Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Palmerah
Tokoh Terkait

joko widodo
Pitung dan Said Didu, Dua Simbol Perlawanan dalam Retakan Zaman
Fajar.co.id
Jenis Media: Nasional

FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Pengacara sekaligus pegiat media sosial, Nazlira Alhabsy, membandingkan sosok legendaris Betawi, Si Pitung, dengan mantan Sekretaris Kementerian BUMN, Muhammad Said Didu.
Dikatakan Nazlira, meskipun keduanya hidup dalam zaman yang berbeda, esensi perjuangan mereka memiliki kesamaan, yaitu melawan kesewenang-wenangan penguasa terhadap rakyat kecil.
Nazlira mengulas kembali sejarah Pitung, yang lahir pada 1864 di Rawabelong (Palmerah).
Pitung dikenal sebagai sosok yang melawan penjajahan Belanda dan para tuan tanah yang menindas rakyat.
Namun, perjuangannya dicitrakan negatif oleh pemerintah kolonial hingga akhirnya ia tewas di tangan aparat Belanda.
"Si Pitung sering dianggap sebagai perampok, padahal ia mengambil harta dari pejabat kolonial dan rentenir untuk diberikan kembali kepada rakyat," ujar Nazlira di X @Naz_lira (28/1/2025).
Lompatan seratus tahun kemudian, kata Nazlira, sosok perlawanan serupa muncul dalam diri Said Didu.
Lahir di Pinrang, Sulawesi Selatan, pada 2 Mei 1962, Said Didu awalnya adalah seorang birokrat yang mengabdi lebih dari 32 tahun di pemerintahan.
Ia pernah menjabat sebagai Sekretaris Kementerian BUMN dan komisaris di beberapa perusahaan milik negara.
Namun, keberpihakannya kepada rakyat serta kritik tajamnya terhadap kebijakan pemerintahan Jokowi membuatnya kehilangan posisi dalam birokrasi. Said Didu memilih mundur sebagai pegawai negeri pada Mei 2019.
"Rezim Jokowi mempreteli kariernya, tetapi upaya membungkamnya justru semakin meneguhkan perlawanan Said Didu," kata Nazlira.
Ia menilai, sebagaimana Pitung yang difitnah sebagai kriminal oleh Belanda, Said Didu juga dicitrakan negatif oleh para pendukung pemerintah.
Bahkan, ada upaya penyingkiran secara hukum yang kemudian ditangguhkan karena dikhawatirkan akan menjadikannya martir perjuangan rakyat.
"Sejarah selalu berulang. Pitung dan Said Didu adalah cermin perlawanan rakyat terhadap kekuasaan yang menindas," tutup Nazlira.
Hingga kini, Said Didu tetap vokal dalam mengkritik kebijakan pemerintah, terutama terkait isu sumber daya alam dan tanah rakyat.
Sementara itu, kisah Si Pitung masih hidup dalam ingatan sebagai simbol perjuangan rakyat Betawi melawan penjajahan.
(Muhsin/fajar)
Sentimen: negatif (96.2%)