Sentimen
Undefined (0%)
9 Jan 2025 : 15.17
Tokoh Terkait
I Gede Nyoman Yetna

I Gede Nyoman Yetna

Terima Dana IPO Rp21,32 Triliun, Bukalapak Sudah Gunakan Rp11,94 Triliun

9 Jan 2025 : 15.17 Views 10

Espos.id Espos.id Jenis Media: Bisnis

Terima Dana IPO Rp21,32 Triliun, Bukalapak Sudah Gunakan Rp11,94 Triliun

Esposin, JAKARTA - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) memastikan telah mempertanyakan relevansi dana hasil Initial Public Offering (IPO) kepada PT Bukalapak Tbk (BUKA), yang peruntukannya untuk pengembangan bisnis e-commerce.

Per 30 Juni 2024, Bukalapak baru menggunakan dana hasil IPO senilai Rp11,94 triliun dari total dana hasil IPO senilai Rp21,32 triliun, sehingga masih tersisa senilai Rp9,82 triliun.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna di Gedung BEI, Jakarta, Kamis (9/1/2025), menjelaskan Bukalapak hanya akan menutup lini bisnis penjualan produk fisik di marketplace, namun, untuk bisnis e-commerce tetap akan berjalan ke depan.

Dengan masih berjalannya bisnis e-commerce, menurutnya, hal itu masih relevan dengan rencana penggunaan dana hasil IPO oleh Bukalapak ke depan.

“E-commerce-nya benar memberikan kontribusi more than 50 persen, dan e-commerce-nya masih akan berjalan. Dan kita juga tanyakan mengenai relevansi dana yang dihimpun, karena tujuannya kan ada untuk pengembangan e-commerce. Ya, tentunya jadi relevan tetap dilakukan,” ujar Nyoman.

Nyoman mengungkapkan, BEI telah melakukan hearing dengan Bukalapak, terkait dengan pengumuman transformasi bisnis dengan menghentikan operasional penjualan produk fisik di marketplace, dan berfokus untuk berjualan produk virtual.

“Jadi, penelaahan terhadap laporan keuangan, per pedo-pedo sebelumnya sudah dilakukan. Sudah juga melakukan hearing, kita udah dengar pendapat dengan mereka [BUKA],” ujar Nyoman.

Nyoman menyebut langkah Bukalapak merupakan upaya untuk melakukan efisiensi bisnis, dengan mempertimbangkan lini bisnis yang lebih memberikan pendapatan dan keuntungan yang lebih tinggi.

“Kita dengerin dulu, dan kita sudah melakukan permintaan penjelasan. Dan kita sudah ketemu kemarin, hearing bahwa e-commerce-nya masih ada. Hanya produk atau jasa yang ditawarkan saja yang dia pilih. Jadi platformnya masih tetap ada” ujar Nyoman.

Pendapat Pengamat

Di sisi lain, analis sekaligus Founder Stocknow.id Hendra Wardana menyampaikan secara teknikal apabila sentimen negatif terus berlanjut dan saham PT Bukalapak Tbk (BUKA) menembus level support psikologis di level Rp107 per saham, ada kemungkinan harga saham bisa turun lebih lanjut hingga mendekati Rp100 per saham.

“Level ini menjadi penting karena jika ditembus, akan menciptakan tekanan jual yang lebih besar dan memperburuk sentimen pasar,” ujar Hendra saat dihubungi oleh Antara di Jakarta, Rabu.

Dalam jangka panjang, Ia menyebut apabila BUKA berhasil melakukan transisi dengan baik dan menunjukkan pertumbuhan yang kuat di segmen layanan digital, maka terdapat potensi bagi saham BUKA untuk kembali menarik minat investor.

Namun demikian, lanjutnya, dalam jangka pendek hingga menengah, investor kemungkinan akan tetap berhati-hati sambil menunggu bukti lebih lanjut tentang keberhasilan strategi baru tersebut.

Dengan mempertimbangkan semua faktor tersebut, Hendra mengatakan saham BUKA akan menghadapi volatilitas tinggi dalam waktu dekat.

“Sehingga, investor perlu mencermati perkembangan kinerja perusahaan, serta respons pasar terhadap perubahan strategi yang dilakukan oleh manajemen BUKA,” ujar Hendra.

Hendra mengatakan untuk mencapai titik profitablenya, BUKA harus terus menggenjot kinerja top line, sekaligus harus dapat menekan cost of goods sold.

“Apalagi kalau misalkan jika Bukalapak menutup layanan produk fisik marketplace-nya. Lebih fokus ke digital marketplace-nya seperti itu, itu sebenarnya bisa semakin menekan cost atau operating expense,” ujar Hendra.

Dalam kesempatan ini, Hendra menyampaikan bahwa pelaku pasar terpantau bereaksi cukup negatif terhadap pengumuman BUKA yang melakukan transformasi bisnis dengan menghentikan operasional penjualan produk fisik di marketplace, dan berfokus untuk berjualan produk virtual.

Data penutupan perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu (8/1/2025), saham BUKA tercatat ditutup melemah 5 poin atau 4,10 persen ke posisi Rp117 per saham.

Hendra menjelaskan dari data perdagangan itu menandakan adanya kekhawatiran investor terhadap potensi penurunan pendapatan dari segmen marketplace fisik yang sebelumnya menjadi tulang punggung Bukalapak.

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Espos.id tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Sentimen: neutral (0%)