Sentimen
Informasi Tambahan
Grup Musik: iKON
Kab/Kota: Solo
Sangga Buwana Prioritas, Ini Data Bangunan Keraton Solo yang Butuh Revitalisasi
Espos.id
Jenis Media: Solopos

Esposin, SOLO -- Kunjungan Ketua MPR, Ahmad Muzani, ke Keraton Solo pada Selasa (10/12/2024) memberikan harapan akan adanya kelanjutan revitalisasi kawasan maupun bangunan cagar budaya tersebut.
Setelah dua alun-alun, utara dan selatan, kelar direvitalisasi pada tahun ini, revitalisasi selanjutnya diharapkan bisa merambah ke bagian dalam bangunan Keraton Solo. Salah satu bangunan yang menjadi skala prioritas yakni Panggung Sangga Buwana.
Mengutip laman resmi Pemkot Solo, Panggung Sangga Buwana dirikan oleh Paku Buwono (PB) III pada 1708 tahun Jawa atau 1728 Masehi. Bangunan menara ini sempat terbakar pada 19 November 1954, lalu dibangun kembali dan selesai pada 30 September 1959.
Sebelum terbakar, atap Panggung Sangga Buwana di kompleks Keraton Solo ini berbentuk segi delapan yang disebut hasta wolu dengan nama tudung saji. Namun, setelah bangunan ini direnovasi bentuk atapnya dibuat seperti payung yang terbuka.
Panggung Sangga Buwana dulunya dibuat untuk mengintai musuh dari ketinggian. Selain itu juga digunakan oleh raja untuk bermeditasi. Terdapat beberapa fungsi lain dari bangunan Panggung Sangga Buwana, antara lain untuk tempat menaruh sesaji, tempat untuk bertemu dengan Kanjeng Ratu Kencana Sari atau Ratu Kanjeng Ratu Kidul yang bertahta di Kadhaton Saloka Dhomas.
Berdasarkan catatan Espos, wacana revitalisasi bangunan Panggung Sangga Buwana pernah muncul menjelang akhir 2021 setelah Dirjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) kala itu, Diana Kusumastuti, berkunjung ke Keraton Solo, Kamis (7/10/2021).
Ikon Kota Solo
Dalam kunjungan itu, Diana didampingi Gibran Rakabuming Raka yang saat itu masih menjabat Wali Kota Solo dan Pangageng Parentah Keraton KGPH Dipokusumo. Diana mengatakan rencana revitalisasi Sangga Buwana masih dibicarakan.
"Targetnya sesegera mungkin, tapi sekali lagi [kompleks Keraton] bukan bangunan biasa, tapi cagar budaya,” kata Diana.
Diketahui, kerusakan Panggung Sangga Buana tampak dari luar ada bagian jendela dan pintu yang harus diperbaiki. Pengecatan sempat dilakukan beberapa tahun lalu, namun kayu-kayunya sudah mulai lapuk. Bangunan itu menjadi prioritas selain karena merupakan ikon Kota Solo, juga punya nilai sejarah dan filosofi.
Pengageng Parentah Keraton Solo, KGPH Adipati Dipokusumo menjelaskan Ketua MPR Ahmad Muzani bertemu dengan Raja Keraton Solo SISKS Paku Buwono (PB) XIII di Keraton Solo, Selasa (10/12/2024). Mereka membahas pelestarian warisan budaya Keraton Solo.
Menurut dia, pemerintah sudah melakukan revitalisasi tahap awal Keraton Solo, yakni revitalisasi Alun-alun Utara dan Alun-alun Selatan. Kemudian cagar budaya yang perlu direvitalisasi berikutnya merupakan area dalam Keraton Solo.
“Misalnya Panggung Sangga Buwana, ini semua orang bisa melihat. Apakah masuk skala prioritas? Kami sudah catat, Kementerian Pekerjaan Umum juga. Ada naskah akademis untuk tindaklanjuti kegiatan konservasi yang masuk skala prioritas, menyesuaikan dana yang tersedia,” jelas dia kepada wartawan.
Dia mengatakan Panggung Sangga Buwana kini masih digunakan, salah satunya untuk meditasi. Panggung Sangga Buwana sudah beberapa kali dilakukan revitalisasi. Kali terakhir revitalisasi sekitar tahun 2000.
Daftar Usulan Revitalisasi
Selain Panggung Sangga Buwana, berdasarkan dokumen yang diterima Espos dari Tim Kerja Kantor Mahamenteri Tedjowulan, ada sekitar 12 bangunan lain di Keraton Solo yang membutuhkan revitalisasi atau renovasi. Berikut daftar lengkapnya:
- Panggung Sanggabuwono
- Keputren
- Bangunan yang roboh serta adanya retakan pada tembok seperti bangunan central, garasi, tembok belakang Masjid Pujosono
- Kantor Mahamenteri (eks Saraswati-Gondorasan)
- Keraton Kilen
- Tursino Puri
- Sasana Mulya
- Penataan Kandang Kereta dan Mobil Tua
- Penataan bangunan di Pagelaran dan Sitihinggil
- Pekapalan Timur Masjid Agung
- Penataan bagunan di Magangan Kidul
- Penataan kandang kerbau Kiai Slamet
- Bangunan lain sesuai pertimbangan atau masukan pihak Keraton/pemangku kepentingan
Belasan bangunan yang butuh renovasi/revitalisasi itu merupakan hasil pendataan pada 2018 dan sudah diusulkan pada tahun yang sama. Usulan tersebut direspons pemerintah dengan mengalokasikan anggaran Rp2 miliar untuk pemetaan kawasan Keraton Solo dan membuat detail engineering design (DED).
Namun hanya DED bangunan eks Saraswati atau Gondorasan yang sudah berhasil disusun saat itu. “Dari data yang saat itu berhasil dikumpulkan, disusunlah DED. Tapi yang bisa disusun baru satu DED yaitu bangunan eks Saraswati,” ungkap kuasa hukum Mahamenteri Keraton Solo KGPHPA Tedjowulan, Bambang Pradotonagoro, saat diwawancarai Espos, Jumat (6/1/2023).
Pada 17 Maret 2021, Bambang mengatakan Tim Kerja Mahamenteri mengajukan kembali permohonan revitaliasasi Keraton Solo ke pemerintah. Tedjowulan menugasi tim ke Jakarta untuk bertemu Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Dirjen Cipta Karya Kementerian PUPR membahas rencana renovasi Keraton Solo.
“Saat itu saya yang berangkat ke Jakarta mendampingi BRAy Putri Woelan Sari Dewi. Kami dapat informasi pengajuan kami disetujui,” papar Bambang. Bambang mengungkapkan anggaran yang disetujui saat itu Rp8 miliar pada APBN 2022.
Anggaran ini untuk membuat DED teknis karena ada belasan item atau lokasi yang diajukan untuk revitalisasi sehingga harus dibuat DED. Namun setahu Bambang anggaran Rp8 miliar itu harus dikembalikan ke kas negara karena tidak terlaksana.
“Anggaran tak jadi dipakai, terbukti di 2022 tak ada dijalankan. Tidak ada pelaksanaan kegiatan DED sehingga belum ada DED atau master plan kawasan Keraton Solo sampai sekarang. Dana Rp8 miliar kembali ke negara,” urainya.
Sentimen: neutral (0%)