Sentimen
Informasi Tambahan
Institusi: UGM
Kab/Kota: Solo
Tokoh Terkait

Suroto
Warseno Slenk Meninggal, Wakil Rektor ISI Solo Kenang Keberaniannya Keluar Pakem
Espos.id
Jenis Media: Solopos

Esposin, SOLO -- Dunia pedalangan berduka dengan meninggalnya Ki Warseno Slenk pada Kamis (12/12/2024). Sosoknya meninggalnya kesan mendalam dengan kontribusi yang tak bisa dibilang kecil dalam upaya pelestarian wayang sebagai warisan budaya nusantara.
Gayanya yang berani keluar dari pakem ketika mementaskan wayang memunculkan kekaguman dari banyak pihak. Salah satunya Wakil Rektor III ISI Solo, Sugeng Nugroho. Diwawancarai Espos, Kamis, Sugeng mengatakan kiprah Ki Warseno Sleng tidak bisa lepas dari pengaruh sang kakak, Ki Anom Suroto, yang juga dalang kondang.
Darah dalang mengalir di dalam tubuh Warseno. Dia berasal dari keluarga dalang. Ayahnya adalah seorang dalang bernama Ki Harjadarsana. Begitu juga kakaknya, Ki Anom Suroto, termasuk maestro dalang.
Sugeng Nugroho yang juga dalanag mengatakan Warseno muda belajar ilmu dalang dari sang kakak. Dia sering menyaksikan bagaimana Ki Anom Suroto mementaskan wayang. Karenanya, Sugeng mengatakan tidak mengherankan gaya Warseno Slenk dengan Ki Anom banyak kemiripan.
Dia mengatakan gaya mendalang Warseno mirip dengan kakaknya karena sejak sekolah memang selalu bersama. “Warseno Slenk belajar dalang secara autodidak, ya juga [belajar] dari kakaknya,” kata dia ketika dihubungi Espos melalui sambungan telepon, Kamis (12/12/2024).
Selain belajar dari kakaknya dan secara autodidak, menurut Sugeng, pada akhir 1980-an Warseno pernah kuliah di Jurusan Pedalangan ISI Solo. Tetapi hanya ditempuh selama dua semester kemudian keluar.
Pendidikan formalnya justru bukan di bidang pedalangan. Gelar sarjana didapatkan dari Fakultas Pertanian Universitas Tunas Pembangunan (UTP) Solo. Lalu gelar MSi di belakang namanya itu diraih dari Universitas Gadjah Mada (UGM) dan gelar doktor diraih dari Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo.
Menurutnya, kali pertama Warseno berani mementaskan wayang pada 1990-an. Momen yang membuat Warseno banyak dikenal adalah ketika pentas dalam acara Festival Greget Dalang di Kompleks Keraton Solo pada 1995.
“Malam itu, kebetulan pas Warseno tampil ada penutupan Sekaten, jadi penontonnya banyak sekali. Akhirnya dari situ beliau banyak dikenal dan menjadi dalang favorit. Mulai dari situ namanya melejit,” kata dia.
Pesan-pesan Moral
Menurutnya, dalam setiap kali pentas, Warseno selalu menyelipkan pesan-pesan moral, sosial, hingga politik. Ini menjadi ciri khas dari Warseno. Ciri khas yang lebih menonjol dari Warseno adalah gayanya yang berani keluar dari pakem.
Sugeng mengatakan Warseno berani memasukkan unsur musik nontradisi ke dalam pakeliran ketika mementaskan wayang. “Pakeliran semalaman didominasi oleh entertain, baik melalui adegan Limbuk-Cangik maupun gara-gara. Oleh karenanya dia punya nama beken Slenk, yang artinya slengekan,” kata dia.
Ciri khas ini pula yang membuat nama Warseno kondang. Meski sudah kondang, kepribadian Warseno dikenal sebagai orang yang mudah bergaul dengan siapa saja, tidak pilih-pilih. Sugeng mengatakan Warseno memiliki pergaulan yang luas termasuk dengan dalang-dalang kondang lain sampai dalang di perkampungan.
“Beliau pandai mengambil hati orang lain karena sifatnya yang selalu supel. Pergaulannya dengan sesama dalang itu bagus, tidak hanya yang selevel tapi juga dengan dalang-dalang di perkampungan,” kata dia.
Hal itu tergambar ketika Warseno sering mengadakan pentas pada setiap malam wetonnya yakni Sabtu legi. Pada malam wetonnya, Warseno mengadakan pergelaran wayang dan mengundang para dalang dari berbagai daerah. “Ini seperti kakaknya, Ki Anom Suroto,” kata dia.
Sudah puluhan tahun lamanya Ki Warseno Slenk mengabdikan diri sebagai dalang. Hingga tutup usia pada umur 59 tahun itu, Warseno tidak pernah berhenti berkontribusi terhadap dunia pewayangan.
Terutama dalam rangka melestarikan dan terus memperkenalkan tradisi pementasan wayang kulit di era yang serbamodern. Namun, Warseno tidak pernah berhenti pentas. Menurut Sugeng, kiprah terbesar Warseno adalah dalam hal turut serta secara konsisten melestarikan seni tradisi.
“Karena basic beliau itu ke seni tradisi wayang. Maka kontribusi terbesar Warseno adalah terus melestarikan seni tradisi dalam hal ini wayang, sebab nama Warseno juga sudah dikenal secara nasional,” kata dia.
Sentimen: neutral (0%)