Sentimen
Negatif (88%)
22 Mar 2025 : 15.46
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Batang

Kisah Ribut Uripah Nekat Kabur dari Majikan di Malaysia, Pilih Tinggal di Gubuk, Kini Pulang Kampung - Halaman all

22 Mar 2025 : 15.46 Views 15

Tribunnews.com Tribunnews.com Jenis Media: Regional

Kisah Ribut Uripah Nekat Kabur dari Majikan di Malaysia, Pilih Tinggal di Gubuk, Kini Pulang Kampung - Halaman all

TRIBUNNEWS.COM - Seorang pekerja migran Indonesia di Malaysia bernama Ribut Uripah akhirnya kembali ke pelukan keluarga di Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Jumat (21/3/2025).

Ribut Uripah sebelumnya menjadi viral di media sosial karena ditemukan hidup setelah hilang selama 19 tahun, kini kembali berkumpul dengan keluarga menjelang perayaan Hari Raya Idulfitri 1446 H.

Diberitakan, Ribut pergi ke Malaysia pada tahun 2006 dan tidak pernah memberi kabar.

Dia temukan sedang berada di gubuk kayu di pinggiran kebun-kebun Malaysia, tanpa alat komunikasi.

Ribut juga mengganti namanya menjadi Sakinah Anggraeni selama di Malaysia.

Kini atas bantuan berbagai pihak, Ribut pun dapat berkumpul dengan keluarganya di kampung halaman, tepatnya di Desa Candirejo, Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang pada Jumat sore sekira pukul 16.00 WIB.

Saat ditemui di rumahnya, Ribut mengungkapkan awal mula dia berangkat ke Malaysia untuk bekerja.

Ribut saat itu terpaksa menerima tawaran ke Malaysia lantaran menganggur dan mempunyai seorang anaak yang masih kecil.

"Dulu saya ke Malaysia karena tidak ada kerjaan di sini, ya terpaksa lah, karena posisi saya waktu itu punya anak kecil, jadi akhirnya menerima tawaran ke Malaysia," tutur Ribut, Jumat malam.

Namun, bukannya bekerja untuk masa depan anak dan keluarganya, Ribut malah berubah harus berjuang hidup di tanah rantau.

Ia mengaku selama setahun bekerja sebagai asisten rumah tangga tanpa digaji, bahkan untuk keluar rumah pun diberi izin oleh majikannya.

Merasa tidak betah, akhirnya Ribut nekat melarikan diri.

Dia kabur melalui pintu toko setelah setahun bertahan tanpa gaji.

"Ya karena saya tidak dapat gaji bahkan keluar rumah juga tidak boleh, kurang lebih satu tahun saya bertahan, sudah tidak betah sekali, saya memilih kabur, kabur lewat pintu kedai di rumah majikan," ungkap Ribut.

Pelariannya sampai ke daerah perkebunan, kemudian membangun gubuk kayu sebagai tempat tinggal.

Untuk bertahan hidup, dia mengandalkan pekerjaan serabutan.

Seperti membersihkan rumput hingga mengangkut sampah ke kantor pengelola dengan bayaran seadanya.

"Dibayar sekitar 45 ringgit per hari, tergantung siapa yang mau bayar," ujarnya.

Takut Polisi

Selama di hutan, Ribut hidup sederhana tanpa alat komunikasi. Ia pun memasak di depan gubuknya menggunakan kayu bakar.

Di sisi lain, Ribut Uripah mengakui bahwa dirinya tidak punya dokumen resmi selama tinggal di sana.

Hal itu lah yang membuat dirinya sempat takut jika berurusan dengan polisi Malaysia.

Ribut memilih menjalani rutinitasnya bekerja sebagai buruh harian di Malaysia, tanpa membawa alat komunikasi apapun.

Beruntung, kini ia bisa bertemu anak semata wayangnya, Istianah.

"Tadi saya nangis pas ketemu anak saya, sekarang dia sudah gede, cantik," ungkapnya.

Ribut juga merasa bahagia lantaran banyak kerabat dan tetangga yang menyambut kepulangannya.

Bahkan, dia menyebut saking banyaknya orang, penyambutan ini layaknya acara pengajian.

"Alhamdulillah banyak sekali tadi orang-orang saat saya datang, seperti mau pengajian," ujarnya sambil bercanda.

Ribut kini memilih untuk beristirahat dan menikmati kebersamaan dengan keluarga.

Dia mengaku bersyukur bisa merayakan Idul Fitri bersama orang-orang tercinta.

"Senang bisa pulang lebih cepat jadi bisa Raya di kampung halaman, mau istirahat dulu, dan ketemu saudara tetangga-tetangga," pungkasnya.

Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul Alasan Ribut Uripah Tak Bisa Hubungi Keluarga di Batang, 19 Tahun Hidup di Hutan Malaysia Usai Lari.

(Tribunnews.com/Isti Prasetya, TribunJateng.com/Dina Indriani)

Sentimen: negatif (88.9%)