Sentimen
Undefined (0%)
21 Mar 2025 : 20.18
Informasi Tambahan

Agama: Hindu

Kab/Kota: Gunung, Karanganyar

Tokoh Terkait

Relief Candi Sukuh di Berjo Karanganyar Mengandung Pesan Filosofi Kehidupan

21 Mar 2025 : 20.18 Views 16

Espos.id Espos.id Jenis Media: Solopos

Relief Candi Sukuh di Berjo Karanganyar Mengandung Pesan Filosofi Kehidupan

Esposin, KARANGANYAR--Candi Sukuh di Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, menyimpan cerita sejarah peninggalan akhir Kerajaan Majapahit.  Simak ulasannya di Asale Karanganyar ini.

Nuansa sakral begitu terasa saat memasuki kawasan candi. Pengunjung yang hendak memasuki area candi harus mengenakan kain Kampuh motif kotak kotak berwarna hitam putih. 

Candi Sukuh ini berada di ketinggian 1.186 meter di atas permukaan laut di kawasan Lereng Gunung Lawu Karanganyar. Kawasan Candi Sukuh memiliki tiga gerbang atau gapura dengan banyak relief. Konon, candi ini memiliki kemiripan dengan peninggalan budaya Suku Maya di Meksiko atau situs di Amerika Selatan. Memasuki halaman pertama candi, ada belasan anak tangga yang harus dilewati. 

Terlihat sebuah ukiran yang saling berhadapan dengan gambar lingga dan yoni serta bingkai rantai. Relief lingga dan yoni tersebut, melambangkan awal dari kehidupan manusia dengan melalui proses reproduksi.

Staf Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah X Jateng dan DIY yang juga pengelola Candi Sukuh, Gunawan, mengatakan Candi Sukuh melambangkan sebuah perjalanan kehidupan manusia dari awal proses pembentukan manusia, hingga pensucian diri kepada yang maha pencipta, melalui proses ruwatan. 

Dikatakannya, Candi Sukuh pertama kali ditemukan pada tahun 1815 oleh Johnson, Residen Surakarta. Awal mula menemukannya, Johnson hanya melakukan penelitian untuk mengumpulkan data-data guna menulis buku the History Of Java yang dilakukan oleh Thomas Stamford Raffles. Setelah masa pemerintahan Britania Raya berlalu, Van Der vlies yang merupakan arkeolog Belanda melakukan penelitian pemugaran pertama yang dimulai pada tahun 1928. Fakta tersebut menunjukkan bahwa Candi Sukuh telah ada sejak lama dan sampai kini masih terawat.

"Menurut berbagai sumber, Candi sukuh ini dibangun pada tahun 1359 atau pada pertengahan abad ke 14 hingga 15. Pendapat itu diambil dari relief dan ukiran huruf-huruf dibagian gapura candi yang bisa disebut candra sengkala," kata dia kepada Espos, Jumat (21/3/2025).

Pada gapura itu, terdapat tulisan bahasa Jawa yakni Gapuro Bhuto Anguntal Jalmo, atau dalam Bahasa Indonesia yang diartikan Seorang Raksasa Memangsa Manusia. Tulisan itu dapat diartikan menjadi Gapuro sebagai angka sembilan, buto itu angka lima, anguntal itu angka tiga, dan Jalmo itu angka satu, dari setiap arti tersebut yang diperkirakan menjadi tanggal pembangunan Candi Sukuh. Di Candi Sukuh, lanjut dia, juga terdapat relief lingga dan yoni yang menggambarkan, proses penyatuan bhana alit dan buana agung dalam mitologi Hindu atau bisa disebut Purusa dan pradana.

"Candi Sukuh termasuk ke dalam Kompleks candi Hindu di Karanganyar. Sampai sekarang masih sering digunakan untuk ritual ibadah agama Hindu. Buat warga sekitar, juga masih menggelar acara adat rasulan di setiap akhir bulan suro, satu tahun sekali," katanya.

Dia mengatakan keberadaan Candi Sukuh tidak hanya menjadi sebuah tempat untuk kegiatan religi saja. Namun juga mempunyai daya tarik bagi wisatawan sekedar ingin liburan atau belajar tentang sejarah candi sukuh. Keberadaan candi dengan berbagai reliefnya ini menyimpan banyak nilai historical dan keagaman yang tinggi.

Namun, tidak hanya bangunan candi dan reliefnya yang perlu dilestarikan, kebudayaan atau makna dibalik sebuah ritual yang dilakukan di dalam candi sebagai tempat ibadah juga perlu di lestarikan. Jangan sampai, perkembangan zaman yang semakin maju saat ini membuat budaya warisan ini hilang ditelan zaman. Karena, beragam kebudayaan dan ritual adat merupakan salah satu kekayaan yang dimiliki Negara Indonesia.

Sentimen: neutral (0%)