Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Nagekeo
Buntut Jalan Rusak, Warga Nagekeo Ubah Teks Proklamasi di Apel HUT RI Regional 19 Agustus 2024
Kompas.com
Jenis Media: Regional
Buntut Jalan Rusak, Warga Nagekeo Ubah Teks Proklamasi di Apel HUT RI Tim Redaksi NAGEKEO, KOMPAS.com - Tokoh adat Desa Woloede, Kecamatan Mauponggo, NTT mengubah teks proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Mereka mengubah teks proklamasi itu sebagai buntut kekecewaan terhadap Pemerintah yang tak kunjung memerhatikan jalan menuju daerah itu. Teks proklamasi yang mereka ubah itu dibacakan saat sambutan tokoh adat pada acara 17 Agustus di Kampung Ulunua, Desa Woloede, Kecamatan Mauponggo, Kabupaten Nagekeo. Teks proklamasi itu dibacakan dengan lantang oleh tokoh adat bernama Yosef Mola. Warga yang mengikuti upacara langsung menyambut dan berteriak membalas dengan pekikan jalan aspal dan hotmix . Berikut petikan teks proklamasi kemerdekaan yang mereka ubah. Proklamasi "Kami masyarakat Desa Woloede dengan ini menyatakan bahwa: cengkeh, pala, pisang, durian, salak, dan manggis limpah adanya. Perut kami terisi ubi talas di tanah yang subur ini. Lauk-pauk kami limpah adanya. Air bersih kami mengalir setiap saat. Tetapi kami masih menjerit dan tertinggal. Dibelenggu oleh akses jalan kabupaten yang buruk, karena kurang diperhatikan oleh Pemerintah. Kami mohon kepada Negara Republik Indonesia, dengan cara saksama beri kami jalan hotmix yang layak dan seadil-adilnya dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya". Ulunua, 17 Agustus 2024. Yosef Mola, mengatakan warga melakukan aksi protes dengan mengubah teks proklamasi itu agar Pemerintah membuka mata dengan kondisi infrastruktur menuju desa yang tak kunjung diperhatikan. Padahal, kata dia, warga sudah berulangkali menyampaikan kondisi infrastruktur jalan tersebut kepada Pemerintah, tetapi hingga kini tak kunjung diperhatikan. "Kalau omong merdeka, sesungguhnya kami di sini belum merdeka. Jadi ini upaya kami supaya bisa merdeka," kata Yosef saat dihubungi Minggu (18/8/2034) kemarin. Ia berharap Pemerintah segera memerhatikan jalan menuju daerah itu. Sebab, jalan yang buruk itu berdampak pada perekonomian masyarakat yang tak kunjung naik. "Harga barang kebutuhan pokok mahal. Nilai jual komoditi pertanian juga sangat rendah karena jalan yang rusak," imbuh dia. Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Sentimen: positif (66.3%)