Sentimen
Undefined (0%)
10 Jan 2025 : 22.22
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Banyumas, Pemalang, Rembang, Solo

Tokoh Terkait
Agus Jabo Priyono

Agus Jabo Priyono

Arifin

Arifin

Cerita Egi

10 Jan 2025 : 22.22 Views 44

Espos.id Espos.id Jenis Media: Kolom

Cerita Egi

Esposin, SOLO -- Namanya Egi, wanita berhijab asal Pemalang. Dia merupakan salah satu pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) atau biasa disebut juga sumber daya manusia (SDM) PKH.

Hari itu, Senin (23/12/2024), Egi berdandan nyentrik. Dia salah satu pendamping PKH yang berdandan unik. Jaket jinsnya diberi aksesori rumbai-rumbai pita warna-warni menjuntai. Jika kedua tangannya digerakkan, layaknya sayap burung.

Tak cuma itu. Bibir dan alis matanya dia beri warna ungu. Katanya, memang dia ingin tampil heboh merayakan pesta para SDM PKH yang digelar tiap tahun. “Jaket ini saya siapkan dua minggu [pekan]. Yang paling lama ini nih, memilin pita warna-warni nempel di jaket,” kata dia sambil menunjukkan pita di jaketnya.

Dengan penuh percaya diri, Egi pun maju berjalan di karpet merah yang terpasang di tengah-tengah pengunjung. Dengan bergaya mengepakkan kedua tangannya, jaket pita warna-warni itu mengembang layaknya burung.

Egi berjalan sambil tangannya sesekali melempar cium jarak jauh kepada ribuan teman-temannya itu. Pagi itu, langit Pantai Karangjahe, Rembang cerah. Sekitar 3.600 pendamping atau SDM PKH memadati bibir pantai berpasir putih itu.

Mereka tengah menikmati PKH JatengFest 2024. Boleh dibilang ini adalah “pestanya” para pendamping PKH. Bagaimana tidak, ribuan pendamping PKH se-Jawa Tengah berkumpul, tumplek blek, selalu memadati event yang digelar setiap tahun itu.

Karangjahe menjadi lokasi PKH JatengFest ke-7. Mereka datang menggunakan bus dari berbagai penjuru Jawa Tengah. Mengenakan kaus seragam warna-warni yang menunjukkan kedaerahan mereka.

Acara yang dimulai sejak pagi hingga sore hari itu berlangsung hangat, penuh semangat dan meriah. Puluhan bazar atau stand masing-masing daerah memamerkan produk-produk unggulan dari para keluarga penerima manfaat (KPM) PKH. Acara juga dimeriahkan pentas seni dari talenta-talenta SDM dan KPM PKH.

Tak hanya itu, dalam gelaran tersebut juga diberikan penghargaan kepada pemerintah kabupaten/kota yang paling mendukung berupa bantuan pendanaan untuk PKH, penghargaan kepada SDM PKH yang paling banyak membantu KPM lolos dari jerat kemiskinan atau biasa disebut graduasi.

Hari itu, juga dilakukan “seremoni wisuda” 50 KPM yang telah graduasi atau lepas dari PKH. Mereka tidak lagi masuk kategori miskin. Kehadiran Menteri Sosial yang biasa disapa Gusmen, M. Saifullah Yusuf; Wakil Mensos, Agus Jabo Priyono; Wakil Bupati Rembang Mochamad Hanies Cholil Barro'; Sekretaris Jenderal Kementerian Sosial Robben Rico; Direktur Jenderal Linjamsos Kemensos Agus Zainal Arifin; Direktur Jaminan Sosial Kemensos Faisal; Tenaga Ahli Menteri Sosial Andy Kurniawan dan jajaran pejabat di tingkat provinsi maupun daerah menambah hangat gelaran ini.

“Jadi ini bukan acara hura-hura. Selain silaturahmi dengan pendamping PKH, ini juga menjadi acara pemantapan program oleh Pak Gusmen. Acara ini juga wujud apresiasi terhadap daerah yang telah memberi dukungan besar dalam pelaksanaan PKH,” tegas Koordinator Wilayah (Korwil) Jateng 5 PKH, Theo Markis.

Ribuan pendamping PKH tetap antusias mengikuti acara demi acara kendati pada siang hari hujan sempat mengguyur selama sekitar sejam. Di tengah guyuran hujan, Gusmensos membakar semangat ribuan pendamping PKH.

Berkali-kali dia mengatakan bahwa pendamping PKH adalah pejuang bangsa, karena merupakan ujung tombak dalam mengentaskan program kemiskinan. Berkali-kali pula Gusmen menandaskan program PKH ke depan akan lebih disempurnakan dengan berbasis pemberdayaan masyarakat tidak hanya bersifat perlindungan sosial semata.

“Saya bersama Pak Agus Jabo [Wamensos] tengah merancang beberapa fokus untuk lebih mengoptimalkan program PKH ini. Nantinya akan kita sempurnakan dengan melibatkan pemberdayaan masyarakat. Bagaimana siap ya! Siap!” tegas Gusmensos membakar semangat pendamping yang disambut teriakan, “Siap!”.

Gusmensos juga memberi tantangan kepada sukarelawan PKH mulai tahun depan sukarelawan PKH ditarget bisa menggraduasi (meluluskan) 10 KPM PKH. Jika di Jawa Tengah ada sekitar 5.000 pendamping PKH, maka dalam satu tahun ada sektar 50.000 KPM yang lolos alias graduasi.

Targetnya, satu pendamping 10 KPM graduasi. Ini sejalan dengan target nol persen kemiskinan ekstrem pada 2025. “Seperti kita tahu berkali-kali Presiden Prabowo mengatakan bahwa untuk menjadi negara yang Makmur itu tidak ada lagi warga miskin. Diharapkan pada 2045 Indonesia emas, tidak ada lagi warga miskin,” lanjut Gusmensos.

Berdasarkan catatan Kementerian Sosial (Kemensos) Jawa Tengah pada tahun ini, merupakan provinsi terbanyak meluluskan (menggraduasi) KPM, sehingga tak lagi menjadi warga miskin. Jumlahnya sekitar 8.000 KPM graduasi. Dalam acara itu juga diberikan penghargaan kepada pendamping PKH yang paling banyak membantu menggraduasi KPM.

Salah satunya Egi asal Pemalang itu. Dalam setahun dia menggraduasi 72 KPM. Beragam upaya dilakukan untuk memastikan bantuan-bantuan sosial yang diterima KPM bisa dimanfaatkan dan diberdayakan dengan baik, termasuk untuk usaha produktif.

Para pendamping ini juga turut memberikan motivasi kepada para KPM, agar mereka terlepas dari jerat kemiskinan. Termasuk, memotivasi agar para KPM mempunyai usaha mandiri yang terhubung dengan bantuan permodalan (bank) dan berbagai pihak lain untuk meningkatkan standardisasi produk dan layanannya.

“Pendek kata nasehat yang saya sampaikan kepada para KPM ini begini, masak tidak malu Pak/Bu terima bantuan terus menerus. Isinlah karo tanggane [malu lah dengan tetangganya],” ujar salah satu pendamping dari Banyumas ini.

Bagi Egi dan kawan-kawannya, target 10 KPM graduasi merupakan tantangan yang harus dijalani. Keberadaan mereka yang dekat dan berhubungan erat dengan para KPM, menjadi poin lebih untuk memberi motivasi memasukkan nilai-nilai pemberdayaan agar para KPM ini lepas dari jerat kemiskinan.

Beragam bantuan sosial alangkah lebih efektif digunakan sebagai sarana untuk memberdayakan KPM. Salah satunya, membangun usaha produktif. Bukan malah, menjadikan bantuan sosial sebagai “kartu ATM” yang membuat orang makin malas bekerja. Di sinilah, peran pendamping PKH menjadi ujung tombak pengentasan kemiskinan.

Sentimen: neutral (0%)