Sentimen
Undefined (0%)
29 Des 2024 : 22.58
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Salatiga

Harga Cabai di Salatiga Makin Pedas Jelang Tahun Baru, Tembus Rp70.000/Kilogram

29 Des 2024 : 22.58 Views 35

Espos.id Espos.id Jenis Media: Jateng

Harga Cabai di Salatiga Makin Pedas Jelang Tahun Baru, Tembus Rp70.000/Kilogram

Esposin, SALATIGA – Menjelang akhir tahun 2024, harga cabai di sejumlah pasar tradisional di Kota Salatiga, Jawa Tengah, terus mengalami kenaikan. Bahkan, pada Minggu (29/12/2024), harga cabai merah keriting tembus Rp70.000 per kilogram.

Hal itu diungkapkan pedagang cabai di Pasar Rejosari, Kota Salatiga, Jumiati. Dia menyebut, bahwa kenaikan harga cabai terus terjadi sejak pertengahan Desember lalu. Bersamaan dengan libur hari raya Natal dan Tahun Baru 2025.

Menurutnya kenaikan harga cabai disebabkan oleh stok di tingkat produsen yang menipis. Sedangkan di tingkat konsumen terjadi peningkatan permintaan. 

“Kalau stok di petani sedikit, harga cabai di Salatiga pasti naik. Tapi kalau stoknya banyak dan pasokan lancar, harga murah,” ungkapnya, Minggu (29/12/2024).

Menurutnya, sejak menjelang Natal lalu, ada peningkatan permintaan cabai sementara pasokan dari distributor mengalami penurunan. Hal itu menyebabkan harga cabai di pasaran saat ini terus melambung tinggi.

“Selang beberapa hari kemudian, harga cabai sempat turun, tapi sekarang naik lagi,” ujarnya.

Ia menyebut, selain harga cabai merah keriting yang menyentuh Rp70.000 per kilogram, kenaikan harga juga terjadi di sejumlah jenis cabai lain.

Menurutnya, harga cabai merah teropong saat ini tembus Rp60.000 per kilogram, cabai rawit merah naik menjadi Rp60.000 per kilogram, dan cabai rawit hijau Rp45.000 per kilogram.

Harga cabai di Pasar Blauran dan Pasar Raya Salatiga juga naik. Saat ini, harga cabai merah keriting di Pasar Blauran per kilogram berkisar Rp60.000, cabai merah teropong Rp52.500, cabai rawit merah Rp60.000, dan cabai rawit hijau Rp45.000.

Kenaikan harga cabai ini pun dikeluhkan oleh ibu-ibu rumah tangga di Kota Salatiga. Mereka terpaksa mengurangi pemakaian cabai saat memasak agar pengeluaran harian tidak membengkak.

“Saat harga cabai tinggi, mau tidak mau harus mengurangi masakan pedas. Sebab kalau dipaksakan, uang bulanan tidak cukup,” ucap Lastri, warga Kutowinangun Lor, Kecamatan Tingkir, Salatiga.

Menurutnya, fluktuasi harga cabai sudah menjadi hal biasa. Karena itu, dia sudah terbiasa menyiasati masakan agar anggota keluarganya tetap bisa makan sesuai selera.

“Kalau kenaikan jelang Natal dan tahun baru selalu terjadi. Jadi sudah tidak kaget lagi. Setelah tahun baru semoga segera turun harganya,” katanya.

Sentimen: neutral (0%)