Soal Semen Tonasa Disebut Hanya Sisakan Debu bagi Masyarakat, Walhi: Butuh Ribuan Tahun untuk Karst Kembali
Fajar.co.id
Jenis Media: Nasional

FAJAR.CO.ID,MAKASSAR — Kegiatan eksplorasi Semen Tonasa di Pangkep disebut DPR RI hanya menyisakan debu bagi masyarakat. Hal tersebut ditanggapi Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sulawesi Selatan (Sulsel).
Kepala Departemen Eksternal Walhi Sulsel, Rahmat Kottir menekankan pentingnya karst. Ia menyebut pegunungan karst yang telah ditumbangkan Semen Tonasa dalam aktivitas eksplorasinya tidak bisa dianggap sepele.
“Kita butuh waktu ribuan tahun untuk bisa berbentuk karst kembali,” kata Rahmat kepada fajar.co.id, Rabu (11/12/2024).
Salah satu manfaat penting karst, kata Rahmat adalah untuk kepentingan iklim. Karena perannya yang menyerap karbondioksida.
“Maka kerusakan kawasan ekosistem esensial karst akan
berkontribusi dua kali lipat terhadap perubahan iklim dan bencana ekologis di seluruh penjuru dunia, terkhusus di Sulsel,”. Jelas Rahmat.
Selain itu, Rahmat mengatakan karst dikenal sebagai tandon air raksasa. Karena kemampuannya menyerap air.
“Meskipun kawasan karst memiliki lanskap gersang dan
kering di bagian permukaan, namun menyimpan sumber daya air yang melimpah di bagian bawah permukaannya,” terangnya.
Aktivitas Semen Tonasa selama ini, disebutnya menjadi ancaman serius bagi ekosistem karst. Karena merusak formasi alam yang telah terbentuk.
“Penambangan juga dapat mengganggu aliran air bawah tanah yang penting bagi ekosistem dan pasokan air bersih bagi masyarakat setempat,” ucapnya.
Rahmat mengatakan pemerintah telah melakukan berbagai upaya melindungi kawasan karst Maros-Pangkep. Namun produk hukum yang dikeluarkan sangat lemah, sehingga aktivitas tambang kian masif.
Misalnya Peraturan Menteri ESDM No 17 tahun 2012. Kemudian Peraturan Daerah Sulsel Nomor 3 Tahun 2019 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Kawasan Ekosistem Esensial Karst Maros Pangkep.
“Namun sampai saat ini aturan teknis terkait dengan Perda ini belum ditindaklanjuti di level daerah,” pungkasnya.
Sebelumnya, Anggota Komisi VI DPR RI, Ismail Bachtiar menyoroti pengelolaan PT Semen Tonasa. Ia menyebut perusahaan di bawah naungan Semen Indonesia itu tidak lagi kokoh dan kuat.
“Semen Tonasa yang dulu dikenal kokoh dan kuat, sekarang enggak lagi Pak. Udah enggak kuat, juga enggak kokoh,” kata Ismail saat rapat bersama Semen Indonesia Group (SIG) di Gedung DPR RI, Rabu (3/12/2024).
Itu disampaikan di hadapan Direktur Utama (Dirut) SIG Donny Arsal. Ismail pun menyarankan Semen Tonasa jadi strategic holding dari sebelumnya operating holding.
“Kalau saya perhatikan, karena hampir seluruh strategic holding bapak tarik ke pusat, Pak. Saya tidak tahu, apakah bapak tidak percaya orang Sulawesi atau gimana Pak. Padahal orang Sulawesi jadi Wapres pun bisa, Pak. Apalagi hanya urus semen Indonesia, Pak,” ucap Ismail.
Wacana itu pun menyeruak. Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir mengaku mempertimbangkan usulan tersebut.
“5 tahun ke depan ini kita akan men-define holding yang lebih bisa dijalankan seperti tipe apa. Nah, apakah itu strategic ataupun operating," ujar Erick di Gedung Kementerian BUMN, Kamis (5/12/2024).
“Nah, ini kita lagi lihat mengenai data, numbers, SOP (standard of procedures), penugasan. Nah, ini kita coba lihat secara helicopter view, tidak hanya strategic atau ini, nggak bisa. Jadi, kita harus sama-sama,” tambahnya.
Tapi bagi Walhi Sulsel. Baik strategic holding dan operating holding sama saja.
“Padahal sama saja, sama-sama merusak lingkungan,” pungkasnya.
(Arya/Fajar)
Sentimen: positif (79.8%)