Sentimen
Undefined (0%)
21 Mar 2025 : 20.08
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Boyolali

Tokoh Terkait

Sering Terjadi, Ikan Mati Massal di Waduk Cengklik Boyolali Dipicu Upwelling

21 Mar 2025 : 20.08 Views 12

Espos.id Espos.id Jenis Media: Solopos

Sering Terjadi, Ikan Mati Massal di Waduk Cengklik Boyolali Dipicu Upwelling

Esposin, BOYOLALI--Kematian ikan secara massal dan mendadak di Waduk Cengklik Boyolali kerap terjadi. Penyebabnya diperkirakan karena berkurangnya kadar oksigen dari dalam air diikuti dengan munculnya gas-gas beracun yang mempercepat kematian ikan dalam air atau yang dikenal sebagai fenomena upwelling.

Seperti diberitakan, sejumlah peternak ikan air tawar yang tergabung dalam tiga Paguyuban Karamba Jaring Apung (KJA) Waduk Cengklik mengalami kerugian karena 19,1 ton ikan yang mereka pelihara di karamba mati secara mendadak pada Kamis (20/3/2025). Nilai kerugian diperkirakan mencapai sekitar Rp500 juta.

Ketua Paguyuban KJA Tirta Panguripan Waduk Cengklik, Supriyanto, menyampaikan kejadian yang sama kerap berulang setiap tahunnya.

“Namun dua tahun belakangan ini yang semakin parah dibanding dengan sebelumnya,” kata Supriyanto saat ditemui Espos di kawasan Waduk Cengklik, Jumat (21/3/2025).

Ia memaparkan kejadian yang sama terjadi pada November 2024 lalu dan ini terulang kembali pada Maret 2025. Supriyanto memperkirakan penyebabnya karena gangguan cuaca ekstrem yang terjadi di kawasan Waduk Cengklik.

Dia menjelaskan sebelum kejadian kematian massal ikan yang merugikan para peternak ada tanda-tanda tertentu. Di antaranya yakni pada dua hari atau satu hari sebelum kematian massal tersebut biasanya cuaca gerimis dan mendung secara terus-menerus. Kondisi tersebut juga diikuti dengan suhu udara yang panas.

“Dan kalau sudah muncul tanda-tanda itu, termasuk juga tidak tampaknya matahari secara langsung, nantinya akan diikuti dengan tanda-tanda pada ikan,” tambahnya.

Ciri-ciri pada ikan bisa dilihatnya yakni akan berada di permukaan air dengan minim gerakan. Selain itu, kata dia, ikan-ikan juga tidak ada mau makan pakan yang diberi oleh peternak ikan. Bersamaan dengan itu pula, eceng gondok yang ada di Waduk Cengklik akan mengarah ke sisi selatan waduk.

“Tanda-tanda itu tampak pada Rabu [19/3/2025] sore kemarin dan benar pada Kamis pagi kami melihat ikan-ikan pada mengapung, mati,” kata dia.

Jenis-jenis ikan yang mati itu didominasi oleh jenis ikan kakap merah dan sebagian kecil jenis ikan koi dan ikan lele.

“Dan ini kerap terjadi di masa peralihan musim yang ekstrem,” pungkasnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Perikanan Dinas Peternakan dan Perikanan Boyolali, Nurul Nugroho, membenarkan fenomena kematian ikan massal secara mendadak kerap terjadi.

Pihaknya menyebut penyebab karena upwelling atau air dingin yang kaya nutrisi dari dasar naik ke permukaan sehingga kadar oksigen dalam air berkurang secara drastis dan mendadak.

“Ini diikuti dengan munculnya H2S [gas hidrogen sulfida] dan CH4 [gas metana] yang mempercepat kematian ikan-ikan tersebut,” kata Nugroho saat dimintai konfirmasi Espos pada Jumat (21/3/2025).

Kematian massal atas ikan-ikan tersebut bisa diminimalkan menurut Nugroho dengan sejumlah cara di antaranya mengatur kepadatan ikan dan manajemen pakan di KJA termasuk penggunaan probiotik.

Selain itu perlu meningkatkan aerasi dengan penggunaan kincir di KJA yang ada, serta penggunaan eco enzim dari pengolahan eceng gondok untuk mengembalikan kualitas air Waduk Cengklik.

“Dari sisi kebijakan perlu kajian mendalam terhadap daya dukung dan daya tampung perairan waduk untuk budidaya KJA. Sehingga bisa dijadikan dasar regulasi pengurangan daya tampung ikan di KJA. Karena salah satu indikator terjadinya upwelling adalah kelebihan kapasitas populasi di KJA,” pungkasnya. 

 

Sentimen: neutral (0%)