Sentimen
Positif (76%)
24 Agu 2024 : 04.09

Cerita Pelajar Lintas Negara: Rumah di Malaysia, Sekolah di Indonesia Regional 24 Agustus 2024

24 Agu 2024 : 04.09 Views 1

Kompas.com Kompas.com Jenis Media: Regional

Cerita Pelajar Lintas Negara: Rumah di Malaysia, Sekolah di Indonesia Tim Redaksi BENGKAYANG, KOMPAS.com - Norlichan (17), siswi kelas 12 SMA Negeri 1 Jagoi Babang, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat (Kalbar), menjalani kehidupan yang tak biasa. Selama 12 tahun terakhir, ia menempuh perjalanan lintas negara dari rumahnya di Serikin, Malaysia , ke sekolahnya yang berada di Indonesia .  Norlichan lahir dari pernikahan ibunya yang berasal dari Indonesia dan ayahnya yang berdarah Serikin, Malaysia. Pernikahan ini membawanya untuk tinggal di Malaysia. Namun, keputusan untuk tetap bersekolah di Indonesia membuatnya harus melintasi perbatasan setiap hari.   "Dari SD (mulai melintas). Jadi SD, SMP, SMA tuh melintas terus. (Pas SD) dianter sama mama," ucap Norlichan saat berbincang dengan Kompas.com, Sabtu (17/8/2024). Keputusan untuk sekolah dengan melintasi perbatasan setiap hari ini bermula dari dilema sang ibu mengenai akses pendidikan. "Lalu mama mikir-mikir lagi, mending sekolah di Indonesia saja, lebih senang (mudah) surat-menyuratnya (administrasinya) kan," ungkap Norlichan. Semenjak itu, Norlichan menikmati perjalanan lintas negara melalui perbatasan Jagoi Babang-Serikin yang sudah dianggapnya sebagai sahabat. Hal itu terlihat dari bagaimana dirinya yang tak keberatan harus bangun tidur lebih awal setiap harinya. "Bangunnya kisaran 05.00-05.20 WIB. Itu saya dapat bersiap-siap dari seragam saya, buku-buku saya, terus belum lagi sarapan pagi lah kadang-kadang," tutur Norlichan. Setelah memastikan semua sudah siap dan rapi, Norlichan lantas berangkat ke arah titik nol Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Jagoi Babang yang berjarak sekitar 10 menit dari rumahnya. "Sekolahnya kalau dari Serikin ke SMA tuh, kan masuk sekolah pukul 07.00 WIB. Kalau mau berkisar di pukul 06.30 WIB," tutur Norlichan. Ia pun kini sudah diperbolehkan mengendarai motor dari rumahnya ke sekolah dengan jarak 30 menit. "Dulu kan dianter mama, baru mulai bawa motor sendiri sekitar kelas delapan," terang Norlichan. Lebih lanjut, Norlichan menyebut kehadiran PLBN ini membuat mobilisasinya menuju sekolah menjadi lebih aman dan nyaman. "Dulu di sini kan belum ada PLBN, jadi ini (pos) belum jadi juga. Ini sudah semak-semak kayak gitu lah, dulu jalan juga enggak kayak gini, banyak batu-batuan," jelas Norlichan. "Jadi semenjak tahun 2022 (PLBN) sudah jadi ini kan, jadinya kayak gini (semakin) bagusnya," tambahnya. Liputan di PLBN Jagoi Babang ini merupakan kolaborasi antara Kompas.com dan Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) RI. Berita-berita perjalanan ini dapat Anda baca selengkapnya di topik Merah Putih di Perbatasan | Kompas.com x BNPP. Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

Sentimen: positif (76.2%)