Sentimen
Positif (100%)
23 Jan 2025 : 19.20
Informasi Tambahan

Kab/Kota: bandung, Jati, Semarang, Surabaya, Tegal

Jelang Imlek, perajin dodol keranjang mulai dibanjiri pesanan 

23 Jan 2025 : 19.20 Views 40

Elshinta.com Elshinta.com Jenis Media: Ekonomi

Jelang Imlek, perajin dodol keranjang mulai dibanjiri pesanan 

Sumber foto: Hari Nurdiansyah/elshinta.com. Jelang Imlek, perajin dodol keranjang mulai dibanjiri pesanan  Dalam Negeri    Editor: Sigit Kurniawan    Rabu, 22 Januari 2025 - 20:06 WIB

Elshinta.com - Dalam perayaan Tahun Baru Imlek, yang merupakan salah satu perayaan terpenting bagi warga keturunan Tionghoa, terdapat berbagai tradisi dan kebiasaan yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Di Indonesia, perayaan ini tidak hanya menjadi momen spiritual tetapi juga sebagai peristiwa budaya yang menguatkan ikatan sosial di antara komunitas Tionghoa.

Salah satu kota yang dikenal kuat dengan tradisi Imlek-nya adalah Kota Tegal, Jawa Tengah. Di kota ini, terdapat seorang warga keturunan China yang dengan gigih menjaga tradisi Imlek melalui pembuatan kue keranjang atau biasa dikenal dengan dodol keranjang.

Kue keranjang merupakan salah satu sajian ikonik yang tidak boleh terlewatkan dalam perayaan Imlek. Kue ini terbuat dari bahan dasar tepung ketan yang dicampur dengan gula dan air, kemudian dikukus dalam cetakan khusus. Kue ini memiliki makna simbolis, di mana bentuknya yang bulat melambangkan persatuan dan kesejahteraan. Selain itu, kue keranjang juga dianggap sebagai lambang harapan untuk keberuntungan di tahun yang baru.

Warga keturunan China di Tegal, bernama Mindayani Wirjono telah menggeluti usaha pembuatan dodol keranjang ini selama lebih dari 30 tahun, Beliau mengaku bahwa menjaga tradisi ini bukan hanya sekadar usaha untuk mendapatkan penghasilan, tetapi juga sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur dan identitas budaya.

"Kue keranjang ini bukan hanya makanan, tetapi juga bagian dari tradisi dan budaya kami. Saya ingin generasi muda tahu dan merasakan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap potong kue keranjang yang kami buat," ujarnya saat ditemui di kediamannya yang sekaligus berfungsi sebagai tempat usaha.

Setiap tahunnya, menjelang perayaan Imlek, produsen kue dodol keranjang Sido Makmur, Mindayani Wirjono (82) mengatakan pekan pekan ini mulai menerima pesanan dari konsumen menjelang perayaan Imlek tahun 2025. Dalam seharinya, produksi kue dodol keranjang mencapai dua hingga empat kuintal.

Mindayani dan keluarganya akan bekerja ekstra keras untuk memproduksi kue keranjang. Proses pembuatan yang memerlukan ketelitian dan kesabaran ini dilakukan secara manual dengan resep turun-temurun. Mindayani menjelaskan bahwa ada beberapa varian kue keranjang yang bisa ditemukan di pasaran, namun ia tetap mempertahankan resep asli yang telah diwariskan oleh nenek moyangnya.

"Rasa yang autentik adalah yang terpenting. Kami ingin setiap orang yang mencicipi kue keranjang kami merasakan kehangatan dan cinta yang kami tuangkan dalam setiap proses pembuatannya, dan dalam satu hari kita kita produksi 2 hingga 4 kuintal dan pemesanpun datang dari berbagai daerah di luar kota tegal, seperti jakarta, bandung, surabaya, semarang dan kota lain" tambahnya seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Hari Nurdiansyah, Rabu (22/1).

Tak hanya itu, Mindayani juga mengajak anak-anaknya untuk terlibat dalam proses pembuatan kue keranjang, sebagai upaya untuk meneruskan tradisi ini kepada generasi selanjutnya. Dengan cara ini, ia berharap bahwa tradisi Imlek yang kental di tubuh mereka tidak akan pernah pudar.

Putra Windayani, Sumardiono mengungkapkan "Sangat penting bagi kita untuk melibatkan anak-anak dalam budaya kita, sehingga mereka bisa memahami dan menghargai warisan yang telah kita jaga," jelasnya

Perayaan Imlek di Kota Tegal juga diwarnai dengan berbagai kegiatan budaya lainnya, seperti pertunjukan lion dance, pemasangan lampion merah, serta ritual sembahyang yang dilakukan di rumah maupun di klenteng. Kegiatan-kegiatan ini semakin memperkuat rasa kebersamaan dan identitas komunitas Tionghoa di Tegal. Selain itu, masyarakat non-Tionghoa juga mulai menunjukkan minat dan partisipasi dalam perayaan ini, yang menunjukkan toleransi dan keragaman budaya di Indonesia.

Dengan adanya perayaan Imlek dan keberadaan sosok Mindayani tradisi kue keranjang di Kota Tegal tidak hanya menjadi bagian dari sejarah, tetapi juga menjadi jembatan untuk memperkuat rasa persatuan di tengah keberagaman. Upaya menjaga tradisi ini patut diapresiasi, karena di balik setiap kue keranjang yang dihasilkan, terdapat cerita, harapan, dan spirit kebudayaan yang harus terus dijaga dan dilestarikan.

Melalui perayaan ini, masyarakat Tegal, khususnya warga keturunan China, tidak hanya merayakan tahun baru, tetapi juga merayakan jati diri dan warisan budaya yang telah membentuk mereka selama berabad-abad. Semangat untuk melestarikan tradisi seperti yang ditunjukkan oleh Bapak Chen menjadi inspirasi bagi banyak orang, tidak hanya dari kalangan Tionghoa, tetapi juga bagi seluruh elemen masyarakat Indonesia, untuk saling menghargai dan merayakan keberagaman budaya yang ada.

Sumber : Radio Elshinta

Sentimen: positif (100%)