Sentimen
Tokoh Terkait

Bowo Pristiyanto
Angka Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak di Kulonprogo Masih Tinggi
Krjogja.com
Jenis Media: News

KULONPROGO, KRJogja.com - Penjabat (Pj) Bupati Kulonprogo, Srie Nurkyatsiwi minta upaya pencegahan dan penghapusan kekerasan terhadap perempuan dan anak terus di tingkatkan dengan melibatkan multi sektor.
Langkah tersebut dinilai penting mengingat angka kekerasan terhadap perempuan dan anak di kabupaten ini masih tinggi.
Merunut laporan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A), selama 2023 tercatat 62 korban kekerasan terhadap perempuan dan anak yang ditangani. Sedangkan tahun 2024 sampai Oktober ada 46 kasus. Untuk kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) pada 2023 terdapat 25 kasus dan pada 2024 ada 22 kasus.
Mensikapi hal tersebut, Pj Bupati Siwi mengajak semua pihak mulai Forum Perlindungan Korban Kekerasan (FPKK) Kabupaten (OPD, Lembaga Masyarakat, Dunia Usaha), Forum Anak, FPKK Kapanewon, Satgas PPA serta unit terdekat masyarakat yaitu keluarga berpartisipasi aktif dalam mendukung pencegahan kekerasan dan menciptakan lingkungan aman dan nyaman.
"Kita bersama punya kekuatan membuat perubahan dan berdiri bersama untuk bertindak melawan kekerasan terhadap perempuan dan anak apapun bentuknya," kata Siwi saat menghadiri Peringatan Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak di Aula Adhikarto Kompleks Pemkab Kulonprogo, Selasa (17/12).
Siwi mengingatkan, pemberantasan kekerasan bukan hanya tugas pemerintah tapi menjadi tanggung jawab semua pihak. "Setiap individu, keluarga, lembaga pendidikan, media dan seluruh sektor masyarakat harus berperan aktif dalam menciptakan ruang yang aman bagi perempuan dan anak," tegasnya.
Pihaknya memastikan, Pemkab Kulonprogo berkomitmen terus meningkatkan upaya pencegahan dan penanganan kekerasan terhadap perempuan dan anak melalui berbagai program kegiatan untuk menciptakan Kulonprogo bebas dari kekerasan.
Sementara itu Kepala Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinsos-P3A) Kulonprogo, Drs L Bowo Pristiyanto mengatakan, berdasarkan data berbagai jurnal, dari 2022 sampai 2023 terdapat kenaikan angka kekerasan yang signifikan sampai 30 persen.
"Kekerasan terhadap anak sebagian besar dilakukan orang-orang terdekat korban. Kalau boleh saya matur lebih jelas dalam keluarga itu sendiri, angkanya mencapai 35 persen," ungkapnya.
Variasi kekerasan yang dialami tuturnya berupa kekerasan fisik, emosi dan seksual. Pada tahapan tertentu variasinya menjadi sangat komplek dan sebagian besar pelaku kekerasan, dulunya korban kekerasan juga.
"Harapan kita semua ada kesadaran bersama terhadap fenomena kekerasan pada perempuan dan anak dengan cara melakukan edukasi dan solusi," harap Bowo. (Rul)-
Sentimen: negatif (99.6%)