Sentimen
Positif (98%)
13 Sep 2024 : 21.44
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Surabaya, Kediri

Kisah Anak Kembar Yatim Piatu, Penderita "Varises Esofagus" Surabaya 13 September 2024

13 Sep 2024 : 21.44 Views 1

Kompas.com Kompas.com Jenis Media: Regional

Kisah Anak Kembar Yatim Piatu, Penderita "Varises Esofagus" Tim Redaksi KEDIRI, KOMPAS.com   - Arya Satya Rafly Sukmono dan Nata Rifqi Faiz Sukmono, dua bocah kembar berusia 12 tahun dari Desa Tunge, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri , Jawa Timur, menjalani hidup yang tak mudah. Mereka adalah yatim piatu yang kehilangan ibu saat berusia 1,5 tahun. Lalu sang ayah meninggal saat mereka berusia 6 tahun. Sejak saat itu, mereka tinggal bersama pamannya, Fridatama Dwi Hermawan. “Iya, mereka tinggal sama saya karena saya yang merawatnya,” ujar Fridatama, Kamis (12/9/2024). Meski begitu, Nata tumbuh sehat dan ceria seperti anak-anak seusianya. Saat ini, dia duduk di bangku kelas 4 di SDN Tunge 2 dan menikmati masa-masa sekolahnya. “Anaknya sehat, gemuk,” kata Fridatama.  Namun, nasib berbeda dialami saudara kembarnya, Arya Satya Rafly Sukmono. Arya menderita varises esofagus.  Diketahui, varises esofagus adalah pembesaran pembuluh darah vena di esofagus atau kerongkongan. Setiap kali muntah darah, Arya harus segera dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan transfusi darah. Kondisi ini mulai dialami sejak Arya berusia 3,5 tahun. “Muntah darahnya bisa terjadi sebulan sekali, kadang setengah bulan sekali. Setiap kali harus transfusi darah, bahkan pernah sampai membutuhkan 9 kantong darah,” ungkap Fridatama, yang biasa dipanggil Isdat. Terakhir, Arya menjalani perawatan di RS Baptis Kediri pada awal September 2024 setelah kembali mengalami muntah darah. Penyakit ini membatasi aktivitas Arya sehingga membuatnya tidak bisa bersekolah seperti Nata. “Kami takut jika muntah darahnya terjadi di sekolah, jadi sementara dia harus berhenti sekolah,” jelas Isdat. Isdat merawat Arya dan Nata dengan penuh pengorbanan. Selain dua bocah kembar itu, ia juga harus menafkahi tiga anak kandungnya dan seorang anak lain, yang merupakan saudara tiri Arya dan Nata. Setelah ayah mereka menikah lagi dan memiliki seorang anak, sang ayah meninggal dunia, meninggalkan tanggungan pada Isdat. “Jadi saya menanggung enam anak,” ujar Isdat dengan suara lirih. Dalam kondisi ekonomi yang sulit, Isdat bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Mulai dari kuli bangunan, buruh tani, dan sopir. Meski begitu, ia tak pernah menyerah. Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang digunakan untuk perawatan Arya memang sangat membantu. Namun biaya lain seperti transportasi ke rumah sakit tetap menjadi beban. “Saya pekerja serabutan. Setiap ada kesempatan saya ambil,” ucapnya. Ketua RT setempat, Zainun, mengakui bahwa meskipun ada KIS, biaya tambahan seperti ongkos ke rumah sakit tetap menjadi tantangan. "Memang sudah ada KIS, tapi untuk biaya lain seperti transportasi masih harus dipikirkan," kata Zainun. Kisah Arya dan Nata sempat viral di media sosial. Salah satu hal yang menarik perhatian adalah keinginan mereka memiliki sepeda untuk menunjang aktivitas sehari-hari, terutama untuk mengaji. Impian sederhana ini akhirnya terwujud. Kepolisian Resor Kediri memberikan bantuan sepeda serta alat ibadah, sembako, dan santunan lainnya. Wakil Kepala Polres Kediri, Komisaris Polisi Verawaty Thaib, berharap bantuan ini bisa memberikan semangat baru bagi Arya dan Nata. "Semoga bantuan ini bermanfaat," ujarnya. Meskipun hidup dalam keterbatasan, kebahagiaan Arya dan Nata terpancar saat mereka menerima sepeda impian mereka. Sepeda itu bukan sekadar alat transportasi, tetapi simbol harapan dan kebaikan dari orang-orang di sekitar mereka. Dengan dukungan keluarga dan masyarakat, kedua bocah kembar ini terus berjuang menghadapi segala tantangan, membawa mimpi-mimpi sederhana mereka lebih dekat ke kenyataan. Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

Sentimen: positif (98.5%)