Sentimen
Positif (80%)
4 Feb 2025 : 08.41
Informasi Tambahan

BUMN: PT Pertamina

Kab/Kota: Cirebon, Gunung, Jati

Barkah Pakai Kayu Bakar Saking Sulitnya Dapat Gas Elpiji 3 Kg, Aminah Makan Terong Setengah Matang

4 Feb 2025 : 08.41 Views 47

Tribunnews.com Tribunnews.com Jenis Media: News

Barkah Pakai Kayu Bakar Saking Sulitnya Dapat Gas Elpiji 3 Kg, Aminah Makan Terong Setengah Matang

TRIBUNJATIM.COM - Warga kini tengah kesulitan mencari tabung gas elpiji 3 kilogram.

Akibatnya, warga Kabupaten Lebak, Banten, kini beralih ke kayu bakar untuk memasak kebutuhan sehari-hari.

Salah satu warga yang beralih ke kayu bakar adalah Barkah (41), warga Kampung Cipasung, Desa Sukarendah, Kecamatan Warunggunung, Lebak.

Barkah bercerita bahwa dia sudah menggunakan kayu bakar sejak Minggu (2/2/2025).

Hal itu lantaran ia tidak mendapatkan gas elpiji walaupun sudah berkeliling ke sejumlah warung.

"Dari kemarin jalan ke beberapa warung, tetapi habis semua," ujar Barkah saat ditemui di rumahnya, Senin (3/2/2025).

Untuk mencari gas elpiji 3 kg, Barkah mengaku sampai mendatangi satu per satu warung.

Dia sudah mengunjungi sekitar lima warung, mungkin sudah satu kilometer dia berjalan kaki.

Barkah tidak punya kendaraan sehingga tidak mencari gas ke pangkalan atau agen yang lebih besar karena lokasinya yang cukup jauh.

Oleh karena itu, dia akhirnya beralih menggunakan kayu bakar untuk memasak.

"Kalau kayu tinggal cari di kebun sekitar rumah, saya memang punya tungku yang bisa digunakan untuk keadaan darurat sekarang," ungkap Barkah.

Menurut Barkah, bisa saja dia bertahan menggunakan kayu bakar untuk memasak, selama gas masih sulit didapat.

Namun, hal ini akan merepotkan karena proses memasak yang lebih lama dibandingkan dengan menggunakan gas.

"Repot kalau pagi buru-buru harus siapkan sarapan untuk anak sekolah, kalau gas kan tinggal cekrek-cekrek saja," tutur dia.

Barkah, warga Kabupaten Lebak, Banten, beralih ke kayu bakar untuk memasak karena sulit mencari gas, Senin (3/2/2025). (KOMPAS.COM/ACEP NAZMUDIN)

Hal serupa juga dialami Aminah (43).

Aktivitas memasaknya pada Senin (3/2/2025) pagi, terhenti mendadak.

Terong goreng yang baru setengah matang ditinggalkan sementara di penggorengan setelah tabung gas elpiji 3 kg miliknya habis.

Dengan segera, Aminah mencopot regulator dan bergegas mencari ke warung terdekat untuk membeli tabung gas agar dapat menyelesaikan masakannya.

Dari dapur di rumahnya yang terletak di Desa Pangkalan, Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Aminah mencari tabung gas di warung yang berada hanya lima bangunan dari rumahnya.

Namun usahanya sia-sia, karena warung tersebut tidak memiliki stok gas elpiji.

Tidak putus asa, Aminah kemudian naik motor untuk mencari di warung lainnya meskipun jaraknya cukup jauh.

Namun, hasilnya tetap sama; ia kembali tidak menemukan gas elpiji tiga kilogram.

Di salah satu warung yang didatanginya, pemiliknya, Hining, langsung menjawab bahwa gasnya kosong.

Ia juga menyampaikan bahwa pengiriman dari penyuplai telah terhambat selama lima hari.

Sebanyak 15 tabung gas elpiji tiga kilogram yang diambil pihak penyuplai belum juga dikirimkan hingga hari ini.

"Sudah lima hari, sudah diambil sama penyuplai biasanya cepet. Naro gas kosong langsung dikirim, hari ini juga."

"Tapi ini sudah lima hari enggak dikirim," ungkap Hining saat ditemui Kompas.com di warungnya.

Hining menambahkan, dia biasanya membeli dengan harga Rp18.000 dari penyuplai dan menjualnya kepada warga seharga Rp21.000.

Aminah warga Desa Pangkalan, Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, berhenti memasak terong lantaran tabung gasnya habis pada Senin (3/2/2025) pagi, ia berusaha mencari ke beberapa warung namun tak mendapatkan gas karena tidak ada pasokan (Kompas.com/MUHAMAD SYAHRI ROMDHON)

Ia berharap, pemerintah dapat memperlancar kembali pasokan gas karena kondisi ini sangat menyulitkan.

Sementara itu, Aminah juga mengeluhkan kesulitan dalam mencari gas elpiji.

"Tadi sudah ke beberapa warung, habis semuanya, alasannya kosong dan belum dikirim."

"Gas saya habis, lagi memasak, akhirnya kalau begini, bagaimana melanjutkan masaknya," keluhnya.

Ia pun memilih memakan terong setengah matang tak yang tuntas dimasak.

Sebagai ibu rumah tangga, Aminah biasanya membeli gas dengan harga Rp21.000 per tabung.

Baginya, gas merupakan kebutuhan pokok masyarakat yang harus tersedia kapan saja.

Ia menegaskan, sistem pembelian yang harus ke pangkalan akan menyulitkan warga, terutama bagi mereka yang juga harus mengurus keluarga dan pekerjaan lainnya.

Desa Pangkalan, tempat tinggal Aminah, terletak di perbatasan antara Kecamatan Plered dengan Kecamatan Gunung Jati dan juga Kecamatan Jamblang.

Aminah berharap, pemerintah dapat memudahkan proses pembelian gas elpiji 3 kilogram bagi masyarakat, sehingga ketersediaannya dapat terpenuhi dengan lebih baik.

Diketahui, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengeluarkan kebijakan larangan warung pengecer berjualan gas LPG atau elpiji sejak 1 Februari 2025.

Aturan baru larangan ini diungkapkan langsung oleh Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung, bahwa mulai 1 Februari 2025, tidak akan ada lagi penjualan elpiji 3 kg di pengecer atau warung.

Penyaluran gas subsidi pemerintah tersebut paling akhir dijual ke masyarakat di tingkat pangkalan.

Agen penyalur hingga pangkalan dilarang menjual kepada para pengecer atau warung dengan harga seenaknya, tanpa sesuai aturan pemerintah.

Jika agen dan pangkalan melanggar, Pertamina wajib mencabut izinnya dan tidak bisa lagi menjadi penyalur elpiji 3 kg.

"Ini kan bagaimana harga yang diterima masyarakat bisa sesuai dengan batasan harga elpiji subsidi sesuai yang telah ditetapkan pemerintah," jelas Yuliot, seperti tayang di Kompas.com, Jumat (31/1/2025).

Upaya ini dilakukan dalam rangka penataan distribusi gas elpiji subsidi kepada masyarakat yang melambung tinggi di pasaran.

Yuliot mengatakan, pengecer yang ingin menjual elpiji bersubsidi harus terdaftar sebagai pangkalan atau subpenyalur resmi dari Pertamina.

Dengan demikian, penjualan elpiji 3 kilogram melalui pengecer tidak akan diizinkan lagi.

Pengecer yang berminat menjadi pangkalan dapat mendaftar melalui sistem Online Single Submission (OSS) untuk memperoleh Nomor Induk Berusaha (NIB).

Sistem OSS terintegrasi dengan data kependudukan dari Kementerian Dalam Negeri, sehingga pendaftaran dapat dilakukan lebih mudah.

Setelah kebijakan ini diterapkan, distribusi elpiji 3 kilogram akan dilakukan langsung dari pangkalan ke konsumen, tanpa melalui pengecer.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Sentimen: positif (80%)