Sentimen
Positif (100%)
7 Okt 2024 : 08.59
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Sleman

Harga Cabai di Bawah Biaya Produksi, Petani Sleman Bertahan dengan Teknologi Ramah Lingkungan

7 Okt 2024 : 08.59 Views 6

Beritasatu.com Beritasatu.com Jenis Media: Regional

Sleman, Beritasatu.com - Harga cabai merah keriting (CMK) di Kabupaten Sleman, DIY, mengalami penurunan signifikan, hanya mencapai Rp 6.000 per kilogram di pasar lelang. Kondisi ini membuat harga jauh di bawah biaya produksi. Petani  bertahan dengan strategi budi daya berbiaya rendah.

Sugeng, salah satu petani cabai di Samberembe Wetan, Candibinangun, Pakem, Sleman, menjelaskan, meskipun harga rendah, ia terus merawat tanamannya dengan menggunakan pupuk organik dan agensia hayati untuk menekan biaya produksi. "Saya banyak menggunakan pupuk organik dan agensia hayati sehingga biayanya bisa ditekan," ujarnya, Minggu (6/10/2024).

Teknologi budi daya ramah lingkungan yang diterapkan Sugeng mendapat apresiasi Plt Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman Suparmono. Ia menyebutkan bahwa penerapan teknologi tersebut sejalan dengan standard operating procedure (SOP) budi daya cabai sehat ramah lingkungan yang diterbitkan pada 2023.

“Tahun 2023 Dinas Pertanian Sleman sudah menerbitkan SOP budi daya cabai sehat ramah lingkungan, selain untuk meningkatkan adaptasi DPI, menjaga kualitas produk juga tujuannya untuk meningkatkan keuntungan petani,” jelas Suparmono.

Terkait harga cabai merah keriting yang rendah, Suparmono menjelaskan bahwa hal ini merupakan akibat dari hukum permintaan dan penawaran. Berdasarkan data dari hortikultura nasional, produksi cabai merah keriting dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, hingga Sumatera, mengalami peningkatan.

Meskipun demikian, Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman memprediksi bahwa harga cabai akan mulai naik pada awal November dan mencapai puncaknya pada Desember. Suparmono tetap optimis target nilai tukar petani (NTP) sebagai ukuran kesejahteraan petani akan tercapai.

NTP adalah rasio antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani. Suparmono menyebutkan, selama dua tahun berturut-turut, sektor hortikultura memberikan kontribusi tertinggi pada NTP dibandingkan subsektor lainnya.

“Dua tahun berturut-turut, hortikultura menyumbang NTP tertinggi dibanding subsektor tanaman pangan, perkebunan, peternakan, maupun perikanan yaitu sebesar 115,14 pada 2022 menjadi 121,07 pada 2023,” ujarnya.

Meski demikian, Suparmono berharap penurunan daya beli dan melemahnya ekonomi yang tercermin dari deflasi 0,10% di DIY pada September 2024, tidak berdampak pada kesejahteraan petani. "Kami akan mendorong agar margin petani meningkat, sehingga selisih yang diperoleh petani dari biaya produksi dan penjualan bisa menghasilkan keuntungan," tutupnya.

Sentimen: positif (100%)