Sentimen
Undefined (0%)
2 Des 2024 : 21.15
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Solo

Tokoh Terkait
joko widodo

joko widodo

Optimistis Sambut 2025, Ekonomi Soloraya Bisa Tumbuh dengan Sinergi Multisektor

2 Des 2024 : 21.15 Views 24

Espos.id Espos.id

Optimistis Sambut 2025, Ekonomi Soloraya Bisa Tumbuh dengan Sinergi Multisektor

Esposin, SOLO - Menyambut 2025, sejumlah kalangan menyebut pertumbuhan ekonomi di 2025 tetap akan bergerak positif. Meski begitu, berbagai tantangan tetap perlu menjadi perhatian lebih. 

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Solo, Dwiyanto Cahyo Sumirat, menyampaikan bagaimanapun, 2025 harus disambut dengan optimisme. Menurutnya ada banyak hal yang dapat diharapkan akan lebih baik di 2025 nanti. Selain dengan adanya pemerintahan baru, dia berharap krisis geopolitik di Timur Tengah maupun Rusia dan Ukraina akan mereda sehingga roda perekonomian secara global dapat berputar lebih baik lagi. 

Di luar itu, tantangan lain juga perlu diperhatikan. Salah satunya dengan terpilihnya Presiden Amerika Serikat yang baru. Menurutnya pergantian pemimpin negara besar tersebut bisa dipandang sebagai peluang namun bisa menjadi tantangan. 

"Ada dua sisi, bisa jadi peluang dan tantangan. Tapi tentu saja kami di BI selalu ingin membuat kebijakan-kebijakan yang tetap bisa membantu perekonomian dan mendorong masyarakat lebih baik meski tantangannya seperti itu. Kami berharap di 2025 pertumbuhan ekonomi kita di atas 5% dengan segala daya dan upaya dan dengan kebijakan pemerintah, semoga memberikan hasil lebih baik," kata dia, Senin (2/12/2024). 

Sementara jika melihat kondisi perekonomian terutama di Soloraya dalam setahun terakhir, menurutnya kondisinya baik. Diketahui, pada awal tahun di wilayah Solo dan sekitarnya terdapat laju inflasi. Namun selama empat bulan berturut-turut sempat mengalami deflasi. 

"Deflasi bukan diartikan sebagai penurunan daya beli tapi ada distribusi yang lebih baik. Ada gerakan pasar murah yang lebih gencar lagi, sehingga harga-harga komoditas yang banyak dikonsumsi masyarakat menjadi lebih terkendali," lanjut dia. 

Kemudian di dua bulan terakhir kembali ada inflasi, namun pun masih dalam rentang target, 2,5+-1%. Dia berharap hal itu bisa menjadi keseimbangan antara konsumen dan produsen. Jika dari konsumen menginginkan harga tidak terlalu mahal. Sedangkan bagi kalangan produsen, deflasi yang berkelanjutan bisa jadi akan berdampak pada turunnya semangat untuk produksi. 

"Maka harapannya sampai Desember [2024] laju inflasi masih di dalam target 2,5+-1%," kata dia. 

Dia juga mengatakan dari data terakhir, pertumbuhan ekonomi di Solo paling besar didukung oleh kontribusi sektor konstruksi, yang diikuti sektor industri manufaktur. Dengan banyaknya proyek strategis nasional yang sudah selesai, ada kemungkinan akan ada sedikit penurunan di sektor itu terhadap PDRB.

Namun secara pasti masih menunggu data dari Badan Pusat Statistik (BPS). Di sisi lain ada potensi-potensi lain yang dapat dikembangkan. Salah satunya di sektor padat karya. 

"Sebab dari Pak Jokowi [Presiden sebelumnya] dan Presiden Prabowo juga mendorong investasi ke sektor-sektor padat karya. Ini banyak ada di Soloraya. Mulai tekstil, alas kaki dan lainnya. Ketika itu sudah disinergikan dan didorong bersama untuk investor masuk ke situ,  saya yakin industri manufaktur di Soloraya bisa menjadi motor penggerak PDRB kita di 2025," jelas dia. 

Meskipun untuk tekstil dalam beberapa waktu terakhir ada tekanan. Dia pun berharap kondisi yang terjadi di sektor pertekstilan tersebut segera ada solusi dari pemerintah untuk bisa bisa mendorong lagi sektor padat karya. 

Pembangunan Infrastruktur

Sementara itu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNS, Nugroho Saputro, menyampaikan meski ada kesan masih menunggu dan melihat, namun pertumbuhan ekonomi dimungkinkan masih akan berjalan baik. 

 "Ekonomi ke depan saya kira masih wait and see. Namun kalau di Solo, saya kira positif. Kalau melihat pembangunan infrastruktur kemungkinan kan hampir selesai. Ini bisa dioptimalkan, artinya mobilitas semakin baik, semakin strategis," kata dia, Senin. 

Namun menurutnya masih ada pekerjaan rumah (PR) yang harus diperhatikan, khususnya terkait perkembangan digitalisasi. 

"PR-nya ketika bicara terkait ekonomi digital, masyarakat itu mau tidak untuk adaptif ke arah digitalisasi. Sebab mau tidak mau ke depan eranya ke arah sana. Kalau hanya mengandalkan [cara] tradisional kemungkinan akan ketinggalan. Sebab barang perputarannya sangat tinggi, tidak bisa membatasi hanya Solo atau Soloraya saja, namun sudah dunia," jelas dia. 

Langkah terbaik menurutnya untuk menyikapi hal itu adalah dengan tetap meningkatkan potensi lokal dengan tetap ada pengawasan melalui regulasi. 

 

Sentimen: neutral (0%)