Sentimen
Positif (92%)
30 Mar 2025 : 19.26
Informasi Tambahan

Agama: Islam

Event: Ramadhan

Kab/Kota: Madinah, Mekah

Tradisinya Santri hingga Para Nabi (2)

30 Mar 2025 : 19.26 Views 1

Detik.com Detik.com Jenis Media: News

Tradisinya Santri hingga Para Nabi (2)

Jakarta -

Artikel ini adalah tulisan kedua penulis di Kolom Hikmah detikcom. Tradisi mudik yang menyejarah memang bagian dari pergerakan migrasi orang orang dari dan ke desa atau sebaiknya. Meskipun realitanya perjalanan mudik juga dipengaruhi faktor ekonomi, sosial budaya ini lebih menunjukkan pergeseran perjalanan orang orang dari kota kota pusat urban ke desa. Meskipun ada fenomena sebaliknya. Apakah hanya kaum pekerja yang mudik? Tentu tidak. Mari kita lihat lanjutan sebagian fakta fakta yang terjadi dari tahun ke tahun.

C. Mudik dengan Misi Profetik

Adakah teladan para nabi tentang mudik? Apakah mudik bukan ibadah dan menihilkan pahala sempurnanya Ramadhan?, Memang sependek yang penulis tahu, tidak ada migrasi masal karena merayakan Idul Fitri secara langsung dari Nabi. Perpindahan dari satu wilayah ke wilayah lain, lebih pada gerakan evacuate, mengungsi, menyingkir ke tempat yang lain lebih yang lebih aman dan kalaupun disebut mudik, mudiknya bil wahyi. Kita lihat Nabi Ibrahim membawa Hajar ke Mekah, Nabi Nuh membawa kaum berimannya pergi dari adzab yang diturunkan dan tentu Nabi Muhammad berhijrah ke Madinah meninggalkan kampungnya Mekah.


Jika mudik diartikan sebagai pulang kampung, maka Nabi Musa telah melakukannya. Beliau berpuluh puluh tahun meninggalkan kampung halamannya karena ancaman para pembesar Fir'aun dan lalu pulang kembali untuk menyampaikan risalahNya. Al-Qur'an mematrinya dalam surat Toha yang artinya " Pergilah engkau berdua kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas dan berbicaralah kepadanya dengan perkataan yang lemah lembut, mudah mudahan dia sadar atau takut" (Q.S: 20 : 43-44).


Ada juga Nabi Ibrahim, kendati para ulama menulisnya berbeda beda menyebut perjalanannya. Bagi kaum Nasrani, , Nabi Ibrahim meninggalkan kampung halamannya di Ur Kasdim (sekarang Irak Selatan), menuju daerah Kan'an ( sekarang Yerussalem) dan tidak pernah mudik kembali. Namun dalam Bidayah wa al Nihayahnya Ibnu Katsr, beliau menyebut Babiloonia (Irak) tempat lahirnya. Sebagian mengatakan Damaskus dan yang lainnya menyebut Harran (Turki).

Tapi apakah Idul Fitri sudah ada sejak millah nabi nabi terdahulu?. Tentu saja berbeda penyebutannya, karena nabi nabi di atas sejatinya mudik menjalankan kerasulan dan perintahNya. Idul Fitri ada pada tradisi kenabian Muhammad, jadi umat Islamlah yang merayakannya. Nabi Muhammad pun pernah meninggalkan kampung halamannya lebih tepatnya menyingkir dari gangguan kaum musyrikin, berhijrah dari Mekah ke Madinah. Ternyata Nabi mudik lebih awal, yakni tanggal 10 Ramadhan. Setelah 8 tahun berlalu dan tinggal di Madinah. Nabi bersama para sahabatnya mudik, tanggal 10 itu bertepatan dengan 8 Juni 632 Masehi.

Tentu saja mudiknya Nabi ke kampung Mekah dengan misi profetiknya sebagaimana nabi yang lainnya, misi Fathu Makkah, penaklukan kota Mekah dari kekuasaan kaum musyrikin. Diceritakan bahwa Nabi disana sampai 19 hari dan itu artinya Idul Fitri ada di dalamnya. Dalam sejarah fikih kewajiban puasa, wahyu puasa turun pada tahun kedua Hijriyah, artinya Nabi kembali mudik pada tahun ke -6 dari perintah berpuasa. Ini misalnya jika tilik dari riwayat Ibnu 'Abbas dalam hadis yang diriwayatkan Imam Timidzi, dalam bab Fi Fadli Makah, beliau bersabda;

Dari Ibnu Abbas, Nabi Saw bersabda: "alangkah indahnya engkau negeriku : Mekah, dan aku sangat mencintaimu. Sekiranya dulu kaumku tidak mengusir dulu, niscaya aku tidak akan tinggal di tempat selain Mekah"

Namun Nabi juga mencintai Madinah sebagaimana diriwayatkan Imam Bukhari dan Imam Muslim, Nabi dalam riwayat Aisyah mengatakan;
قَالَتْ عَائِشَةُ: فَجِئْتُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخْبَرْتُهُ، فَقَالَ: «اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا المَدِينَةَ كَحُبِّنَا مَكَّةَ أَوْ أَشَدَّ، اللَّهُمَّ وَصَحِّحْهَا، وَبَارِكْ
لَنَا فِي مُدِّهَا وَصَاعِهَا، وَانْقُلْ حُمَّاهَا فَاجْعَلْهَا بِالْجُحْفَةِ»

Ya Allah jadikan kami mencintai Madinah sebagaimana Engkau menjadikan kami mencinta Mekah atau bahkan lebih dari itu. Sehatkanlah Madinah dan berkahilah kami dengan sha' dan mud- nya dan pindahlah demamnya ke Juhfah, (waktu itu Abu Bakar dan Bilal sedang sakit).

Demikian lah mudik, ia banyak makna dan melibatkan banyak aspek lahir batin. Lahir karena banyak manusia mengusahakannya, menabung bahwa negara dan swasta terlibat dalam kebijakan yang secara tak langsung menyukeskannya. Batin, karena mudik yang esensinya silaturahmi adalah kebutuhan dasar manusia sebagai. Nabi pun tak mengabaikan urgennya silaturahmi, bahkan silaturahmi adalah salah satu kunci meluaskan rizki dan berkah serta memanjangkan usia. Misi semakin penting jika tempat yang kita tuju masih ada orang tua. Semua itu ada dalam ahwal Nabi dan menjadi konsenya. Bagaiman Fikih?

Fikih tak memutuskan silaturahmi bersifat wajib, namun hal yang sangat dianjurkan, karena itu sebagian dari aturan yang mengiringinya sudah ada : rukhasah atau keringan puasa pun juga ibadah dalam safar. Karena safar itu perlu sangu perlu modal, tentu saja ada yang belum beruntung mudik. Bagi mereka tentu sangat terbantu dengan alat bantu IT yang semakin canggih, vcall. Kita bisa melihat bentuk dan geraknya walau tak bisa menyentuhnya dan bentuk e-silaturahmi ini tentu tak genap meluapkan inti silaturahmi yang tentu saja ada keteladanan, keakraban nilai tambah dan kurangnya. Selamat mudik untuk anda yang beruntung dan bersabar bagi yang belum bisa. Selamat mudik selamat lebaran, Mari maknai mudik dengan positif .

Ihfadhillah Wallahu Yakfadzkum, Ja'allahu lana wa iyyakum minal 'aidina wal faizin, kulli 'amin bish shihah wal 'afiyah.


Dr.Hj.Ala'I Nadjib
Sekretaris Lembaga Bahtsul Masail PBNU

Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis. (Terima kasih - Redaksi)


(erd/erd)

Sentimen: positif (92.8%)