Sentimen
Undefined (0%)
13 Jan 2025 : 16.07
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Solo

Jadi Pusat Oleh-oleh Masjid Sheikh Zayed, Begini Kondisi Pasar Ngemplak Solo

13 Jan 2025 : 16.07 Views 22

Espos.id Espos.id Jenis Media: Solopos

Jadi Pusat Oleh-oleh Masjid Sheikh Zayed, Begini Kondisi Pasar Ngemplak Solo

Esposin, SOLO -- Para pedagang di Pasar Ngemplak, Banjarsari, Solo, berharap pemerintah membantu mempromosikan pasar itu lantaran sudah beberapa tahun terakhir sepi pengunjung maupun pedagang.

Kondisi sepinya pasar tersebut ironis karena lokasinya hanya berjarak ratusan meter dari Masjid Raya Sheikh Zayed yang selalu ramai sejak diresmikan pada 2022 lalu. Bahkan, pada 2023 lalu, Pasar Ngemplak sempat diwacanakan jadi pusat oleh-oleh pengunjung Masjid Sheikh Zayed.

Pantauan Espos di lokasi, Senin (13/1/2025) sekitar pukul 10.30 WIB hingga 12.30 WIB, bagian luar bangunan Pasar Ngemplak tampak sepi, termasuk area parkir dan kios bagian depan.

Hanya beberapa pedagang yang buka kios seperti servis jok motor, tembakau, dasi, dan wedangan. Sementara pada bagian dalam bangunan tidak satu pun pedagang membuka lapak mereka, hanya tampak beberapa barang dagangan tanpa penjualnya.

Pasar Ngemplak, Banjarsari, Solo, hanya berjarak ratusan meter dari salah satu pusat wisata Solo, yakni Masjid Raya Sheikh Zayed. Karena itu, kondisi pasar yang sepi menjadi ironi, apalagi pasar itu sempat dicanangkan sebagai pasar cenderamata pada 2023 lalu.

Pengelola Pasar Ngemplak, Andi Irwanto, menyampaikan kondisi pasar memang sepi sejak beberapa tahun lalu. Hal tersebut terjadi karena beberapa sebab, di antaranya pemilik kios sebelumnya yang telah sepuh dan tidak bisa melanjutkan berdagang. Di saat yang bersamaan tidak ada yang melanjutkan pemanfaatan kios tersebut.

“Selain itu, khusus untuk pedagang sayur, mereka kalah dengan para pedagang asongan yang menjual keliling ke kampung-kampung,” kata Andi saat berbincang dengan Espos di pasar tersebut, Senin (13/1/2025).

Saat ditanya kapasitas pasar, Andi menjelaskan total los oprokan tersedia untuk 50 pedagang. Sementara kios ada sekitar 16 unit. Namun yang aktif berjualan hingga saat ini, pedagang oprokan hanya sekitar 30 orang dan pedagang kios seluruhnya aktif.

“Tinggal waktu bukanya saja, sebagian hanya buka mulai pukul 05.00 WIB sampai sebelum pukul 12.00 WIB. Sebagian lainnya buka mulai sore hari,” tambahnya.

Upaya Promosi

Andi menjelaskan baik dari Dinas Perdagangan (Disdag) Solo dan pengelola pasar telah mengupayakan agar pasar tetap ramai di antaranya dengan membuat beragam spanduk promosi di beberapa lokasi Kota Solo. Selain itu, pengelola pasar juga relah membuat sebaran melalui beragam media sosial guna promosi pasar.

Terkait pencanangan Pasar Ngemplak, Solo, sebagai pasar cenderamata, Andi menjelaskan hal tersebut sempat berjalan namun tidak terlalu lama, hanya 5-6 bulan. Andi kemudian menunjukkan barang-barang cenderamata milik para pedagang, seperti belangkon, payung, dan sebagainya yang saat ini kurang terurus.

“Kami terus mencoba mengupayakan agar pasar ini bisa ramai kembali. Pada tahun 2025 ini kami akan rencanakan beberapa langkah untuk itu,” ujarnya.

Sementara itu, seorang pedagang wedangan di Pasar Ngemplak, Solo, Sunaryo, 65, menyampaikan sepinya pasar tradisional di perempatan Ngemplak itu bukan hal baru. Lelaki yang berdagang di pasar tersebut sejak 1989 itu menyatakan setidaknya sejak lima tahun belakangan pasar semakin sepi dan berakibat tidak aktifnya para pedagang.

“Saya sendiri sebenarnya merasakan hal yang sama. Dahulu sekitar 2010 ke belakang untuk mendapatkan Rp70.000 per hari terasa mudah, tapi sekarang, sejak lima tahun belakangan, Rp30.000 per hari susah,” curhatnya kepada Espos di Pasar Ngemplak, Senin (13/1/2025).

Menurut dia, hal tersebut disebabkan karena adanya larangan pedagang di bagian depan pasar. Sehingga pasar terlihat tidak menarik bagi pengunjung. “Dahulu di depan sini ramai oprokan, jadi pengunjung pun ramai dan terasa hidup pasarnya. Kalau sekarang sudah tidak boleh lagi,” tambahnya.

Sunaryo berharap baik pengelola pasar dan Dinas Perdagangan (Disdag) Solo menyiapkan langkah-langkah dan strategi khusus untuk menghidupkan kembali pasar tradisional yang sempat dicanangkan sebagai pasar cenderamata itu. “Ya kalau bisa diupayakan lagi biar seperti pasar lainnya tetap ramai, dan kami orang kecil begini bisa makan,” jelasnya. 

Sentimen: neutral (0%)