Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Bogor
Kasus: covid-19
Perjalanan Yuyun 6 Tahun Merawat Sang Ayah yang Mengidap Alzheimer Megapolitan 23 September 2024
Kompas.com
Jenis Media: Metropolitan
Perjalanan Yuyun 6 Tahun Merawat Sang Ayah yang Mengidap Alzheimer Tim Redaksi BOGOR, KOMPAS.com - Nahayati Yuniar atau Yuyun (59), seorang warga Bogor, menceritakan pengalamannya ketika pertama kali mengetahui bahwa ayahnya, Yazid, didiagnosa mengidap alzheimer . Cerita tersebut bermula pada tahun 2015, ketika Yuyun menyadari perubahan perilaku yang drastis pada sang ayah. Yazid mulai menunjukkan gejala yang tak biasa, baik dari segi emosi maupun aktivitas sehari-hari. "Ada masanya ayah saya marah-marah yang sangat hebat, ada masanya beliau ingin terus keluar rumah, dan ada saat di mana beliau hanya ingin berjalan-jalan di dalam rumah. Kemudian fisiknya mulai melemah," ujar Yuyun saat dihubungi Kompas.com . Meskipun Yazid dikenal sebagai sosok yang keras, terutama karena darah Sumatera yang mengalir dalam dirinya, Yuyun mulai curiga ada yang tidak beres dengan perubahan perilaku tersebut. Hal ini semakin diperkuat ketika suatu hari Yazid secara tiba-tiba memukul Yuyun tanpa alasan yang jelas. "Antara Agustus hingga Oktober 2015, saya dipukul sama beliau, dihajar langsung ke muka saya," ungkap Yuyun. Setelah kejadian tersebut, Yuyun memutuskan untuk berkonsultasi dengan dokter Yuda Turana, seorang spesialis saraf. Setelah melakukan pemeriksaan, dokter Yuda menyatakan bahwa Yazid telah mengalami perubahan perilaku akibat alzheimer. "Ternyata kata Dokter Yuda, sudah mulai terjadi perubahan perilaku dan sudah dipastikan bahwa ayah saya adalah seorang dengan demensia atau ODD (orang dengan demensia)," tutur Yuyun. Dari gejala awal itulah, Yazid akhirnya didiagnosa mengidap demensia jenis alzheimer. Di satu sisi, Yuyun mengakui bahwa saat itu ia belum paham apa itu alzheimer, dan langsung mencari berbagai informasi tentang penyakit tersebut. "Sejak itu, saya mulai belajar lagi tentang alzheimer dari awal," kata Yuyun. Yuyun menemukan bahwa penyakit Alzheimer bisa menyebabkan pasien mengalami kesulitan berbicara. Setahun setelah diagnosis, Yazid pun kehilangan kemampuan bicara. "Satu tahun kemudian, ayah saya sudah tidak bisa bicara. Beliau hanya meracau, tidak bisa ngomong dengan benar," jelas Yuyun. Yuyun pun harus terus beradaptasi dengan perubahan perilaku ayahnya, seperti buang air besar di depan rumah, telanjang tanpa sebab, hingga marah tanpa alasan. Bahkan, Yazid sering kali salah tempat saat melaksanakan ibadah salat, seperti berdoa di kamar mandi atau tersesat saat pulang dari masjid. "Perubahan perilakunya bisa sampai shalat di kamar mandi, atau jika pergi shalat subuh, beliau bisa keliling-keliling kompleks tanpa ingat jalan pulang," tambah Yuyun. Demi menjaga keselamatan sang ayah, Yuyun akhirnya memutuskan untuk merombak interior rumah agar Yazid dapat bergerak bebas tanpa risiko terluka. Dengan menurunnya penglihatan akibat Alzheimer, furnitur rumah pun diubah menjadi lebih sederhana. "Saya rombak rumah, tidak ada lagi meja atau kursi, hanya ada sofa di pojok, jadi rumah seperti kosong saja," jelasnya. Tantangan terbesar bagi Yuyun datang pada dua tahun pertama merawat ayahnya, terutama ketika keluarga besarnya sulit menerima diagnosa alzheimer. Namun, seiring waktu, keluarga mulai menerima dan bersatu merawat Yazid bersama-sama. "Setelah mereka tahu dan sadar, kami stick together , bersama-sama merawat ayah dan mama," ungkap Yuyun. Meski sempat ada perbaikan kondisi, Yazid mengalami penurunan kesehatan saat pandemi Covid-19. Pada 2021, Yazid harus dirawat di rumah sakit sebelum akhirnya meninggal dunia pada bulan Juli. Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Sentimen: negatif (99.9%)