Sentimen
Informasi Tambahan
Event: vaksinasi
Hewan: Kambing, Sapi
Kab/Kota: Boyolali, Solo, Wonogiri
Tutup Pasar Hewan, Pemkab Wonogiri Diminta Antisipasi Dampak Ekonomi ke Peternak
Espos.id
Jenis Media: Solopos

Esposin, WONOGIRI — Penutupan pasar hewan di Wonogiri dinilai efektif sebagai upaya memutus mata rantai penyebaran virus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan berkuku belah seperti sapi, kambing, dan sejenisnya.
Namun, di sisi lain, kebijakan ini berpotensi memberikan dampak pada ekonomi yang lesu bagi para peternak dan pedagang hewan. Karena itu, Pemkab Wonogiri mesti segera menentukan langkah strategis untuk antisipasi dampak ekonomi tersebut.
Pranata Laboratorium Pendidikan (PLP) Fakultas Peternakan (FP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Sulistyo, menilai penutupan pasar hewan efektif mengurangi mobilitas ternak, sehingga persebaran PMK dapat ditekan.
"Penutupan pasar efektif bisa efektif karena secara prinsip akan mengurangi mobilitas ternak," ujar Sulistyo ketika dihubungi Espos, Senin (13/1/2025). Dia menambahkan penutupan pasar hewan juga pernah dilakukan di daerah lain seperti Boyolali.
Menurut Sulistyo, selama masa penutupan, idealnya hewan ternak yang terinfeksi PMK diisolasi dan dirawat di rumah. "Sapi-sapi yang sekiranya terkena penyakit dirawat dulu, dengan memperbaiki sanitasi, memperbaiki kesehatan sapi, diberi vitamin, meningkatkan nafsu makan, dan dilakukan disinfektan secara rutin," jelasnya.
Meskipun efektif menekan persebaran PMK, penutupan pasar hewan seperti yang dilakukan Pemkab Wonogiri memberikan dampak ekonomi yang signifikan bagi para peternak dan pedagang.
"Memang kondisi di pasar sedang lesu. Misalnya pembeli dan penjual sapi sama-sama takut. Sehingga pembeli sedang menunggu waktu yang tepat untuk belanja, penjual juga begitu. Dampaknya bagi bakul sapi cukup terasa," katanya.
Dampak ekonomi tidak hanya dirasakan oleh peternak sapi potong, tetapi juga peternak kambing, khususnya kambing perah. "Yang sangat terasa dari teman-teman kambing perah, karena mengganggu produksi susu. Sehingga bisa tidak ada produksi susu," tambahnya.
Sulistyo berharap pemerintah dapat segera mengambil langkah-langkah strategis untuk mengatasi dampak ekonomi yang ditimbulkan akibat penutupan pasar hewan ini. Pemerintah juga harus secara rutin melakukan disinfektan dan memberikan vaksin agar pasar sapi bisa segera dibuka.
Tindakan Preventif
Dengan adanya tindakan preventif dan penanganan yang tepat dari pemerintah, diharapkan pasar hewan dapat kembali beroperasi dengan normal dan perekonomian di sektor peternakan kembali bergeliat.
Sebelumnya, Kepala Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Perdagangan Wonogiri, Wahyu Widayati, menerangkan penutupan pasar hewan diperpanjang hingga 16 Januari 2025. Sebelumnya penutupan direncanakan hanya sampai 9 Januari 2025.
Perpanjangan masa penutupan pasar hewan ini guna menekan persebaran virus penyakit mulut dan kuku yang banyak menyerang sapi dan hewan kuku belah lainnya. “Melihat situasi persebaran virus PMK yang terus meningkat, Pak Bupati memperpanjang masa penutupan pasar hewan ini. Apakah nanti akan diperpanjang lagi, belum tahu. Kami akan melihat perkembangannya nanti,” kata Wahyu.
Data Dinas Pertanian Wonogiri, selama sembilan hari terakhir, Rabu-Kamis (1-9/1/2025), jumlah ternak yang terinfeksi PMK sudah mencapai 762 ekor. Sebanyak 80 ternak di antaranya mati. Sebaran ternak yang terinfeksi PMK ada di semua kecamatan, kecuali Girimarto. Sementara itu, sudah ada 276 sapi sehat yang divaksinasi PMK.
Kepala Bidang Veteriner Dinas Pertanian Wonogiri, Magdalena Pancaningtyas Utami, mengatakan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah meminta data kebutuhan vaksinasi PMK untuk ternak di Kabupaten Wonogiri, belum lama ini.
Kebutuhan vaksin itu untuk periode Februari-Maret 2025. “Kami baru mengajukan permintaan 1.500 dosis vaksin PMK ke Pemerintah Provinsi Jawa Tengah,” kata Tyas saat dihubungi Espos, Jumat (10/1/2025).
Sentimen: neutral (0%)