab/Kota: Indramayu
Tradisi Unik Jalur Mudik Indramayu, Ada Penyapu Koin dan Jembatan di Bawah Jembatan Jawa barat 30 Maret 2025
Kompas.com
Jenis Media: Metropolitan

Tradisi Unik Jalur Mudik Indramayu, Ada Penyapu Koin dan Jembatan di Bawah Jembatan Editor KOMPAS.com - Jalur Pantai Utara (Pantura) di Indramayu kembali menjadi saksi kisah unik di tengah hiruk pikuk arus mudik yang memuncak menjelang Lebaran 2025. Dilansir dari Antara, sejak H-10 atau Jumat (21/3/2025), ribuan pemudik mulai memadati rute utama di Pulau Jawa. Dari pagi buta, kendaraan roda dua dan empat terus mengalir tanpa henti. Di beberapa titik peristirahatan, suasana khas mudik juga semakin terasa, di mana para pemudik memanfaatkan fasilitas yang ada untuk melepas lelah. Di balik itu, terdapat tradisi masyarakat setempat yang mewarnai kemeriahan arus mudik di Indramayu. Mudik Lebaran bukan sekadar perjalanan kembali ke kampung halaman, tetapi juga sebuah tradisi yang mengandung banyak kisah dan budaya. Di sepanjang Jalur Pantura, berbagai kebiasaan khas mudik kembali terjadi. Salah satunya adalah fenomena sapu koin di Jembatan Sewo, Indramayu, yang tetap bertahan meskipun ada imbauan untuk dihentikan. Di kedua sisi jembatan, warga setempat duduk bersiap dengan sapu lidi di tangan. Mereka menunggu pemudik yang melempar koin sebagai bagian dari tradisi turun-temurun. Tursini, seorang penyapu koin yang telah menjalani tradisi ini selama bertahun-tahun, menjelaskan bahwa kebiasaan ini diyakini berasal dari mitos setempat. Dikisahkan adanya arwah kakak beradik Saedah-Saeni, penari ronggeng pantura yang konon berubah menjadi buaya dan bersemayam di sungai bawah jembatan. Banyak pemudik percaya bahwa melempar koin bisa membawa keselamatan selama perjalanan. "Dulu bisa sampai Rp50.000 sehari, sekarang paling Rp20.000 sampai Rp25.000," kata Tursini kepada ANTARA. Meskipun pihak kepolisian telah mengimbau warga untuk menghentikan aktivitas ini demi keselamatan, tradisi ini tetap berlangsung setiap musim mudik. Kepala Polsek Sukra, Ipda Nanang Dasuki, menyatakan bahwa pihaknya terus berupaya mengedukasi warga tentang bahaya aktivitas ini, namun imbauan tersebut belum sepenuhnya dipatuhi. Di sisi lain Jalur Pantura, kebijakan penutupan titik putar balik (u-turn) memicu inisiatif warga untuk membangun jembatan darurat di kolong jembatan. Jembatan darurat yang terbuat dari bambu dan papan kayu ini menjadi jalur alternatif bagi pemotor yang enggan memutar sejauh 3-5 km. Dengan tinggi sekitar 1,5 hingga 2 meter, jalur ini menjadi solusi bagi pemudik yang ingin memangkas waktu perjalanan meskipun risikonya cukup tinggi. Menurut Yana Suryana, warga setempat, pembangunan jalur ini dilakukan secara swadaya. Tidak ada tarif resmi, tetapi mereka menerima sumbangan seikhlasnya dari pengguna jalan. "Kami tidak menetapkan tarif, tetapi menerima sumbangan seikhlasnya. Ada yang memberi Rp1.000, Rp2.000, atau bahkan Rp5.000," ujar Yana. Dalam sehari, penjaga jembatan darurat bisa mengumpulkan sumbangan hingga Rp2 juta. Jalur darurat ini direncanakan akan beroperasi hingga arus balik selesai dan kepadatan lalu lintas kembali normal. Tak hanya di jalur darat, mudik Lebaran juga terjadi di jalur laut, khususnya di Pelabuhan Karangsong, Indramayu. Ratusan kapal nelayan dengan bobot di atas 50 Gross Tonnage (GT) mulai kembali dari perairan Papua, Kalimantan, dan Sulawesi, menyebabkan kepadatan hingga ke muara sungai. Dari total 400 kapal besar, sekitar 300 kapal sudah bersandar, dan jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah menjelang Lebaran. Kepala UPP Syahbandar Indramayu, Capt Ujang Sunardi, menjelaskan bahwa kepulangan para nelayan ini merupakan tradisi tahunan yang sudah mengakar kuat. Selain untuk berkumpul dengan keluarga saat Lebaran, momen ini juga bertepatan dengan persiapan acara nadran, yaitu pesta laut yang akan digelar setelah Lebaran. Untuk mengantisipasi gangguan lalu lintas kapal akibat lonjakan kedatangan, pihak terkait telah memindahkan kapal patroli ke muara guna menjaga akses tetap terbuka. Dari kepadatan Jalur Pantura, fenomena sapu koin di Jembatan Sewo, jembatan darurat di kolong jalan, hingga kepulangan nelayan di Pelabuhan Karangsong, setiap aspek mudik menggambarkan keunikan dan semangat Lebaran di Indonesia. Meski ada tantangan dan perubahan, tradisi ini tetap bertahan, menjadi bagian dari perjalanan panjang masyarakat Indonesia dalam merayakan hari kemenangan. Sumber: antaranews.com Copyright 2008 - 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Sentimen: negatif (72.7%)