Sentimen
Informasi Tambahan
Hewan: Ayam
Beras Jadi Kontributor Tertinggi Garis Kemiskinan, Rokok Nomor 2

Espos.id, JAKARTA - Beras menjadi komoditas dengan kontribusi tertinggi terhadap Garis Kemiskinan di wilayah perkotaan maupun perdesaan. Garis Kemiskinan adalah nilai yang menjadi dasar penentuan status kemiskinan penduduk. Garis Kemiskinan perkotaan mencapai Rp615.763 per kapita per bulan, lebih tinggi dari Garis Kemiskinan pedesaan yang tercatat sebesar Rp566.655 per kapita per bulan. Artinya beras menjadi kontributor terbesar pengeluaran masyarakat miskin.
Hal tersebut diungkapkan Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti, Rabu (15/1/2025). “Peranan komoditas makanan terhadap Garis Kemiskinan ini tentunya jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditas non-makanan,” ujar Amalia. Ia menyampaikan bahwa secara nasional, kontribusi komoditas makanan mencapai 74,5%, sementara kontribusi komoditas nonmakanan sebesar 25,5% terhadap Garis Kemiskinan.
Sedangkan secara kewilayahan, ia mengatakan bahwa kontribusi komoditas makanan mencapai 73,59% di perkotaan dan 75,97% di perdesaan. Sementara komoditas nonmakanan berkontribusi sebesar 26,41% di perkotaan dan 24,03% di perdesaan. “Pada September 2024, komoditas makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada GK, baik di perkotaan maupun di perdesaan, pada umumnya hampir sama. Beras masih memberi sumbangan terbesar, yakni sebesar 21,01% di perkotaan dan 24,93% di perdesaan,” kata Amalia.
Ia menuturkan bahwa rokok kretek filter menjadi kontributor terbesar kedua dari sektor komoditas makanan terhadap Garis Kemiskinan di perkotaan maupun perdesaan, masing-masing dengan angka 10,67% dan 9,76%. Komoditas makanan lainnya yang berkontribusi secara signifikan adalah daging ayam ras (4,61% di perkotaan dan 3,48% di perdesaan), telur ayam ras (4,44% dan 3,62%), mi instan (2,36% dan 1,97%), serta gula pasir (1,72% dan 2,36%).
Sementara itu, komoditas non-makanan yang memberikan sumbangan terbesar adalah perumahan (8,41% di perkotaan dan 8,47% di perdesaan), bensin (4,24% dan 4,09%), listrik (2,99% dan 1,86%), pendidikan (1,81% dan 1,14%), serta perlengkapan mandi (1,18% dan 1,05%).
Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada September 2024 tercatat sebanyak 24,06 juta orang, atau turun sebanyak 1,16 juta orang dibandingkan dengan Maret 2024. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan pada September 2024 mengalami penurunan sebesar 0,46 basis poin dibandingkan dengan Maret 2024, yakni menjadi 8,57% dari sebelumnya 9,03%.
Dengan begitu, tingkat kemiskinan pada September 2024 merupakan yang terendah sepanjang sejarah sensus BPS. Pencapaian tersebut adalah pertama kalinya tingkat kemiskinan di Indonesia tercatat menyentuh angka 8%, sedangkan sebelumnya selalu di atas 9%.
Sentimen: neutral (0%)