Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Dukuh, Magelang, Salatiga, Solo, Yogyakarta
Melihat Pembuatan Rumah-rumahan Kouw Coa untuk Tradisi Tionghoa di Salatiga
Espos.id
Jenis Media: Jateng

Esposin, SALATIGA – Kota Salatiga yang dikenal sebagai kota toleran, memiliki beragam budaya dan etnis yang berbaur menyatu.
Diantara banyaknya etnis yang berada di Kota Salatiga, ternyata ada seniman yang menggeluti kerajinan unik, yaitu membuat rumah-rumahan Kouw Coa atau rumah leluhur untuk etnis Tionghoa.
Namanya Iman Bintoro, warga Dukuh, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga, Jawa Tengah (Jateng). Dengan keterampilannya, Iman bersama satu karyawannya membuat pesanan dekorasi rumah-rumahan Kouw Coa.
Meskipun hanya rumah-rumahan, namun dibuat secara serius dengan berbagai ornamen dan hiasan seperti aslinya.
Iman mengaku, telah membuat rumah-rumahan Kouw Coa ini sejak tahun 2003. Dia menjelaskan, Kouw Coa ini merupakan tradisi leluhur etnis Tionghoa.
Rumah-rumahan ini digunakan sebagai sarana untuk mengirim doa kepada leluhur yang telah meninggal dunia. Terutama saat peringatan 49 hari meninggalnya leluhur, satu tahun, atau tiga tahun.
“Makna tersirat-nya, itu secara simbolis untuk mengingatkan kepada almarhum, bahwa beliau sudah tidak perlu memikirkan lagi rumah duniawi. Sehingga dengan rumah ini (Kouw Coa) beliau bisa konsentrasi ke alam sana,” kata Iman, Selasa (14/1/2025).
Dikatakan, nantinya setelah jadi rumah-rumahan ini akan diletakkan di makam maupun di rumah almarhum. Kemudian dilakukan prosesi secara tradisi Tionghoa. Diharapkan dengan dibuatkan rumah-rumahan itu bisa di tempati almarhum dan tidak memikirkan lagi rumah di dunia.
“Rumah-rumahan ini bentuknya bukan seperti rumah yang dimiliki almarhum ketika di dunia. Karena itu pamali ya. Yang penting rumah dengan arsitektur China. Tapi sekarang juga banyak yang pesan dengan model eropa juga,” kata Iman.
Dijelaskan, bahan-bahan untuk membuat rumah-rumahan Kouw Coa ini berbahan dasar bambu dan berbagai macam kertas yang sesuai. Kemudian dilakukan pengecatan, sehingga tampak seperti rumah asli.
“Kalau proses pembuatannya membutuhkan waktu 14 hari sampai 20 hari. Tergantung pada besar kecilnya rumah dan juga tingkat kesulitannya,” ungkapnya.
Iman mengaku, pemesan rumah-rumahan Kouw Coa ini datang dari berbagai kota di sekitar Salatiga. Diantaranya wilayah Magelang, Solo, dan Yogyakarta. Namun tidak setiap hari pesanan rumah-rumahan itu ada.
“Untuk harga kita bervariasi. Tergantung pada ukuran dan juga tingkat kesulitannya. Harganya mulai dari Rp4 juta hingga paling mahal Rp8 juta,” bebernya.
Sentimen: neutral (0%)