Sentimen
Negatif (100%)
13 Feb 2025 : 18.18
Informasi Tambahan

Hewan: Babi, Kambing, Sapi

Kab/Kota: Gunung, Pasuruan, Surabaya

Ciri-ciri Babi di Pasuruan yang Mendadak Mati, Muncul Bintik-bintik Ungu Surabaya 13 Februari 2025

13 Feb 2025 : 18.18 Views 21

Kompas.com Kompas.com Jenis Media: Regional

Ciri-ciri Babi di Pasuruan yang Mendadak Mati, Muncul Bintik-bintik Ungu
                
                    
                        
                            Surabaya
                        
                        13 Februari 2025

Ciri-ciri Babi di Pasuruan yang Mendadak Mati, Muncul Bintik-bintik Ungu Tim Redaksi PASURUAN, KOMPAS.com - Babi yang mati di Kabupaten Pasuruan , Jawa Timur terus bertambah. Sehari, 4 ekor babi mati di satu desa. Para pemilik babi menjumpai hewan peliharaannya mati diawali nafsu makan dan minum yang berkurang. Kemudian, babi tersebut menjadi lemas beberapa saat sebelum mati. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan setempat juga mencatat ada gejala dan penyebab terjangkitnya penyakit pada babi. "Faktor penyebab terjadinya kasus penyakit pada babi mati di Tosari Pasuruan yakni karena perubahan cuaca sehingga daya tahan tubuh babi menurun serta lalu lintas ternak dari daerah tertular," kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Pasuruan, Ainur Alfiyah, Kamis (13/02/2025). Adapun gejala atau ciri-ciri babi yang mengalami kematian berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan anamnesa sebagai berikut: - Lethargi, kondisi babi mengalami lemas seperti kehilangan tenaga. - Anoreksia, kondisi babi tidak mau makan sehingga mengalami perubahan penurunan drastis. - Petechie di beberapa bagian tubuh, terutama bagian dada, perut, dan axilla, yang ditandai dengan munculnya bintik-bintik berwarna ungu. - Sebagian ekor babi dijumpai ada yang muntah dan keluar darah dari hidung. - Demam. "Dan dari gejala-gejala di atas yang terus dialami, rata-rata babi kemudian mati dalam 2-3 hari setelah gejala awal itu muncul," katanya. Sementara itu, Kepala Desa Wonokitri Kecamatan Tosari menuturkan bahwa dalam sehari terakhir sudah ada 4 ekor babi mati. Jika ditotal, dua pekan terakhir sudah 29 ekor babi yang mati. "Warga hanya bisa pasrah, Mas, karena warga saya sudah melakukan perawatan sesuai anjuran dari dinas peternakan ," tutur Wirya pada Kompas.com , Kamis (13/02/2025). Wirya menyampaikan, babi bagi masyarakat suku Tengger di Tosari sudah menjadi komoditas ekonomi. Seperti halnya peternak sapi atau kambing di perkampungan, mereka setiap hari harus memberi pakan katul, rumput, dan air. "Sesekali babi di sini juga diberi konsentrat khusus pakan babi. Rata-rata warga saya memiliki satu atau dua babi untuk dijual atau dipotong sendiri. Semenjak banyak babi mati, warga tentu khawatir," katanya. Kondisi berbeda terjadi di Desa Sedaeng, Kecamatan Tosari. Di sana, kasus kematian babi sudah landai. Tidak ada kematian babi sejak tiga hari terakhir. Total babi yang mati sebanyak 50 ekor sejak akhir Januari lalu. "Tidak ada laporan kematian babi lagi dari warga saya. Semoga tidak ada lagi yang mati," katanya. Kematian babi di dua desa, Sedaeng dan Wonokitri Kecamatan Tosari mengejutkan warga. Total, babi yang mati mencapai 79 ekor. Dinas terkait masih menunggu hasil uji laboratorium terhadap sampel darah babi yang mati. Belum dapat dipastikan jenis wabah yang menyerang hewan babi yang berada di lereng Gunung Bromo tersebut. Copyright 2008 - 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

Sentimen: negatif (100%)