Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Surabaya, Bangkalan, Lamongan
Cerita di Balik Bocah 9 Tahun yang Jadi Pemulung di Bangkalan, Sang Ibu Bantah Eksploitasi Anaknya Surabaya 1 September 2024
Kompas.com
Jenis Media: Regional
Cerita di Balik Bocah 9 Tahun yang Jadi Pemulung di Bangkalan, Sang Ibu Bantah Eksploitasi Anaknya Editor KOMPAS.com - Kisah bocah 9 tahun dari Bangkalan , Jawa Timur yang menjadi seorang pemulung , viral di media sosial. Dalam video yang beredar, bocah yang akrab dipanggil Tomy itu sedan memulung dengan mengenakan pakaian dan topi yang lusuh tanpa alas kaki. Ia juga mengendong sebuah karung untuk botol bekas yang dikumpulkan lalu dijual ke pengepul. Dalam video tersebut, Tomy bercerita melakukan hal itu untuk meringankan beban orangtuanya. Menurutnya sang ibu bekerja sebagai penjual es dan ayahnya bekerja membuat lemari. Biasanya ia akan memulung botol bekas dari pukul 12.00 WIB sepulang sekolah. Bocah yang bercita-cita jadi polisi tersebut mengaku mendapatkan ranking 2 di SDN Sukililo Barat 2, Kecamatan Labang, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur. Tomy memiliki nama lengkap Yazid Al-Bustomy yang tinggal di bersama keluarganya di Desa Sukolilo Barat, Kecamatan Labang, Bangkalan. Belakangan aktivitas memilah sampah dan mencari barang bekas sudah dilakukan Tomy sejak setahun terakhir. Diduga dia dipaksa menjadi pemulung oleh orang tuanya. Tomy adalah warga asal Kabupaten, Lamongan, Jawa Timur dan tinggal bersama orangtuanya. Tak lama, ayah dan ibunya bercerai. Tomy pun tetap tinggal di Lamongan bersama sang ibu. Pada tahun 2018, ibu Bustomy, Khusnul Khotimah, menikah lagi dengan Moh Soleh (40), warga Kecamatan Labang, Kabupaten Bangkalan. Pada akhir tahun 2021, keluarga tersebut pindah dari Lamongan ke Kabupaten Bangkalan. Saat itu, Tomy harus menjalani operasi karena sakit di bagian pencernaan. Walaun tercatat sebagai warga Lamongan, Tomy mendapatkan bantuan biaya perawatan dari Pemkan Bangkalan saat menjalani operasi serta perawatan di RS dr Soetomo, Surabaya. Tak hanya itu, Pemkab Bangkalan juga memberikan bantuan berupa bahan pokok untuk kebutuhan sehari-hari. Selain itu, tak sedikit masyarakat sekitar ikut membantu kebutuhan Tomy dan keluarganya. Setelah sembuh dari penyakitnya, Bustomy mulai menempuh pendidikan di salah satu SD di Kecamatan Labang. Namun, dia diduga dipaksa menjadi pemulung oleh orangtuanya untuk menarik simpati serta iba dari warga sekitar. "Tadi sudah disampaikan pokoknya anak itu harus sekolah, tidak boleh mulung bagi, siapa yang menyuruh dia mulung akan dikenakan Undang-undang Perlindungan Anak," tegas Arief. Selain itu, Arief juga menyampaikan, pemerintah pusat akan menjamin biaya pendidikan Bustomy hingga lulus SD. Serta menjamin alat kebutuhan sekolah adik Bustomy yang masih menempuh pendidikan anak usia dini (PAUD). "Sudah diberikan jaminan oleh Presiden sampai lulus SD dengan adiknya yang masih PAUD, mulai seragam, kebutuhan ATK-nya, tas dan hingga sepatu. Jadi enggak usah mikir kebutuhan sekolah, semuanya sudah dijamin," kata Arief. Tak hanya itu, Pj Bupati juga mengatakan, pihaknya memberikan bantuan sembako untuk kebutuhan sehari-hari, uang tabungan pendidikan, dan peralatan masak berupa kompor gas lengkap dengan perabotnya untuk digunakan sang ibu berjualan. "Tabungan tersebut dititipkan ke pihak sekolah sampai Bustomy lulus SD yang penggunaannya harus diketahui oleh Pj Bupati, Kadinsos, Kapolsek, Dandim dan Kepala Desa." "Agar biaya kebutuhan sekolah Bustomy tidak diambil oleh bapaknya," ujar dia. Ia mengatakan ibu kandung dan ayah tiri Tomy masih sehat dan rumah mereka permanen. Sehingga tidak ada alasan untuk menyuruh anaknya jadi pemuling. "Makanya kami minta untuk tidak lagi mulung karena tidak pada tempatnya anak kecil itu bekerja memulung, mereka harus sekolah. Nanti akan diawasi terus itu. Sebenarnya anak ini tidak mulung, kantongnya kosong," ucap dia. Cerita tentang dugaan eksploitasi kepada Bustomy ini dibenarkan Koramil Labang Kapten Inf Parnowo. Ia mengatakan rumah orangtua Bustomy terletak di belakang markas Koramil Labang. Menurut Parnowo, eksploitasi kepada Bustomy itu sudah diketahui oleh banyak warga sekitar karena sepulang sekolah, Bustomy langsung disuruh menjadi pemulung oleh ayah tirinya. Namun, menurut dia, Bustomy tidak benar-benar menjadi pemulung, sebab karung yang biasa digendongnya tidak ada isinya. "Memang ketakutan anak itu sama orangtuanya. Sedangkan karung yang dibawa itu enggak ada isinya, jadi settingan saja itu supaya dapat iba gitu dari masyarakat, sehingga memberikan uang kepada anak ini," ujar dia. Dia juga mengatakan, Pemkab Bangkalan pernah meminta agar Bustomy tidak lagi disuruh menjadi pemulung agar fokus ke pendidikannya. Namun ayah tiri Bustomy saat itu sempat menolak dengan alasan agar anaknya itu tetap membantu mencari penghasilan untuk kedua orangtuanya. "Mau disekolahkan bahkan sampai kuliah, tapi dengan syarat saya diberi uang Rp200.000 setiap hari karena untuk beli rokok kebutuhan saya," kata dia menirukan perkataan ayah tiri Bustomy. Dia seolah senang anaknya viral di media sosial dengan keadaan seperti itu. Menurut dia, dengan begitu anaknya tidak dipandang sebelah mata oleh orang-orang. "Kata orang-orang viral, biar semuanya tahu, bukan memandang Tomy (panggilan Bustomy) sebelah mata. Semuanya gak mau temenan sama Tomy, tapi saya bilang ke Tomy, gapapa nak, sekarang gak ada yang peduli sama kamu, nanti besarnya kamu jadi orang yang sukses," kata dia saat diwawancarai, Jumat (30/8/2024 Ia mengaku sudah melarang anaknya untuk keluar, karena setiap hendak mengais barang bekas di jalanan, Tomy selalu pamit kepadanya. Menurut dia, meski dilarang Tomy tetap melakukan aktivitasnya memulung barang bekas. Sehingga, dirinya hanya bisa mendoakan agar anak sulungnya itu bisa mendatapkan rezeki. "Kalau siang saya suruh tidur atau nonton TV atau main HP, tapi pas saya ngeloni adiknya dia berangkat, sehingga kadang ditanyain sama bapaknya kalau pulang kerja. Bapaknya kan kerja," kata dia. SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Ghinan Salman | Editor: Glori K. Wadrianto) Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Sentimen: positif (99.8%)