Sentimen
Informasi Tambahan
Institusi: Universitas Brawijaya
Kab/Kota: Gunung, Tiongkok
Kasus: covid-19
Arti Kue Keranjang dalam Perayaan Imlek, Ini Sejarahnya - Halaman all
Tribunnews.com
Jenis Media: Nasional

TRIBUNNEWS.COM - Perayaan Imlek, atau Tahun Baru China, merupakan momen yang sangat penting bagi masyarakat Tionghoa di seluruh dunia.
Selain dihiasi dengan berbagai tradisi dan ritual, makanan khas juga memiliki peran penting dalam perayaan ini.
Salah satu makanan yang tak pernah absen adalah kue keranjang.
Kue manis ini tidak hanya lezat, tetapi juga sarat dengan makna simbolis yang mendalam.
Makna Filosofis Kue Keranjang
Kue keranjang memiliki arti simbolis yang erat kaitannya dengan harapan dan doa untuk keberuntungan serta kemakmuran.
Dalam bahasa Mandarin, "Nian Gao" memiliki pelafalan yang mirip dengan frasa “makin tinggi setiap tahun” (年年高升/nián nián gāo shēng).
Hal ini melambangkan pertumbuhan, peningkatan, dan kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan seperti karier, kesehatan, dan hubungan keluarga.
Bentuk dan Penyajian Kue Keranjang
Kue keranjang biasanya berbentuk bulat, yang melambangkan keutuhan dan kesatuan dalam keluarga. Bentuk bulat ini juga mencerminkan harmoni, yang menjadi nilai penting dalam budaya Tionghoa.
Selain itu, kue ini sering disusun bertumpuk, dengan kue berukuran lebih kecil di atas kue yang lebih besar.
Penyusunan ini melambangkan peningkatan bertahap dalam kehidupan.
Kue keranjang terbuat dari tepung ketan dan gula, yang memberikan tekstur kenyal dan rasa manis.
Rasa manis pada kue ini melambangkan kehidupan yang manis dan menyenangkan di tahun yang baru.
Selain itu, tekstur lengket dari kue keranjang dipercaya dapat mempererat hubungan antaranggota keluarga dan menjaga keharmonisan.
Sejarah Kue Keranjang
Kue keranjang dalam istilah Cina adalah Nian Gao (kue ketan).
Bagi warga etnis Tionghoa, kue keranjang memiliki cerita tersendiri
KUE KERANJANG - Pekerja menata kue keranjang di rumah produksi kue keranjang di Jalan Sadewo Atas, Kampung Sawah, Tanjungkarang Timur, Senin (8/2/2021). Pemilik usaha menyebutkan, permintaan dan produksi kue keranjang jelang perayaan Imlek yang dijual Rp 24 ribu per kilogram tersebut menurun hingga 30 persen dari tahun sebelumnya akibat pandemi Covid 19.(Tribunlampung.co.id/Deni) (TRIBUN LAMPUNG/TRIBUN LAMPUNG/Deni Saputra)
Nama 'nian' dalam istilah 'nian gao' menurut mitologi Tiongkok Kuno adalah seorang raksasa yang tinggal di sebuah gua di gunung.
Kemudian saat ia lapar, ia melakukan perburuan.
Karena banyak hewan yang berhibernasi pada saat musim dingin, Nian memanfaatkan waktunya untuk turun ke desa mencari korban.
Namun banyak penduduk desa yang takut dengan Nian, dikutip dari laman Sastra Cina Universitas Brawijaya.
Kemudian seorang penduduk desa bernama 'Gao' membuat kue dari tepung ketan dan gula.
Kue tersebut ditaruh di depan pintu untuk dimakan oleh Nian.
Sejak saat itu, kue keranjang selalu dibuat ketika musim dingin dan dihidangkan untuk raksasa Nian.
Kemudian nama Nian dan Gao digabung untuk menjadi nama kue tersebut.
Oleh karena itu, setiap tahun baru Imlek yang bertepatan dengan musim dingin, kue keranjang selalu dihidangkan.
(Tribunnews.com/Farrah Putri)
Artikel Lain Terkait Kue Keranjang
Sentimen: positif (99.8%)