Panglima Perang Baru Israel Bakal Copot Besar-besaran Petinggi IDF, Perang Gaza Berubah Pola - Halaman all
Tribunnews.com
Jenis Media: Internasional

Panglima Perang Baru Israel Bakal Copot Besar-besaran Petinggi IDF, Perang Gaza Berubah Pola
TRIBUNNEWS.COM - Media Israel, Channel 12 melaporkan, Kepala Staf baru Militer Israel (IDF), Eyal Zamir, akan mencopot sejumlah pimpinan militer yang namanya dikaitkan dengan kegagalan IDF pada 7 Oktober 2023.
Laporan itu menjelaskan kalau di antara para petinggi militer IDF yang diperkirakan akan dicopot adalah para pimpinan Angkatan Udara Israel, pimpinan Front Dalam Negeri Israel, pemimpin Operasi militer IDF, dan petinggi Intelijen militer IDF.
Adapun Otoritas Penyiaran Israel, KAN, mengutip sumber yang dekat dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu melaporkan, "Akan ada perubahan dalam sifat pertempuran dengan pergantian Kepala Staf IDF ini".
Laporan ini menguatkan indikasi kalau Israel akan melanjutkan perang Gaza dengan mengabaikan negosiasi gencatan senjata yang seharusnya sudah memasuki Tahap II dalam kerangka pertukaran sandera dan tahanan.
Pada awal Februari lalu, kantor Netanyahu mengumumkan bahwa Eyal Zamir telah ditunjuk sebagai Kepala Staf IDF, menggantikan Herzi Halevi, yang mengundurkan diri pada 21 Januari, menyusul kegagalan militer IDF pada serangan Banjir Al-Aqsa oleh Hamas pada 7 Oktober 2023.
Halevi dan komandan Komando Selatan, Yaron Finkelman, mengakui kegagalan tentara dalam menghadapi operasi Banjir Al-Aqsa yang dilakukan oleh Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas.
Menyusul pengumuman pengunduran dirinya, Menteri Pertahanan Yisrael Katz mengumumkan kalau dia akan memulai wawancara dengan kandidat kepala staf berikutnya, dengan Mayor Jenderal Eyal Zamir sebagai kandidat utama untuk posisi tersebut.
Perkiraan tersebut memberikan preferensi kepada Zamir, karena ia adalah Direktur Jenderal Kementerian Pertahanan, dan tidak berada di posisi dan jabatan ketentaraan Israel pada saat kegagalan 7 Oktober.
Zamir menjabat sebagai wakil kepala staf angkatan darat dari tahun 2018 hingga 2021, menurut situs web angkatan darat.
Ia juga sebelumnya mengepalai Komando Selatan, yang bertanggung jawab atas operasi militer dan pertahanan, termasuk perbatasan Gaza.
Sebelumnya, ia menjabat sebagai sekretaris militer Netanyahu.
BRIGADE AL-QASSAM - Foto ini diambil pada Jumat (28/2/2025) dari Telegram Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, pada Sabtu (7/10/2023) memperlihatkan seorang pejuang Hamas meluncur dengan parasut ketika melancarkan Operasi Banjir Al-Aqsa. Pada Jumat (28/2/2025), Hamas mengomentari investigasi militer Israel yang mengungkap kegagalannya mencegah serangan Hamas. (Telegram Brigade Al-Qassam) Ratusan IDF Tewas dalam Tiga Jam oleh Hamas
Militer Israel dianggap telah gagal, sesuai hasil investigasi Israel terhadap Operasi Banjir al-Aqsa yang dilakukan Hamas dan pejuang Palestina, 7 Oktober 2023 lalu.
Hamas dalam Operasi Perlawanan Palestina memberikan pukulan berat bagi pasukan pendudukan Israel dalam beberapa jam pertama saat serangan Oktober 2023 lalu.
Bahkan, pasukan zionis Israel dalam Divisi Gaza secara efektif dikalahkan Hamas serta pejuang Palestina dalam waktu dua jam.
Selain itu, sebagian besar komandan tingkat menengah Israel, termasuk batalion dan pemimpin perusahaan, tewas pada tahap awal.
Di atas kerugian yang mengejutkan, komandan tiga brigade Israel juga dieliminasi Hamas, dikutip dari Al Mayadeen.
Hal itu membuat total 157 tentara Israel tewas dalam tiga jam pertama.
Surat kabar Israel, Walla!, melaporkan Hamas menargetkan pangkalan udara Angkatan Udara Israel dengan tembakan roket berat, mengganggu lepas landas, yang kemudian menyebabkan kebingungan lebih lanjut dalam hal respons militer.
Penyelidikan terpisah oleh Maariv menggambarkan kinerja militer pasukan pendudukan Israel pada 7 Oktober sebagai kegagalan bersejarah dan belum pernah terjadi sebelumnya.
Seorang pejabat senior militer Israel pun mengakui hal itu.
Maariv mengomentari laporan itu dengan mengatakan Divisi Gaza Israel dikalahkan dalam dua jam pertama perang oleh Hamas.
Militer Israel Gagal
Hasil investigasi juga telah mengungkap kegagalan kritis aparat militer dan intelijen pendudukan Israel, mereka telah melakukan kesalahan perhitungan, penyimpangan operasional, dan kerusakan komando.
Media Israel Yedioth Ahronoth menyimpulkan intelijen militer Israel menderita arogansi dan kebutaan saat di medan perang melawan Hamas dan pejuang Palestina.
Zionis itu gagal mengantisipasi skala serangan dari Hamas.
Penyelidikan menemukan, Hamas awalnya berencana untuk meluncurkan serangan selama Paskah pada 2023 tetapi menundanya untuk meningkatkan kesiapsiagaan.
Dalam bulan-bulan menjelang serangan itu, Komando Selatan pasukan pendudukan Israel (IOF) menilai, skenario terburuk akan melibatkan infiltrasi sekitar 70 pejuang Hamas bersenjata melalui dua titik di sepanjang perbatasan Gaza.
Namun, kenyataan sekitar 5.000 pejuang Hamas telah melanggar pertahanan Israel.
Kesalahpahaman militer Israel ini diperparah oleh arahan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu tiga bulan sebelum serangan itu, menginstruksikan IOF untuk memprioritaskan ancaman dari Iran, Hizbullah, dan Tepi Barat sambil tetap tenang di Gaza.
Pergeseran fokus ini membuat pasukan Israel tidak siap untuk serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Investigasi mengungkapkan pasukan Israel di Gaza runtuh selama beberapa jam selama serangan yang dilakukan Hamas.
Sentimen: negatif (100%)