Sentimen
Undefined (0%)
15 Jan 2025 : 17.26

Analis: Pelemahan Rupiah Masih Dipicu Risiko Global yang Meningkat

15 Jan 2025 : 17.26 Views 54

Espos.id Espos.id Jenis Media: Bisnis

Analis: Pelemahan Rupiah Masih Dipicu Risiko Global yang Meningkat

Espos.id, JAKARTA -  Pelemahan nilai tukar rupiah dipicu risiko global yang meningkat, terutama dari potensi terjadinya perang dagang 2.0 antara Amerika Serikat (AS) dan China. "Ada risiko global yang meningkat terutama dari kemungkinan terjadinya trade war 2.0 dan high-for-longer rate suku bunga The Fed [Federal Reserve Bank], akan menyebabkan naiknya risk-off sentiment, melebarkan current account deficit atau defisit transaksi berjalan, dan memicu capital outflow, yang berujung pada pelemahan nilai tukar rupiah. Hal ini akan memicu terjadinya imported inflation," ujar Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, Rabu (15/1/2025).

Karena itu, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan 25 basis points (bps) menjadi 5,75%, suku bunga deposit facility menjadi 5,00%, dan suku bunga lending facility menjadi 6,50%. Keputusan ini disebut konsisten dengan arah kebijakan moneter untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5 plus minus 1% pada 2025, serta guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Sementara itu, Badan Pusat Statistik mencatat neraca perdagangan Indonesia surplus US$2,24 miliar pada Desember 2024. Surplus pada Desember sejalan dengan proyeksi ekspor pada Desember masih akan tumbuh sebesar 7,6% year-on-year (yoy), sementara impor tumbuh lebih tinggi mencapai 10,4%.  Realisasi tersebut melanjutkan tren surplus neraca dagang Indonesia dalam 56 bulan terakhir sejak Mei 2020. Kendati demikian, realisasi tersebut turun US$2,1 miliar dibandingkan bulan lalu.

Melihat kondisi global, Fedwatch melaporkan bahwa pasar mengantisipasi potensi Federal Reserve yang hanya menurunkan satu kali suku bunga pada tahun ini, berubah dari ekspektasi sebelumnya sebanyak empat kali pada pertemuan The Fed di bulan Desember 2024. Selain itu, ancaman kebijakan tarif dari Presiden AS terpilih Donald Trump juga telah mengangkat imbal hasil Treasury dan mendukung penguatan dollar AS.

Pasar juga masih menantikan data inflasi konsumen AS yang akan dirilis malam ini. Inflasi utama AS diperkirakan akan naik 0,3% month-to-month (MtM) dan meningkat dari 2,7% menjadi 2,8% yoy. “Para pedagang dengan hati-hati menunggu laporan indeks harga konsumen AS pada Rabu dan juga telah mencermati data ekonomi dengan saksama untuk melihat apakah data tersebut mendukung sikap hati-hati The Fed terhadap suku bunga,” kata Ibrahim.

 

Sentimen: neutral (0%)