Sentimen
Negatif (96%)
26 Nov 2022 : 15.10
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Batang

Tokoh Terkait

Jembatan Kartanegara ambruk, 23 tewas 13 orang hilang

26 Nov 2022 : 15.10 Views 18

Elshinta.com Elshinta.com Jenis Media: Nasional

Jembatan Kartanegara ambruk, 23 tewas 13 orang hilang

Petugas penyelamat masih terus meneruskan upaya pencarian korban di sungai Mahakam Minggu (27/11/2011). (https://bbc.in/3OJ1bSr)

Elshinta.com - Hari ini 11 tahun yang lalu, tepatnya 26 November 2011, jembatan Kartanegara di Tenggarong, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, ambruk. Tragedi yang menelan korban jiwa itu terjadi sekitar pukul 16.15 WITA.

Laporan awal pada 27 November 2011, ada 5 orang tewas, 33 orang hilang, dan 40 orang luka-luka. Pencarian pun terus dilakukan oleh Basarnas. Melansir Harian Kompas, 12 Desember 2011, terdapat tambahan korban tewas menjadi 23 orang dan 13 orang lainnya masih dalam pencarian.

Dugaan awal, peristiwa ini disebabkan kelalaian. Tersangka terkait runtuhnya jembatan Kartanegara tak kunjung ditetapkan sampai sebulan setelah kejadian.

Baca juga Tragedi ambruknya Jembatan Kutai Kartanegara

Dikutip dari Harian Kompas pada 30 November 2011, pemerintah menurunkan 30 penyelam tradisional untuk mencari para korban. Keruhnya air Sungai Mahakam menjadi kendala besar bagi penyelam. Selain itu, kecepatan arus mencapai 2-9 knot, dengan arus berkecepatan 2 knot sudah cukup membuat orang terseret.

Pusaran air di beberapa titik tidak terlalu berbahaya, tapi akan mematikan jika ada batang kayu, botol, atau logam turut masuk dalam pusaran, karena dapat merusak perlengkapan para penyelam. Kedalaman sungai hingga 50 meter dan tekanan air yang semakin kuat, akan berbahaya jika penyelam bukan dari kalangan profesional.

Komunikasi dengan rekan yang berada di atas kapal harus sempurna. Terdapat kode tertentu berupa tarikan tali untuk memberikan informasi apakah penyelam butuh ditarik atau sedang dalam bahaya.

Adapun semua pihak yang terkait dengan runtuhnya Jembatan Kartanegara saling lempar tanggung jawab. Kementerian Pekerjaan Umum, Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara, dan kontraktor tidak ingin disalahkan.

Sementara itu, disebutkan bahwa pemeliharaan jembatan menjadi tanggung jawab pemerintah pusat. Dituliskan bahwa tidak ada pemeliharaan jembatan selama 2008-2010, dikarenakan tidak adanya anggaran. Padahal, hasil pemantauan PT Indenes Utama Engineering Consultant pada 2006 menunjukkan fakta adanya penurunan gelagar bentang tengah jembatan hingga 50 cm dibandingkan 2001. Terjadi perenggangan pada pilar jembatan hingga 18 cm, sedangkan pada tahun 2001 hanya 8-10 cm.

Konsultan ahli beton dan konstruksi jembatan Wiratman Wangsadinata menjelaskan, runtuhnya jembatan disebabkan kegagalan pada kabel penggantung dan klem penjepit. Ini didasarkan pada sisa konstruksi bangunan jembatan yang tersisa.

Jembatan yang konstruksinya ditopang oleh tiang tinggi jembatan (pylon), fondasi tiang pancang, dan kabel utama masih utuh, sedangkan semua kabel penggantung dan klemnya putus. Diduga ada kesalahan pada kualitas material kabel penggantung dan analisis perhitungan.

Sebagai informasi, kabel utama jembatan buatan Kanada dan kabel penggantung buatan dalam negeri.

Hingga akhirnya, polisi menetapkan 3 tersangka atas robohnya Jembatan Kartanegara, Kalimantan Timur pada 31 Desember 2012. Dua birokrat dan seorang rekanan terkait ambruknya Jembatan Kartanegara ini divonis satu tahun penjara dalam sidang di Pengadilan Negeri Tenggarong, Kalimantan Timur pada 6 Juni 2012.

Adapun ketiga terdakwa, yaitu:

Setiono, Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) Proyek Pemeliharaan Kartanegara dari Dinas Pekerjaan Umum Kutai Kartanegara Yoyo Suryana, Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) proyek pemeliharaan jembatan dari Dinas Pekerjaan Umum Kutai Kartanegara M Syahriar Fakhnurrozi, Kepala Bagian Teknik PT Bukaka Teknik Utama sekaligus manajer proyek jembatan.

Sumber: kompas.com

Sentimen: negatif (96.9%)