Sentimen
Negatif (100%)
19 Mar 2025 : 12.16
Informasi Tambahan

Grup Musik: APRIL

Kasus: Teroris

Netanyahu Klaim Serangan Israel di Gaza Baru Permulaan, Salahkan Hamas atas Korban Sipil - Halaman all

19 Mar 2025 : 12.16 Views 6

Tribunnews.com Tribunnews.com Jenis Media: Internasional

Netanyahu Klaim Serangan Israel di Gaza Baru Permulaan, Salahkan Hamas atas Korban Sipil - Halaman all

TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, memperingatkan bahwa gelombang serangan udara yang menewaskan ratusan warga Palestina di Gaza hanyalah "permulaan."

Dalam pidato yang disiarkan televisi pada Selasa (18/3/2025) malam, Netanyahu menegaskan pasukan Israel akan terus menyerang Hamas dengan "kekuatan yang semakin meningkat".

Netanyahu juga menyinggung negosiasi gencatan senjata hanya akan dilakukan "di bawah tembakan."

"Hamas telah merasakan kekuatan kami dalam 24 jam terakhir, dan saya ingin meyakinkan Anda – dan mereka – ini baru permulaan," ujar Netanyahu, seperti dilansir Al Jazeera.

Serangan udara Israel yang dilancarkan sejak Senin (17/3/2025) malam menghantam berbagai wilayah Gaza, termasuk Khan Yunis, Rafah, Kota Gaza, dan Deir el-Balah.

Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, setidaknya 404 warga Palestina tewas, termasuk banyak anak-anak, dan lebih dari 560 lainnya terluka.

Serangan ini juga menghancurkan rumah-rumah warga, menyebabkan pengungsian massal, dan membebani fasilitas kesehatan yang sudah kewalahan akibat perang yang berkepanjangan.

Dalam pidatonya, Netanyahu menyalahkan Hamas atas kelanjutan perang dan tingginya korban sipil di Gaza.

"Warga sipil Palestina harus menghindari kontak dengan teroris Hamas," katanya.

Ia juga meminta warga Gaza untuk mengungsi ke daerah yang lebih aman, seraya menambahkan "setiap korban sipil adalah kesalahan Hamas."

Israel mengklaim telah menargetkan pejabat tinggi Hamas dalam serangan ini, termasuk Mayor Jenderal Mahmoud Abu Watfa, seorang pejabat senior di Kementerian Dalam Negeri Gaza, BBC melaporkan.

Gagalnya Negosiasi Gencatan Senjata

Serangan terbaru ini menghancurkan gencatan senjata yang sebelumnya dimulai pada 19 Januari.

Negosiasi tahap kedua kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas mengalami kebuntuan setelah Israel menolak tawaran Hamas untuk membebaskan seorang warga negara ganda Amerika-Israel serta jenazah empat sandera yang telah tewas.

Israel bersikeras memperpanjang tahap pertama gencatan senjata hingga pertengahan April, sementara Hamas menolaknya dan menuntut dimulainya tahap kedua yang mencakup pembebasan semua sandera serta penghentian permanen perang.

Dengan serangan ini, prospek gencatan senjata jangka panjang semakin redup.

Netanyahu menegaskan Israel akan terus berjuang hingga "membebaskan para sandera, menyingkirkan Hamas, dan memastikan Gaza tidak lagi menjadi ancaman bagi Israel."

Sementara itu, situasi kemanusiaan di Gaza terus memburuk, dan upaya diplomatik untuk menghentikan perang masih menemui jalan buntu.

Dukungan AS dan Sikap Hamas

Pemerintahan Presiden AS, Donald Trump, disebut telah berkoordinasi dengan Israel sebelum serangan ini terjadi.

Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, Brian Hughes, menyatakan Hamas seharusnya bisa membebaskan sandera untuk memperpanjang gencatan senjata, tetapi justru memilih "penolakan dan perang."

Di sisi lain, Hamas menuduh Israel sengaja menggagalkan kesepakatan demi terus melakukan serangan.

Kelompok tersebut juga memperingatkan dimulainya kembali perang oleh Israel bisa menjadi "hukuman mati" bagi para sandera yang masih hidup di Gaza.

Krisis Kemanusiaan Memburuk

Dengan serangan baru ini, rumah sakit di Gaza kembali dipenuhi korban.

Dr. Sabrina Das, seorang dokter yang melatih tenaga medis Palestina, mengatakan kepada BBC bahwa serangan ini terjadi secara tiba-tiba dan menyebabkan kepanikan di seluruh Gaza.

"Kami tahu perang akan segera dimulai lagi," ujarnya.

Sementara itu, Mohammed Zaquot, direktur rumah sakit di Jalur Gaza, menyebut jumlah staf medis yang tersedia tidak cukup untuk menangani skala serangan ini, sehingga tim tambahan harus segera dipanggil.

Protes Keluarga Sandera Israel

Di Israel, keluarga sandera yang masih ditahan Hamas mengecam keputusan pemerintah untuk kembali melancarkan serangan ke Gaza.

Kelompok yang mewakili keluarga sandera menuduh Netanyahu telah "menyerahkan sandera" dengan memilih opsi militer daripada negosiasi.

Liran Berman, yang saudara kembarnya masih menjadi tawanan Hamas, mengatakan kepada BBC "jika Hamas mau, para sandera akan kembali. Mereka ada di tangan mereka."

Menurut data Israel, masih ada 59 sandera yang ditahan Hamas, dengan 24 di antaranya diyakini masih hidup.

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

Sentimen: negatif (100%)