Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Sorong
BRIN Ungkap Masalah Pendidikan di Papua Barat: Ketidakhadiran Guru hingga Akses Terbatas
Kompas.com
Jenis Media: Nasional
/data/photo/2024/08/02/66ac45a296eb6.jpeg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
BRIN Ungkap Masalah Pendidikan di Papua Barat: Ketidakhadiran Guru hingga Akses Terbatas Tim Redaksi JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Riset dan Inovasi Nasional ( BRIN ) membeberkan sejumlah faktor yang menyebabkan kualitas pendidikan di Provinsi Papua Barat sangat rendah bila dibandingkan dengan provinsi lainnya. Direktur Evaluasi Kebijakan Riset, Teknologi, dan Inovasi BRIN Yan Rianto mengungkapkan, salah satu penyebab rendahnya kualitas pendidikan di Papua Barat adalah tingginya angka ketidakhadiran guru . “Permasalahan di Papua Barat, tingkat ketidakhadiran guru cukup tinggi, yaitu 37-43 persen,” ujar Rianto dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Panja Pendidikan di Daerah 3T dan Daerah Marginal di Komisi X DPR RI Selasa (4/3/2025). Selain persoalan ketidakhadiran guru, kualitas pendidikan di Papua Barat juga dipengaruhi oleh partisipasi dan akses ke sekolah yang terbatas, hingga kurikulum nasional yang belum dapat diimplementasikan secara penuh. Selain itu, kondisi geografis masih menjadi tantangan yang perlu dihadapi masyarakat, mengingat banyak dari mereka yang tinggal di kawasan pegunungan. Bahkan, jarak dari rumah ke sekolah bisa mencapai lebih dari 10 km. Tak hanya itu, pemerintah daerah juga dinilai punya kapasitas yang terbatas untuk melaksanakan sejumlah kebijakan meski sudah memiliki otonomi khusus daerah. “Ada aspek budaya, waktu sekolah terbatas karena anak-anak orang asli Papua ini harus membantu orang tuanya berburu dan berkebun, atau (perlu mengikuti) perayaan-perayaan di lokasi setempat,” kata Rianto. Ia mengungkapkan, permasalahan serupa juga ditemukan di Provinsi Papua Barat Daya. Kualitas pendidikan yang terbatas di wilayah ini ikut mempengaruhi kemampuan baca tulis anak-anak. “Di Sorong Selatan ini, (ada anak) SD kelas 2 ditemukan bahwa kemampuan membaca masih terbatas pada mengenal huruf dan mengeja kata serta membaca beberapa kata sederhana,” jelas Rianto. Bahkan, anak tersebut disebutkan kesulitan membaca huruf konsonan atau huruf mati dan belum bisa membaca satu kalimat secara utuh. “Rendahnya kemampuan dasar ini juga masih banyak ditemukan di siswa orang asli Papua di kelas 4, 5, dan 6 SD,” kata Rianto. Beberapa siswa ditemukan sudah bisa membaca, tetapi mereka tidak memahami isi bacaan yang baru mereka baca. Lebih parahnya lagi, kondisi serupa juga ditemukan di siswa kelas SMP dan SMA. Rianto menjelaskan, buruknya kualitas pendidikan di Provinsi Papua Barat Daya disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kurikulum yang belum sesuai dengan konteks lokal hingga keterbatasan infrastruktur seperti perpustakaan, buku, dan sekolah. Untuk menyelesaikan masalah ini, BRIN menawarkan sejumlah solusi, mulai dari mengembangkan model pembelajaran literasi untuk siswa kelas sekolah dasar, memperbaiki nutrisi dan gizi anak-anak sekolah, hingga menghapus berbagai pungutan yang ada di lingkungan sekolah dasar. Copyright 2008 - 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Sentimen: positif (88.9%)