Sentimen
Positif (98%)
10 Okt 2024 : 17.47
Informasi Tambahan

BUMN: PT Pertamina, PT Kilang Pertamina Internasional

Kab/Kota: Cilacap, Dumai

Pertamina Kebut Proyek Kilang BBM Ramah Lingkungan Berkapasitas 120.000 Bph

10 Okt 2024 : 17.47 Views 4

Beritasatu.com Beritasatu.com Jenis Media: Ekonomi

Jakarta, Beritasatu.com - PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), subhoding refining dan petrochemical PT Pertamina (Persero) mengebut proyek pembangunan kilang minyak yang menghasilkan bahan bakar minyak (BBM) ramah lingkungan atau green refinery dengan kapasitas 120.000 barel per hari (bph) hingga 2037. Langkah ini untuk menekan emisi karbon dalam rangka target net zero emission pemerintah pada 2060.

"Ada beberapa proyek kilang ramah lingkungan sedang berjalan, seperti kilang Cilacap tahap dua yang diproyeksikan pada 2027 dengan kapasitas produksi 6.000-7.000 barel hydrotreated vegetable oil (HVO) per hari (bph)," kata Direktur Utama Kilang Pertamina Internasional Taufik Aditiyawarman dalam diskusi bertajuk "Decarbonizing The Future: The Role of Green Fuel in Reducing Emissions" di Jakarta, Kamis (10/10/2024).

Dia mengatakan tahap satu kilang Cilacap telah selesai dengan kapasitas 3.000 bph. Secara keseluruhan, Kilang Cilacap merupakan salah satu kilang terbesar Pertamina dengan kapasitas pengolahan 348.000 barel per hari.

Selain itu, kata dia, Pertamina menargetkan kilang Plaju rampung pada 2030 dengan kapasitas pengolahan BBM nabati atau biofuels 20.000 bph, kilang Dumai pada 2031 dengan kapasitas 30.000 bph, dan kilang Balikpapan pada 2034 dengan kapasitas 30.000, dan kilang di Medan berkapasitas 30.000 bph.  “Totalnya sekitar 120.000-an bph,” kata dia.

Taufik menjelaskan, Pertamina juga siap meluncurkan produk BBM solar dengan kadar sulfur rendah atau lebih ramah lingkungan dari kilang Balongan. "Produk diesel dengan kadar sulfur 10 ppm dari Balongan," kata dia.

Selain itu, kilang Balikpapan yang akan beroperasi pada 2025 bisa memproduksi BBM euro 5 dengan kadar sulfur 10 ppm, baik untuk gasolin maupun diesel.

Dalam kesempatan yang sama, peneliti senior Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Arie Rachmadi menjelaskan penggunaan biofuel akan menekan emisi yang selama ini banyak dihasilkan kendaraan. "Indonesia berada di jalur tepat dengan program biodiesel sejalan tren global yang mengarah pada penggunaan biofuel," kata dia.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Center for Energy Security Studies (CESS) Ali Ahmudi Achyak mengatakan tantangan terbesar mendorong program biofuel selain pasokan bahan baku adalah harganya masih tinggi. 

Sentimen: positif (98.1%)