Sentimen
Positif (99%)
11 Feb 2025 : 19.41
Informasi Tambahan

Institusi: ITB

Kab/Kota: bandung, Krukut

Tokoh Terkait

Perlu 8 Embung Buat Tuntaskan Banjir di Kemang

11 Feb 2025 : 19.41 Views 27

Medcom.id Medcom.id Jenis Media: Nasional

Perlu 8 Embung Buat Tuntaskan Banjir di Kemang

Jakarta: Masifnya pembangunan dinilai menjadi salah satu penyebab banjir di kawasan Kemang. Ketua Sub Kelompok Pengendalian dan Penyediaan Air Bersih Bidang Geologi Konservasi Air Dinas SDA DKI Jakarta, Maman Supratman mengatakan, sejak 2002 hingga 2023 terjadi perubahan tutup lahan yang tidak dibarengi dengan penambahan kapasitas Kali Krukut dan Kali Mampang. "Terjadi perubahan signifikan di kawasan Kemang. 30 persen dari awalnya vegetasi menjadi permukiman," kata Maman dalam sidang disertasinya di Institut Teknik Bandung (ITB), Bandung, Jawa Barat. Dalam disertasinya yang berjudul Potensi Pengurangan Resiko Banjir Melalui Pengembangan Infrastruktur Tata Kelola Air di Kawasan Kemang dan Pondok Karya, Maman mengungkap sejumlah kebijakan yang bisa menjadi solusi buat mengatasi banjir di Kemang. Maman menjelaskan, solusi yang paling memungkinkan adalah membangun embung di pinggir kali. Jadi air kali yang penuh bisa dilimpahkan ke embung.  "Setidaknya harus dibangun delapan embung. Satu embung dapat mengurangi resiko banjir sebesar 12 persen," ujarnya. Selain itu, perlu dibangun tampungan air di tiap bangunan, seperti restoran, hotel, apartemen dan mal, sehingga ketika hujan air bisa ditampung dan menjadi rainwater harvesting. "Tampungan air ini disebut underground storage dan underground retention atau rooftop storage," katanya.  Dia mengungkapkan, air hujan ditampung di rooftop storage, kemudian overflow ke underground storage dan overflow lagi ke underground retention, dan sisa runoff mengalir ke drainase kota, sehingga volume air hujan yang masuk ke kali berkurang. "Dibutuhkan kolaborasi dengan pihak swasta. Hal ini untuk pemanfaatan alam dalam pengelolaan air hujan. Nature Based Solution (NBS)," kata Maman. Menurut Maman, solusi berbasis alam ini sudah diterapkan negara-negara Eropa, Amerika dan China. Maman mengatakan, mengatasi banjir jangan hanya fokus pada penanganan dampak. Tapi bagaimana banjir diatasi secara komperhensif. Air harus ditahan di dalam tanah untuk meningkatkan ketahanan dan keberlangsungan kota. "Pembangunan sumber resapan tidak hanya fokus pada pembangunannya saja tapi bagaimana untuk memaksimalkan fungsi dari sumber resapan tersebut," katanya.

Jakarta: Masifnya pembangunan dinilai menjadi salah satu penyebab banjir di kawasan Kemang.
 
Ketua Sub Kelompok Pengendalian dan Penyediaan Air Bersih Bidang Geologi Konservasi Air Dinas SDA DKI Jakarta, Maman Supratman mengatakan, sejak 2002 hingga 2023 terjadi perubahan tutup lahan yang tidak dibarengi dengan penambahan kapasitas Kali Krukut dan Kali Mampang.
 
"Terjadi perubahan signifikan di kawasan Kemang. 30 persen dari awalnya vegetasi menjadi permukiman," kata Maman dalam sidang disertasinya di Institut Teknik Bandung (ITB), Bandung, Jawa Barat.

Dalam disertasinya yang berjudul Potensi Pengurangan Resiko Banjir Melalui Pengembangan Infrastruktur Tata Kelola Air di Kawasan Kemang dan Pondok Karya, Maman mengungkap sejumlah kebijakan yang bisa menjadi solusi buat mengatasi banjir di Kemang.
 
Maman menjelaskan, solusi yang paling memungkinkan adalah membangun embung di pinggir kali. Jadi air kali yang penuh bisa dilimpahkan ke embung. 
 
"Setidaknya harus dibangun delapan embung. Satu embung dapat mengurangi resiko banjir sebesar 12 persen," ujarnya.
 
Selain itu, perlu dibangun tampungan air di tiap bangunan, seperti restoran, hotel, apartemen dan mal, sehingga ketika hujan air bisa ditampung dan menjadi rainwater harvesting.
 
"Tampungan air ini disebut underground storage dan underground retention atau rooftop storage," katanya. 
 
Dia mengungkapkan, air hujan ditampung di rooftop storage, kemudian overflow ke underground storage dan overflow lagi ke underground retention, dan sisa runoff mengalir ke drainase kota, sehingga volume air hujan yang masuk ke kali berkurang.
 
"Dibutuhkan kolaborasi dengan pihak swasta. Hal ini untuk pemanfaatan alam dalam pengelolaan air hujan. Nature Based Solution (NBS)," kata Maman.
 
Menurut Maman, solusi berbasis alam ini sudah diterapkan negara-negara Eropa, Amerika dan China.
 
Maman mengatakan, mengatasi banjir jangan hanya fokus pada penanganan dampak. Tapi bagaimana banjir diatasi secara komperhensif. Air harus ditahan di dalam tanah untuk meningkatkan ketahanan dan keberlangsungan kota.
 
"Pembangunan sumber resapan tidak hanya fokus pada pembangunannya saja tapi bagaimana untuk memaksimalkan fungsi dari sumber resapan tersebut," katanya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

(FZN)

Sentimen: positif (99.2%)