Sentimen
Positif (100%)
24 Sep 2024 : 23.33
Informasi Tambahan

Agama: Hindu

Event: Hari Raya Galungan

Kab/Kota: Denpasar, Banjar

Hari Raya Galungan dan Kuningan: Waktu, Makna, Tradisi, dan Rangkaian Acara Denpasar 24 September 2024

24 Sep 2024 : 23.33 Views 3

Kompas.com Kompas.com Jenis Media: Regional

Hari Raya Galungan dan Kuningan: Waktu, Makna, Tradisi, dan Rangkaian Acara Editor KOMPAS.com - Hari Raya Galungan dan Kuningan adalah hari suci yang diperingati oleh umat Hindu. Perayaan kedua hari suci ini terkait dengan penghormatan dan cinta kasih umat Hindu kepada para leluhur. Dalam pelaksanaannya, perayaan Hari Raya Galungan dan Kuningan penuh dengan makna dan nilai-nilai spiritual. Seperti arti galungan dalam bahasa Jawa Kuno yang artinya bertarung atau disebut juga 'dungulan' yang artinya menang, ada kisah di balik peringatan hari suci ini. Dikutip dari laman djkn.kemenkeu.go.id, sejarah dimulainya perayaan Galungan dan Kuningan adalah kemenangan kebaikan melawan kejahatan. Dikisahkan dalam sejarah, terjadi peperangan antara Bhatara Indah yang melambangkan dharma (kebenaran) dengan Mayadenawa yang melambangkan adharma (kejahatan). Peperangan ini pada akhirnya dimenangkan oleh Bhatara Indah, sehingga perayaan Galungan dan Kuningan dimaknai sebagai perayaan kemenangan. Perayaan Hari Raya Galungan dan Kuningan diperingati setiap enam bulan sekali atau 210 hari sekali berdasarkan Kalender Saka Bali. Namun pada penanggalan masehi, hari raya ini akan diselenggarakan sebanyak dua kali setahun. Pada tahun 2024, Hari Raya Galungan dirayakan pada 28 Februari dan 25 September 2024. Adapun Hari Raya Kuningan dirayakan pada 9 Maret dan 5 Oktober 2024. Dalam Kalender Saka Bali, Hari Raya Galungan jatuh setiap Rabu Kliwon wuku Dungulan, di mana di wilayah Jawa dikenal dengan sebutan wuku Galungan atau wuku yang kesebelas. Sementara Hari Raya Kuningan atau sering disebut juga Tumpek Kuningan jatuh 10 hari setelah perayaan Galungan, yaitu pada hari Selasa Kliwon wuku Kuningan. Meski Hari Raya Galungan dan Kuningan bukan merupakan hari libur nasional, namun keduanya merupakan hari libur lokal yang ditetapkan sesuai SE Gubernur Bali. Hari Raya Galungan dan Kuningan merupakan serangkaian perayaan yang memiliki makna tersendiri. Makna dari Hari Raya Galungan adalah untuk merayakan kemenangan Dharma (kebenaran) melawan Adharma (kejahatan). Selain itu, Hari Raya Galungan juga dilakukan untuk merayakan kedatangan para dewa dan leluhur ke bumi Sehingga pada perayaan Galungan, umat Hindu akan mengikuti persembahyangan untuk menghaturkan rasa syukur kepada Sanghyang Widhi Wasa atas terciptanya dunia serta segala isinya. Adapun makna Hari Raya Kuningan adalah, adalah untuk merayakan kembalinya para dewa dan leluhur ke surga. Umat Hindu percaya saat para dewa turun ke bumi bersama para leluhur, waktunya hanya sampai tengah hari. Sehingga, saat perayaan Kuningan umat Hindu akan bersembahyang dan melakukan upacara hanya sampai siang hari. Ada beberapa tradisi yang dilakukan dalam rangkaian perayaan Galungan dan Kuningan. Salah satunya adalah memasang penjor di setiap sisi jalan dan di depan rumah penduduk. Tidak hanya penjor, tradisi mapeed saat Galungan juga menjadi daya tarik tersendiri, di mana warga akan berjalan beriringan dengan menjunjung kebe bambu atau sesajen. Ada juga tradisi ngelawang yang dilakukan dengan mengarak barong bangkal dari pintu ke pintu rumah warga banjar atau desa. Perayaan Galungan juga diwarnai dengan tradisi Ngejot, yaitu membagikan makanan kepada tetangga. Kemudian ada tradisi Perang Jempana dan tradisi mekotek yang dilaksanakan saat perayaan Hari Raya Kuningan. Perayaan hari suci Galungan dan Kuningan memakan waktu beberapa hari dan dilaksanakan sesuai Kalender Saka Bali. Rangkaian perayaan dimulai dari Hari Tumpek Wariga dan diakhiri dengan Hari Pegat Wakan. Tumpek Wariga jatuh 25 hari sebelum Galungan pada Saniscara Kliwon wuku Wariga. Sugihan Jawa jatuh pada hari Kamis Wage wuku Sungsang. Sugihan Bali jatuh pada hari Jumat Kliwon wuku Sungsang. Hari Penyekeban jatuh pada hari Minggu Pahing wuku Dungulan. Hari Penyajan jatuh pada hari Senin Pon wuku Dungulan. Hari Penampahan jatuh sehari sebelum Galungan, tepatnya pada hari Selasa Wage wuku Dungulan. Upacara Galungan dilakukan pada Rabu Kliwon wuku Dungulan. Umanis Galungan jatuh pada hari Kamis Umanis wuku Dungulan. Pemaridan Guru jatuh pada hari Sabtu Pon wuku Dungulan. Ulihan jatuh pada hari Minggu Wage wuku Kuningan. Hari Pemacekan Agung jatuh pada hari Senin Kliwon wuku Kuningan. Hari Suci Kuningan jatuh pada hari Sabtu Kliwon wuku Kuningan. Pegat Wakan jatuh pada hari Rabu Kliwon wuku Pahang, atau sebulan setelah Galungan. Ini adalah rangkaian terakhir dari perayaan Galungan dan Kuningan. Sumber:
djkn.kemenkeu.go.id   
djkn.kemenkeu.go.id   
denpasar.kompas.com   
travel.kompas.com   
travel.kompas.com     Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

Sentimen: positif (100%)