Sentimen
Negatif (66%)
24 Sep 2024 : 08.52

Jepang Genjot Budaya Kerja 4 Hari Seminggu tetapi Sulit Diberlakukan

24 Sep 2024 : 08.52 Views 7

Beritasatu.com Beritasatu.com Jenis Media: Ekonomi

Jakarta, Beritasatu.com - Jepang sedang menggenjot budaya agar para karyawan bekerja empat hari selama seminggu. Namun, upaya itu menghadapi kesulitan, lantaran budaya kerja keras orang Jepang sulit ditinggalkan.

Mengutip CNBC International, Selasa (24/9/2024), Pemerintah Jepang telah mengampanyekan reformasi gaya kerja dengan tujuan pengaturan jam kerja yang lebih pendek dan fleksibel, hingga penetapan batasan lembur.

Kementerian Ketenagakerjaan Jepang juga memberikan subsidi ke perusahaan, agar bisa menerapkan kampanye pemerintah tersebut. Selain itu, pemerintah juga akan memberikan layanan konsultasi gratis.

Langkah ini sebagai tindak lanjut pemerintah setelah mengusulkan hal itu pada 2021 silam. Namun, ketika itu wacana memperpendek jam kerja belum mendapat perhatian yang cukup.

Peneliti di sekolah bisnis ternama Jepang Tim Craig mengatakan, kebiasaan bekerja orang Jepang berjam-jam merupakan budaya sosial.

"Hal ini (budaya kerja keras) di Jepang tidak akan bisa berubah dengan cepat," ucap dia.

Lebih lanjut ia mengatakan, orang Jepang bisa memberi penghargaan tinggi bagi pekerjaan mereka, karena dilihat sebagai bagian positif dari kehidupan. Namun, ada kalanya tekanan sosial juga berperan.

"Jika mereka pulang cepat, maka rekan kerja yang lain akan curiga, sehingga mereka harus bekerja keras untuk menggantikan mereka. Tentu itu bukan hal yang baik," papar Craig.

Sementara, Kepala Ekonom Kebijakan Fujitsu Martin Schulz mengatakan, tempat kerja bagi orang Jepang merupakan tempat interaksi sosial tertinggi mereka. Karyawan sering bersedia bertahan lebih lama dan membantu tim dan menghadiri jamuan makan malam.

"Menjadi bagian dari sebuah perusahaan, maka hampir sama menjadi bagian dari sebuah komunitas, sehingga hal ini akan membuat jam kerja lebih panjang," ucapnya.

Pada Oktober 2023, Kementerian Kesehatan Jepang menerbitkan jurnal yang membahas jam kerja panjang warga negeri Sakura tersebut. Hal ini berkaitan dengan tingkat depresi yang tinggi, karoshi atau kematian akibat kerja berlebihan.

Pada 2022, 2.968 orang di Jepang meninggal karena bunuh diri akibat karoshi. Angka itu meningkat dari 1.935 pada 2021.

Laporan itu juga menyoroti 10,1% pria dan 4,2% wanita bekerja lebih dari 60 jam seminggu, dana menghubungkan jam kerja panjang dengan kejadian karoshi.

“Saya pikir butuh waktu (untuk menerapkan minggu kerja empat hari) untuk bisa diterima, karena kita tidak terbiasa bersikap fleksibel,” papar profesor sumber daya manusia di Universitas Hitotsubashi Hiroshi Ono.

Sentimen: negatif (66.7%)