Sentimen
Positif (86%)
2 Mar 2025 : 21.21

Bisnis Kedai Kopi Makin Ketat, Ini Strategi untuk Bertahan!

2 Mar 2025 : 21.21 Views 26

Medcom.id Medcom.id Jenis Media: Ekonomi

Bisnis Kedai Kopi Makin Ketat, Ini Strategi untuk Bertahan!

Jakarta: Industri kopi di Indonesia semakin kompetitif, dengan merek-merek baru bermunculan dan tren yang terus berubah. 
 
Bagi pebisnis muda, memahami strategi bertahan di industri ini menjadi kunci keberhasilan. 
 
Salah satu jenama kopi lokal, Titik Koma, membagikan kiatnya untuk tetap relevan dan berkembang di tengah persaingan sengit. Kenali pasarmu, jangan asal ikut tren Melansir Antara, Minggu, 2 Maret 2025, CEO dan co-founder Titik Koma, Andrew Prasetya Goenardi mengatakan, salah satu kesalahan terbesar dalam bisnis kopi adalah mencoba menyasar semua segmen tanpa strategi yang jelas.

"Industri kopi itu kan sangat bervariasi, kita di bisnis yang red ocean. Dari yang harganya murah sampai mahal banget itu semua ada pasarnya. Cuma yang kita harus tahu, kita mau berada di mana," ujar Andrew
 
Andrew menyampaikan, setiap usaha di industri tersebut perlu memahami di mana mereka ingin berada, apakah menyasar segmen premium, menengah, atau yang lebih terjangkau.

Branding adalah segalanya Bagi Titik Koma, memiliki branding yang kuat lebih penting dibanding sekadar menjual kopi. Dari desain gerai hingga konsep layanan, semua dibuat untuk membangun identitas yang melekat di benak pelanggan.
 
Merek kopi yang berdiri sejak 2016 itu berupaya menghadirkan pengalaman yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan, salah satunya dengan menciptakan suasana untuk bekerja, pertemuan bisnis, atau sekadar nongkrong.
 
Untuk itu, Titik Koma menyediakan tempat yang nyaman untuk bekerja dengan suasana tenang, hingga gerai dengan private meeting room berkapasitas kecil.
 
"Kami mencoba mengakomodir apa yang dibutuhkan pasar karena tiap daerah punya preferensi yang berbeda," ujar dia. Kulitas biji kopi Kunci lain yang membuat Titik Koma tetap eksis adalah fokus pada kualitas biji kopi. Andrew menekankan bahwa mereka lebih memilih membeli bahan baku berkualitas, meski dengan harga lebih tinggi, daripada mengorbankan rasa demi menekan biaya produksi.
 
Selain itu, mereka tidak mudah tergiur mengikuti tren minuman viral.
 
“Kami pernah mencoba menjual minuman yang sedang tren, tetapi pada akhirnya kami sadar, jika kami sendiri tidak bisa menikmatinya, maka itu bukan produk yang layak kami jual,” ucap dia. Franchise, cara cerdas ekspansi tanpa risiko besar Banyak brand kopi lokal gagal berkembang karena ekspansi yang terlalu cepat tanpa sistem yang solid. Titik Koma memilih jalur franchise, memungkinkan mereka memperluas bisnis dengan modal yang lebih terdistribusi.
 
Franchise memberi peluang buat partner bisnis untuk berkembang bersama dengan sistem yang sudah teruji.
 
"Dengan ini, sebuah merek dapat memperluas jangkauan modal yang lebih terdistribusi, sementara mitra franchise mendapatkan keuntungan dari sistem yang sudah teruji," ungkap dia.
 
Bagi kamu yang ingin membangun brand kopi, strategi branding kuat, pengalaman pelanggan yang unik, serta sistem manajemen yang solid adalah kunci bertahan di tengah persaingan ketat. Siap memulai bisnis kopi kamu sendiri? 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

(ANN)

Sentimen: positif (86.5%)