Sentimen
Positif (79%)
10 Feb 2025 : 08.41
Informasi Tambahan

Institusi: UIN

Kab/Kota: bandung, Gunung

Reshuffle Kabinet Tanpa Drama Politik Nasional 10 Februari 2025

10 Feb 2025 : 08.41 Views 14

Kompas.com Kompas.com Jenis Media: Nasional

Reshuffle Kabinet Tanpa Drama Politik
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        10 Februari 2025

Reshuffle Kabinet Tanpa Drama Politik Pengajar pada Program Studi Hukum Tata Negara UIN Sunan Gunung Djati Bandung APAKAH dikatakan mimpi, apabila kita berangan-angan terjadi reshuffle kabinet yang dasarnya bukan “ drama politik ”? Kenapa dikatakan mimpi, karena dalam sejarah politik di negara kita, reshuffle kabinet sering terjadi karena penyesuaian konstelasi atau balas jasa politik. Apa mungkin prinsip meritokrasi diterapkan dalam reshuffle , di mana hanya kompetensi dan hasil kerja yang menentukan siapa bertahan dan siapa harus pergi dari kabinet? Dalam prinsip meritokrasi, seorang presiden menyerupai seorang direktur utama korporasi yang memberhentikan direktur divisinya yang tidak mencapai target, bukan karena pertimbangan faktor-faktor eksternal berbau politik. Kita tahu persis hal ini susah terjadi, tapi harus dicoba. Minimalnya diwacanakan. Seorang menteri dalam suatu kabinet tidak lagi berlindung di balik tameng kedekatan personal dengan sang pemimpin atau kesetiaan politik. Tameng mereka hanya satu: kinerja. Setiap menteri bangun ketika pagi, bukan khawatir kehilangan jabatan karena intrik politik, tetapi mereka khawatir tidak bisa bekerja dengan optimal. Tampaknya, di bawah prinsip meritokrasi, reshuffle bisa menjadi bagian dari ritme normal dalam ekosistem pemerintahan. Reshuffle kabinet bukan lagi dianggap sebagai drama politik, tetapi sebagai peristiwa senormal pergantian musim. Dalam hal ini, reshuffle seperti gugurnya daun-daun tua di musim gugur untuk memberi ruang bagi tunas baru di musim semi. Tidak ada drama, tidak ada manuver licik, dan tidak ada persekongkolan di ruang gelap. Hanya ada transparansi dan mekanisme evaluasi berbasis kinerja. Reshuffle model pergantian musim tidak perlu dilakukan dalam senyap atau diam-diam. Sebaliknya, dilakukan saja dengan keterbukaan penuh. Sebelum reshuffle dilakukan, publik harus diberikan laporan kinerja para menteri. Cara ini tidak akan menyisakan ruang bagi “gosip politik”. Jika seorang menteri dicopot, rakyat harus tahu alasannya dengan jelas. Alasan reshuffle harus dapat dimengerti oleh publik, supaya tidak menjadi bola liar yang mantul ke mana-mana. Dalam kondisi ini, para menteri yang tersisa bukanlah mereka yang pandai berpolitik, melainkan mereka yang benar-benar memiliki rekam jejak kinerja solid. Sekalipun hal ini sulit terjadi, tapi harus kita coba. Reshuffle kabinet yang dilakukan dengan “prinsip pergantian musim” akan mendorong pemerintahan tidak lagi berjalan di atas kompromi politik, tetapi di atas standar profesionalisme yang tidak abu-abu. Prinsip ini akan menciptakan siklus politik yang lebih sehat di mana keberadaan seseorang dalam suatu kabinet tidak lagi dianggap sebagai hak politik eksklusif, melainkan sebagai tanggung jawab yang harus dibuktikan melalui kinerja terukur. Namun, apakah para aktor politik akan bersepakat untuk hal yang seperti itu? Masih misterius, semisteriusnya pagar laut yang heboh itu. “Reshuffle pergantian musim” akan menciptakan suasana kompetisi lebih sehat di dalam kabinet. Para calon menteri yang ingin bertahan tidak lagi mengandalkan modal politik, melainkan strategi kerja yang konkret dan terukur. Mereka harus menyajikan portofolio kesuksesan kinerja yang jelas, bukan sekadar hubungan personal dengan lingkaran kekuasaan. Dalam jangka panjang, reshuffle model pergantian musim akan mengikis budaya politik transaksional yang selama ini menjadi penyakit kronis dalam pemerintahan kita. Tak ada lagi jabatan diberikan sebagai hadiah politik. Tak ada lagi posisi strategis diisi oleh individu yang hanya pandai berkompromi, tetapi “miskin visi”. Namun, sebagaimana lumrah terjadi dalam pergantian musim, bisa saja ada dampak-dampak yang timbul, seperti angin dingin awal musim gugur datang terlalu cepat. Menusuk sendi, membuat rasa tidak nyaman, dan membikin “selesma” sebagian orang. Lamunan dan mimpi reshuffle seperti itu terdengarnya muluk-muluk. Dalam sistem politik kita yang sarat kompromi, gagasan reshuffle tanpa drama politik dengan model pergantian musim mungkin terdengar mustahil. Namun, tidak ada salahnya kalau mau dicoba. Sejarah telah menunjukkan bahwa perubahan besar sering kali dimulai dari gagasan yang dinilai mustahil. Di era di mana publik semakin menuntut transparansi dan akuntabilitas, reshuffle kabinet yang benar-benar berbasis kinerja bukanlah mimpi tak tergapai. Memang ganjalan dan intrik politik suka membuayarkannya. Namun, optimistisnya bahwa pemerintahan adalah organisme yang hidup. Ia akan—bahkan harus—terus-menerus beradaptasi dengan tantangan zaman. Seperti sel-sel dalam tubuh yang harus terus bisa diperbarui untuk menjaga kesehatannya. Suatu ketika akan terjadi di mana reshuffle bukanlah sekadar permainan kursi atau transaksi politik. Ia akan menjadi mekanisme alami dalam siklus pemerintahan yang sehat. Reshuffle biarkan menjadi hukum alam (sunatullah) pemerintahan. Sebuah kabinet tanpa reshuffle ibarat tubuh yang merasa sehat-sehat saja, tak pernah check-up , tak pernah dievaluasi, lalu suatu hari kolaps tanpa aba-aba. Atau, mirip mobil tua yang tak pernah diganti olinya—mesinnya aus, performanya loyo, dan ketika mogok, semua “baru ribut.” Kita mengandaikan, sekalipun agak mustahil, ketika reshuffle kabinet terjadi, maka yang tersisa hanyalah “petugas pemerintahan” yang benar-benar bekerja untuk rakyatnya. Namun, jangan-jangan hanya mimpi. Copyright 2008 - 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

Sentimen: positif (79.5%)