Sentimen
Informasi Tambahan
BUMN: TransJakarta
Kab/Kota: Pesanggrahan
Tokoh Terkait

Abdul Haris
Perahu Eretan di Pesanggrahan, Mengayuh Melawan Zaman Megapolitan 6 Februari 2025
Kompas.com
Jenis Media: Metropolitan
/data/photo/2025/02/06/67a47f9fbef30.jpeg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
Perahu Eretan di Pesanggrahan, Mengayuh Melawan Zaman Editor JAKARTA, KOMPAS.com - Jakarta, sebuah kota yang dipenuhi dengan gedung-gedung pencakar langit, kendaraan bermotor berdesakan, dan kemajuan transportasi yang tak terbendung, masih memiliki sebuah sisi yang tak banyak diketahui. Di antara hiruk-pikuk tersebut, masih ada satu pemandangan yang bertahan, sebuah tradisi yang mengalir di antara riak-riak air Kali Pesanggrahan. Perahu eretan , sebuah transportasi sederhana yang dioperasikan dengan tali tambang, tetap menjadi pilihan utama bagi para siswa di wilayah Jakarta Selatan itu. "Ramainya sama anak sekolah pas agak lebih siang, sekitar pukul 14.00 WIB mungkin,” ujar Enda, sang pengemudi perahu. Pada Kamis (6/2/2025), di antara deretan jalanan yang sibuk, perahu-perahu kecil itu meluncur perlahan di permukaan kali, dengan latar belakang bangunan-bangunan tinggi di Jakarta yang seolah menutup cakrawala. Tali tambang yang membentang di atas air, berfungsi sebagai penggerak perahu, seolah memberikan sentuhan tradisi di tengah gemerlapnya kemajuan transportasi canggih seperti MRT, LRT dan Transjakarta. Perahu-perahu ini memiliki lebar sekitar 2,5 hingga 3 meter dan mengapung di atas kali yang memiliki lebar hampir 20 meter, menembus kesibukan kota dengan irama yang jauh lebih tenang. Setiap pagi dan siang, perahu-perahu Enda dipenuhi para siswa yang mencari jalan pintas menyeberangi Kali Pesanggrahan. Meski Jakarta kini dilengkapi dengan berbagai moda transportasi canggih, Enda dan perahunya tetap menjadi penghubung yang tak ternilai harganya bagi para pelajar. Lokasi penyeberangan ini begitu strategis, terletak di antara dua sekolah besar, MTSN 13 Jakarta dan SMPN 31 Jakarta. Sebuah pilihan efisien bagi mereka yang ingin menyingkat perjalanan setelah lelah belajar di sekolah. Namun, siapa sangka, sebuah perahu yang digerakkan dengan tangan justru membawa mereka menyeberang sungai lebih cepat daripada kendaraan harus berputar di jalanan yang macet. "Kalau pakai kendaraan motor itu, buat bisa menyeberang, palingan di pertigaan ke arah sana tuh (Tanah Kusir), jaraknya sekitar satu kilometer lebih," ujar Enda. Perahu eretan ini sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Bukan hanya bagi Enda, tetapi juga bagi para siswa yang telah menjadikannya bagian dari rutinitas mereka. Enda, yang setiap hari melakukan lebih dari 30 perjalanan bolak-balik, mengangkut tujuh hingga 10 penumpang dalam satu kali perjalanan, bekerja keras dari pagi hingga malam. "Tapi kalau ada warga yang belanja subuh atau biasanya abang bakso cilok yang pulang jam 23.00 WIB, itu tetap saya coba seberangin," ungkap Enda. Bagi para siswa, seperti yang terlihat pada tiga anak SD yang sedang menunggu untuk naik, perahu eretan ini bukan hanya soal transportasi, tetapi juga tentang kepraktisan. Dengan uang Rp 2.000 yang mereka keluarkan dari kantong seragam, mereka menyebrangi kali dan merasa seolah dunia mereka jadi lebih dekat. “Ya lumayan jauh, makanya pada milih menyeberang lewat sini, hemat energi dan setelah naik ini kan jarak perjalanan mereka mungkin berkurang juga,” kata Enda. Dalam keseharian para pelajar dan warga, perahu eretan berfungsi lebih dari sekedar alat transportasi. Ia menjadi saksi bisu dari kehidupan sederhana yang tetap ada, meskipun dikelilingi oleh laju modernitas yang cepat. Tidak jauh dari jantung ibu kota, di mana MRT, LRT, Transjakarta bahkan ojek online berlalu lalang, perahu eretan tetap bertahan. Perahu eretan memberikan kenyamanan dengan cara yang berbeda, menyatukan tradisi dan kebutuhan sehari-hari yang tak lekang oleh waktu. Di tengah gemuruh kota yang terus maju, perahu eretan tetap mengalir tenang, mengingatkan kita bahwa dalam setiap perjalanan, tak selamanya kecepatan adalah segalanya. (Reporter: Dinda Aulia Ramadhanty | Editor: Abdul Haris Maulana, Larissa Huda) Copyright 2008 - 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Sentimen: positif (100%)