Sentimen
Informasi Tambahan
Agama: Katolik, Kristen
Institusi: UIN
Kab/Kota: Bantul, Yogyakarta
Kasus: HAM
Tokoh Terkait
Halaqah Kebangsaan Tokoh Lintas Agama: Dukung Visi Indonesia Emas 2045
Krjogja.com
Jenis Media: News

YOGYA, KRjogja.com – Pemerintahan Republik Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka telah memasuki masa awal pemerintahan dengan visi kebangsaan yang jelas melalui Asta Cita.
Fokus utama mereka mencakup kedaulatan pangan, energi, serta peningkatan kesejahteraan dengan penguatan sumber daya manusia (SDM) melalui Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Program ini merupakan bagian dari visi Indonesia Emas 2045, yang bertujuan mewujudkan negara maju dengan ekonomi kuat, SDM unggul, serta kehidupan sosial yang harmonis.
Dalam 100 hari pertama, pemerintahan Prabowo-Gibran menunjukkan tren positif, dengan tingkat kepuasan publik mencapai lebih dari 80 persen. Menurut survei terbaru, pencapaian tertinggi diraih dalam aspek penghargaan atas perbedaan sebesar 88,6 persen, kebebasan berpendapat 83,7 persen, kontrol publik 83,4 persen, rasa aman 77 persen, serta penanganan konflik 72,5 persen. Secara keseluruhan, tingkat kepuasan masyarakat dalam bidang politik dan keamanan meningkat menjadi 85,8 persen.
Hal ini disampaikan oleh KH Beny Susanto, S.Ag., M.Si., Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Sunan Kalijaga Gesikan, Bantul, dalam Halaqah (Dialog) Kebangsaan Tokoh Lintas Agama, yang berlangsung di Conference Room Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora (FISHUM), UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, pada Kamis (30/1).
Halaqah Kebangsaan ini merupakan kerja sama antara Ponpes Sunan Kalijaga Gesikan Bantul dan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Acara ini menghadirkan sejumlah tokoh lintas agama, di antaranya KH Dr. Ahmad Zuhdi Muhdlor selaku Ketua Tanfidziyah PWNU DIY, Prof. Dr. Alimatul Qibthiyah yang merupakan Ketua Lembaga Penelitian dan Pengembangan Aisyiyah (LPPA PP Aisyiyah), serta Romo AR Yudhono Suondo Pr dari Kevikepan DIY. Acara ini dipandu oleh Gugun El-Ghulayani, S.H., LLM, yang merupakan Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga.
Acara ini dihadiri sekitar 100 peserta, terdiri dari tokoh dan perwakilan umat beragama di DIY, termasuk perwakilan dari PW Muhammadiyah DIY, PWNU DIY, Gereja Katolik DIY, Gereja Kristen DIY, serta organisasi keagamaan seperti Muslimat NU, Fatayat NU, dan perwakilan mahasiswa dari berbagai organisasi seperti HMI, BEM, IMM, PMKRI, GMKI, IPPNU, IPNU, serta santri dari berbagai pondok pesantren. Selain itu, turut hadir perwakilan dari organisasi pemuda seperti Ansor dan Pagar Nusa, akademisi, serta perwakilan dari berbagai forum lintas agama.
Menurut KH Beny Susanto, tujuan utama halaqah ini adalah memberikan wawasan terkini terkait situasi kebangsaan, pemerintahan, serta tantangan dan potensi yang dapat menghambat cita-cita Indonesia Emas 2045. Ia menekankan pentingnya keterlibatan seluruh elemen masyarakat dalam mendukung keberhasilan visi tersebut.
Dalam paparannya, Prof. Dr. Alimatul Qibthiyah menjelaskan bahwa Asta Cita yang menjadi visi pemerintahan Prabowo-Gibran mencakup delapan pilar utama. Pilar-pilar tersebut meliputi penguatan ideologi Pancasila, demokrasi, dan hak asasi manusia (HAM), pembangunan SDM melalui pengembangan sains, teknologi, pendidikan, dan kesehatan, serta peningkatan prestasi olahraga dan kesetaraan gender.
Selain itu, Asta Cita juga menyoroti peran perempuan, pemuda, dan penyandang disabilitas dalam pembangunan nasional, serta mendorong ekonomi berkelanjutan yang selaras dengan lingkungan dan budaya. Peningkatan industri kreatif dan ekonomi digital, penguatan pertahanan dan keamanan nasional, serta pengembangan toleransi antarumat beragama menjadi bagian penting dalam mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.
Para tokoh lintas agama yang hadir menekankan pentingnya persatuan dan kerja sama antarumat beragama dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045. Mereka juga mendukung berbagai kebijakan yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat, dengan tetap menjaga nilai-nilai kebangsaan yang berlandaskan Pancasila.
Acara halaqah ini menjadi momentum penting bagi para pemuka agama, akademisi, dan perwakilan masyarakat untuk berdiskusi dan mencari solusi bersama demi mendukung pembangunan Indonesia yang lebih maju, sejahtera, dan harmonis. (Rar)
Sentimen: positif (100%)