Sentimen
Negatif (95%)
3 Feb 2025 : 10.58
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Lombok, Pancoran

Kasus: kecelakaan

Kisah Pilu Hamzani yang Kehilangan Tangan dan Kaki setelah Kerja di Malaysia

3 Feb 2025 : 10.58 Views 3

Beritasatu.com Beritasatu.com Jenis Media: Regional

Kisah Pilu Hamzani yang Kehilangan Tangan dan Kaki setelah Kerja di Malaysia

Lombok Timur, Beritasatu.com – Kisah pilu menimpa Hamzani (35), mantan pekerja migran Indonesia (PMI) asal Lingkungan Pancoran Manis, Kelurahan Suryawangi, Kecamatan Labuhan Haji, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Hamzani harus menghadapi kenyataan pahit setelah mengalami kecelakaan kerja di Malaysia yang mengakibatkan kedua tangan dan kakinya diamputasi setelah tersengat listrik bertegangan tinggi.

Hamzani menceritakan bagaimana dirinya bisa berangkat ke Malaysia secara ilegal. Awalnya, ia mengurus paspor pelancong dan berangkat ke Batam untuk mencari tekong atau calo yang akan mengurus perjalanan ke Negeri Jiran.

“Kami berangkat dari Batam menuju Singapura, lalu dari Singapura ke Malaysia menggunakan kapal ferry. Dengan paspor pelancong, kami hanya bisa tinggal secara resmi selama satu bulan di Malaysia,” ungkapnya, Senin (3/2/2025).

Namun, Hamzani tidak kembali ke Indonesia setelah masa berlaku paspornya habis. Ia memilih menetap dan bekerja di perkebunan kelapa sawit hingga lebih dari dua tahun.

Seharusnya, dalam waktu satu bulan, harus kembali ke Batam untuk memperpanjang izin tinggal, tetapi ia memilih bertahan meski dengan risiko besar.

Hamzani bekerja sebagai buruh pemanen buah kelapa sawit di Malaysia. Pada saat kecelakaan itu terjadi, ia sedang berpindah dari satu kebun ke kebun lainnya.

Tanpa disadari, alat yang ia gunakan untuk memanen kelapa sawit  menyentuh kabel listrik tegangan tinggi (SUTET) sehingga tubuhnya tersengat hingga tak sadarkan diri selama dua jam.

“Saya baru sadar setelah sudah berada di rumah sakit, dikelilingi dokter. Awalnya, saya tidak merasa apa-apa, tetapi setelah dua menit, saya baru sadar tangan dan kaki saya sudah hancur akibat sengatan listrik itu,” ujarnya dengan nada sedih.

Dokter memutuskan mengamputasi kaki dan tangan Hamzani hingga ia mengalami cacat seumur hidup.

Perasaan campur aduk dirasakan Hamzani saat itu. Ia memikirkan nasib diri dan anak-anaknya yang masih kecil di kampung.

“Biasanya saya bisa mengirim uang setiap bulan, tapi sekarang dalam kondisi seperti ini, saya tidak bisa lagi bekerja,” katanya.

Hamzani kini sudah pulang ke kampungnya di Lombok Timur dan berkumpul dengan keluarga. Namun, tubuhnya tidak lagi sempurna seperti dahulu.

Sang istri, Masirah kini menjadi tulang punggung keluarga. Ia mengurus semua kebutuhan Hamzani, mulai dari mandi, makan, hingga tidur. Tak hanya itu, Masirah juga harus mencari nafkah dengan berjualan gorengan yang ia titipkan di pasar, keliling, dan menjualnya di rumah.

“Anak saya yang pertama baru kelas lima SD dan yang kedua baru berusia lima tahun. Apa yang terjadi pada suami saya, saya terima dengan ikhlas. Saya hanya berharap ada bantuan dari pemerintah untuk modal usaha agar kami bisa bertahan hidup,” ujar Masirah.

Sentimen: negatif (95.5%)