Ijazah Lulusan SMA Indonesia Turun Kelas Akibat Ujian Nasional Dihapus, Warganet Minta Nadiem Tanggung Jawab
Beritasatu.com
Jenis Media: Nasional
Jakarta, Beritasatu.com - Warganet angkat bicara setelah unggahan kreator konten Irwan Prasetiyo, yang mengungkap dampak negatif dari kebijakan penghapusan ujian nasional (UN) oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim. Diketahui, sejak 2021, Kemendikbubdristek mengganti UN dengan asesmen kompetensi minimum dan survei karakter.
UN yang sebelumnya menjadi penentu kelulusan siswa di seluruh Indonesia kini tak lagi menjadi faktor utama dalam menentukan siswa sukses menuntaskan studinya atau tidak. Sebagai dampaknya, ijazah lulusan SMA justru dianggap turun kelas oleh beberapa universitas di Belanda dan Jerman, yang mengakibatkan lulusan SMA Indonesia tak bisa langsung masuk universitas.
Warganet meminta Mendikbudristek Nadiem Makarim untuk bertanggung jawab.
"Tanggung jawab @nadiemmakarim. Jangan diam aja," tulis akun @idih***.
"Terus yang bertanggung jawab sekarang siapa? Selalu rakyat jadi korbannya," ungkap akun @aidrag***.
"Yang bikin kebijakan ini lulusan Harvard," kritik akun Instagram @achni***.
Diberitakan sebelumnya, kreator konten Irwan Prasetiyo membeberkan dampak dari kebijakan penghapusan ujian nasional oleh Kemendikbubdristek sejak 2021.
"Ijazah SMA kita dianggap turun kelas, dan hanya bisa digunakan untuk mendaftar di hogeschool atau university of applied science," kata Irwan dalam unggahan di akun Instagram-nya yang dikutip oleh Beritasatu.com pada Minggu (22/9/2024).
Asesmen kompetensi minimum dan survei karakter sebagai pengganti UN ditujukan untuk memetakan serta meningkatkan kualitas pendidikan secara nasional. Menurut Irwan Prasetiyo, kebijakan ini berdampak negatif bagi lulusan SMA yang ingin melanjutkan studi ke luar negeri, terutama di Eropa.
"Di situs resmi University of Twente tertulis jelas bahwa sejak tidak adanya ujian nasional, lulusan SMA Indonesia setelah 2020 sudah tidak bisa langsung diterima di universitas tersebut," ungkap Irwan.
Ia menambahkan masalah ini terjadi karena tingkat pendidikan SMA di Indonesia dianggap tidak lagi setara dengan standar pendidikan di Belanda. Dalam konteks Belanda, hogeschool merujuk pada institusi pendidikan yang berfokus pada penerapan praktis ilmu seni dan sains, serta mempersiapkan mahasiswa untuk karier tertentu. Kondisi serupa juga terjadi di Jerman.
Persyaratan masuk studienkolleg, lembaga pendidikan khusus untuk persiapan masuk universitas, mengalami perubahan signifikan sejak penghapusan UN. Sebelumnya, lulusan SMA Indonesia bisa diterima dengan nilai minimal 60, namun kini standar nilai dinaikkan menjadi 85.
Hingga Minggu (22/9/2024) unggahan Irwan Prasetiyo ini telah disukai oleh 24.645 pengguna Instagram dan dikomentari oleh ratusan orang, sebagian besar menyuarakan kekecewaan atas semakin sulitnya lulusan SMA Indonesia untuk melanjutkan pendidikan di Jerman dan Belanda.
Sentimen: positif (47.1%)